Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

Kala 1 Memanjang

Kelompok 1
KASUS
 Seorang wanita usia 35 tahun G2P1A0 dengan usia gestasi 40 minggu sedang
menjalani proses persalinan. Pasien mengatakan masuk RS dengan rujukan bidan
tanggal 2 februari 2018 jam 14.00 WIB dan sudah mengeluarkan lendir darah sejak
kemarin jam 13.30 yang lalu, pasien juga merasakan kontraksi teratur sejak hari
kemarin, namun semakin lama kontraksi yang dirasakan semakin berkurang
frekuensinya dan tidak terasa sakit. Riwayat keluar air ketuban (+) sejak kemarin
jam 16.00 WIB. Hasil VT saat masuk RS pembukaan 2cm, effisement 25%, KET (-),
letkep, Hodge 2. Kontraksi 1x/10 mnt, lamanya <20 detik, terasa lunak meski pada
puncak kontraksi. Kemudian pasien dilakukan induksi persalinan dengan oksitosin
drip 10 IU. Hasil observasi kemajuan persalinan 2 jam setelah pemberian induksi
klien tampak kesakitan, kontraksi 3-4x/10 menit lamanya >40 detik, djj 170x/menit.
Diagnosa medis persalinan dengan kala 1 memanjang.
Pertanyaan

Jelaskan bagaimana situasi diatas terjadi. Apa


faktor-faktor yang mempengaruhinya ?

Buatlah pathway dan asuhan keperawatan dari


kasus di atas !
PEMBAHASAN
 Faktor – faktor kala 1 memanjang

 Pasien dikatakan dalam persalinan kala I, jika sudah terjadi


pembukaan servik dan kontraksi terjadi teratur minimal 2
kali dalam 10 menit selama 40 detik. Kala I adalah kala
pembukaan yang berlangsung antara 0-10 cm. Proses ini
terbagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten (8 jam) dimana
servik membuka sampai 3 cm dan fase aktif (6 jam)
dimana servik membuka dari 4-10 cm (Sulistyowati. 2010)
Fase laten yang melampaui waktu 20 jam pada primigravida atau
waktu 14 jam pada multipara merupakan keadaan abnormal. Sebab-
sebab fase laten yang memanjang menurut Mochtar (2011) :

 Kelainan letak janin


misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian yang terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membrane bagian bawah.
 Kelainan-kelainan panggul
Lingkar panggul yang sempit dapat mengkibatkan janin tidak dapat keluar
melalui jalan lahir. Bentuk panggul yang ideal pada wanita yaitu ginekoid
dengan diameter anteroposterior sama dengan diameter transversa bulat
45%.
 Kelainan his
 Ketuban pecah dini
 Sedasi yang berlebihan
Ditinjau dari kasus diatas dijelaskan bahwa his yang dirasa klien frekuensinya
semakin lama semakin berkurang. Kelainan his dapat mengakibatkan
pembukaan serviks berjalan sangat lambat, akibatnya kala I menjadi lama.
Menurut Wiknjosastro (2010) kelainan his antara lain :

1) Inertia Uteri

a) Hypotonic uterine contraction

Suatu keadaan dimana kontraksi uterus lebih lama, singkat, dan jarang daripada
biasa. Keadaan umum penderita baik, dan rasa nyeri tidak seberapa.

b) Incoordinate uterine action

Tidak adanya koordinasi antara kontraksi bagian atas, tengah, dan bawah
menyebabkan his tidak efisien dalam mengadakan pembukaan sehingga
menyebabkan kala I lama.
Ketuban pecah
dini (KPD)

P Penyusutan
volume perut ibu
Cairan ketuban
mremebes
oligohidramni
on
Tidak ada
perlindungan
pada daerah

A Daya tarik otot


uterus sempit
Ketuban
kering
Penekanan
pada tali pusat
rahim

T
Microorganis
Hipoksia me masuk
Kontraksi otot Transpor O2
↓ ke plasenta ↓

H Pembukaan
terhenti
DJJ
takikardi Gangguan
Resiko infeksi

W
perfusi jaringan
Distres janin pada janin
Persalinan lama

A Induksi
Resiko
kematian pada
janin

Y
oksitosin

His hipertonik Resiko cedera


rupture uterus

Gangguan rasa
nyaman (nyeri)
Asuhan Keperawatan
 Pengkajian
 Identitas
 Nama pasien : Ny. X Nama suami : -
 Umur : 35 tahun Umur :
 Suku/Bangsa : Indonesia Suku/Bangsa :
 Agama : - Agama :
 Pendidikan