Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 15

Studi kasus

Penggunaan antihistamin

Kelompok 1 :

Wisda yuliharti
Nurhaidah Muctahara .M
Venny Febriani Herman
Wa ode Wahyuni Maulidina
Helni Febriani
Definisi Antihistamin
 Antihistamin adalah obat yang dapat mengurangi
atau menghilangkan kerja histamin dalam tubuh
melalui mekanisme penghambatan bersaing pada
sisi reseptor H1, H2 dan H3. Efek antihistamin
bukan suatu reaksi antigen-antibodi karena tidak
dapat menetralkan atau mengubah efek
antihistamin yang sudah terjadi. Antihistamin pada
umumnya tidak dapat mencegah produksi
histamin. Antihistamin bekerja terutama dengan
menghambat secara bersaing interaksi histamin
dengan reseptor khas
Kasus 1
Pasien datang ke poliklinik THT karena bersin-
bersin terus menerus setiap hari sejak 6 tahun yang lalu.
Setiap bersin dapat mencapai 3-5 kali. Bersin
didapatkan pada waktu yang tidak menentu, baik pagi
siang ataupun malam. Bersin meningkat apabila
terpapar debu dan dingin. Bersin didapatkan selama 3-
4 hari dalam 1 minggu. Keluhan juga disertai dengan
pilek, hidung tersumbat, dan rasa gatal pada hidung.
Pilek dengan cairan berwarna bening, encer, dan
banyak, namun tidak berbau. terkadang sampai dengan
hidung tersumbat.
Analisis
 DIAGNOSIS
Suspect Rhinitis Alergika Intermiten Ringan
 PENATALAKSANAAN
• Terapi non farmakologi
 Menghindari allergen penyebab, dengan menggunakan
masker saat bekerja dan berkendara
• Terapi farmakologi
 Antihistamin H1 : Loratadin 1x1
 Dekongestan : Pseudoefedrin 3 x 1
Loratadin
(Antihistamin 1 )
 MEKANISME KERJA : bekerja secara inhibitor kompetitif pada
reseptor H-1 sel target dan merupakan preparat farmakologik yang
paling sering dipakai sebagai lini pertama pengobatan rinitis alergi,
Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan
dekongestan secara peroral.
 Indikasi : Loratadin merupakan obat turunan dari azatadine dan
antagonis reseptor histamin H1 serta termasuk generasi kedua yang
digunakan dalam pengobatan rhinitis alergi dan urtikaria
 KI : Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini! Penderita yang
diketahui memiliki riwayat hipersensitif/alergi terhadap loratadine atau
komponen lain dalam obat tidak boleh menggunakannya.
 Dosis : Tablet: 10 mg, 20 mg Syrup: 5 mg/5 ml
 ESO : efek samping yang dapat terjadi setelah mengonsumsi
antihistamin ini adalah merasa lelah atau mengantuk.
Kasus 2
Pasien perempuan, 23 tahun, mengeluh gatal-gatal pada
kedua tangan, muka dan badan sejak ± 2 hari yang lalu. Gatal-
gatal tersebut dialami pasien saat pasien berkeringat atau
kepanasan. Awalnya gatal dirasakan pada tangan kanannya
kemudian menyebar ke tangan kiri, muka kemudian seluruh
badan pasien lalu diikuti dengan munculnya peninggian serta
perubahan warna kulit menjadi kemerahan. Keluhan gatal
dikatakan menetap dari hari ke hari. Gatal dirasakan memburuk
apabila pasien kepanasan atau berkeringat.
Pasien mempunyai riwayat alergi makanan yaitu udang.
Pasien mengaku sebelumnya pernah mengalami gatal-gatal
seperti saat ini pada saat pasien kepanasan dan mengkonsumsi
udang.
Analisis
 DIAGNOSIS
Urtikaria Akut
 PENATALAKSANAAN
• Terapi non-farmakologi
Jauhi faktor resiko (seperti mandi dengan air dingin pada
pagi hari) yang dapat menyebabkan terjadinya urtikaria
• Terapi farmakologi
 Chlorpheniramine maleate (CTM) 3 x 1/2
 Krim hidrokortison 2,5 % (dioles tipis pada daerah yang
gatal)
 Mekanisme kerja: Kompetisi dengan reseptor H1 pada sel efektor di saluran
pencernaan, pembuluh darah dan saluran pernapasan. MemBlok H1-reseptor
dan mencegah aksi histamin pada cell. Menekan suar dan pruritus yang
menyertai rilis histamine endogen. Berperan pada beberapa kegiatan umum
antikolinergik, ganglionic dan agen adrenergik blocking, anestesi lokal, dan
antispasmodics. Menyebabkan efek mengantuk yang kurang dan lebih SSP
stimulasi dari beberapa antihistamin lainnya yang merupakan generasi lebih
dulu. Antihistamin tidak memblokir efek rangsangan histamin pada sekresi
asam lambung, yang dimediasi oleh reseptor H2-dari cells parietal.
 Indikasi : Syok Anafilaktik Kondisi alergi bersin, gatal, mata berair, hidung
atau tenggorokan gatal, dan pilek yang disebabkan oleh hay fever (rinitis
alergi) dan alergi pernapasan lainnya.
 KI : Pasien dengan riwayat hipersensitif (memiliki alergi) terhadap obat
antihistamin.
 Dosis : CTM Sesuai petunjuk dokter atau : Dewasa 3-4 kali sehari 1/2-1
tablet, Anak 3-4 kali sehari 1/4-1/2 tablet . Berikan sesudah makan.
 ESO : Efek samping CTM yang mungkin terjadi Mengantuk, pusing, sakit
kepala, sembelit, sakit perut, penglihatan kabur, penurunan koordinasi, atau
mulut kering atau hidung atau tenggorokan dapat terjadi. Efek ini dapat
menurunkan sebagai tubuh Anda menyesuaikan obat. Jika salah satu dari
efek-efek ini menetap atau memburuk, hubungi dokter atau apoteker segera
Kasus 3
Seorang laki laki berusia 56 tahun datang ke poliklinik
RS. Syekh Yusuf dengan keluhan Gatal pada punggung tangan
dan pergelangan tangan bagian volar bilateral yang dialami
kurang lebih 1 bulan yang lalu. Awalnya gatal dan kemerahan
pada telapak tangan dan kemudian menjalar ke bagian
punggung tangan dan pergelangan tangan. Ruam semakin
lama semakin membesar akibat garukan sehingga tampak
hiperpigmentasi dan erosi. Gatal
dirasakan semakin hebat pada malam hari.
Analisis
 DIAGNOSIS
Dermatitis Kontak Alergik
 PENATALAKSANAAN
• Terapi non-farmakologi
Proteksi personal dengan menggunakan sarung tangan
dapan mencegah dermatitis kontak
• Terapi farmakologi
 Sistemik : Cetirizine 10 mg 1x1
 Methyil Prednisolon 4 mg 3x1
 Erytromisin 500 mg 3x1
 Krim Inerson Zalf
 Mekanisme : Cetirizine bekerja dengan menghambat secara selektif reseptor
histamin H-1 perifer. Cetirizine tidak secara signifikan memengaruhi reseptor
histamine 1 pada otak sehingga efek sedatifnya jauh lebih kecil jika dibandingkan
dengan antihistamin H-1 generasi pertama seperti chlorpheniramine.
 Indikasi : Cetirizine digunakan untuk mengobati alergi dingin seperti hayfever,
alergi sepanjang tahun seperti bersin-bersin karena bulu hewan, alergi debu, dan
alergi kulit bentol, gatal, kemerahan (dikenal sebagai urtikaria atau biduran) baik
pada orang dewasa maupun anak-anak. Mengatasi gatal untuk setiap kondisi kulit
yang disebabkan oleh reaksi alergi termasuk penyakit kulit eksim.
 KI : Cetirizine harus digunakan dengan hati-hati pada: Orang yeng memiliki
masalah atau penyakit ginjal Bayi Ibu hamil Lansia. Orang dengan epilepsi Obat
ini tidak boleh digunakan pada: Orang yang alergi terhadap cetirizine atau salah
satu komponen obat Ibu menyusui Orang dengan memiliki penyakit ginjal berat.
 Dosis : Dewasa: Cetirizine hcl 5 – 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari
Anak 6 bulan sampai 2 tahun: Cetirizine sirup 2,5 mg oral sekali sehari, 12 bulan
ke atas dapat ditingkatkan sampai 2,5 mg secara oral dua kali sehari. Anak 2-5
tahun: Cetirizine syrup 2.5 mg oral sekali sehari, dapat ditingkatkan sampai 5 mg /
hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi. Anak 6 tahun atau lebih: Cetirizine hcl 5
sampai 10 mg secara oral atau dikunyah sekali sehari.
 ESO : Reaksi alergi parah (misalnya kesulitan bernapas, pembengkakan wajah,
leher, lidah atau tenggorokan). Kejang – kejang Memar di bawah kulit atau
terjadinya perdarahan lebih mudah dari biasanya
Interaksi obat
1. LORATADIN
 Obat-obat inhibitor enzim CYP3A4 seperti ketoconazole,
erythromycin, cimetidine, furanocoumarin (ditemukan
dalam jeruk), clarithromycin, quinidine, fluconazole,
fluoxetine atau amprenavir meningkatkan kadar
loratadine dalam plasma.
 Makanan menunda waktu obat mencapai konsentrasi
plasma puncak dan meningkatkan ketersediaan hayati.
 Alkohol dapat meningkatkan depresi sistem saraf pusat.
2. CTM
 Chlorphenamine adalah obat yang bisa berinteraksi dengan obat, makanan atau
minumana tertentu. Interaksi obat dapat mengubah kinerja obat Anda atau meningkatkan
risiko efek samping yang serius. Contohnya
 Kalium sitrat dan kalium klorida Chlorpheniramine dapat meningkatkan efek iritan
dari kalium terhadap lambung dan usus bagian atas. Dalam beberapa kasus bisa berakhir
menyebabkan tukak atau pendarahan lambung.
 Propoksifen Penggunaan propoksifen bersamaan dengan chlorpheniramine dapat
meningkatkan risiko terjadinya efek samping seperti pusing kepala, mengantuk dan
kesulitan konsentrasi. Pada lansia kemungkinan dapat terjadi gangguan berpikir dan
koordinasi motorik.
 Topiramate dan Zonisamide Penggunaan obat tersebut bersamaan dengan
chlorpheniramine dapat memperburuk efek samping obat berupa peningkatan suhu
tubuh dan penurunan produksi keringat. Pada beberapa kasus dapat menyebabkan heat
stroke.
 Sodium oxybate Chlorpheniramine dapat meningkatkan terjadinya efek samping
sodium oxybate seperti mengantuk, pusing kepala, depresi, tekanan darah rendah dan
ketidak-seimbangan motorik.
 Psikotropika Chlorpheniramine meningkatkan efek sedatif dari obat-obat golongan
psikotropika seperti barbiturate, psikotropika hipnotik, analgesik opioid dan
antipsikosis.
 Alkohol Dapat menyebabkan efek yang berbahaya apabila dikonsumsi bersamaan
chlorpheniramine. Dapat terjadi peningkatan efek sedasi ataupun efek eksitasi pada
tubuh.
3. CETIRIZINE
interaksi Cetirizine dengan obat-obat lain belum
diketahui. Pada percobaan memperlihatkan peningkatan
potensi/efek Cetirizine terhadap alkohol (level alkohol
0,8 %) oleh karena itu sebaiknya jangan diberikan
bersamaan. Konsentrasi Cetirizine plasma tidak
terpengaruh pada pemberian bersama simetidin.
SEKIAN DAN
TERIMA KASIH

You might also like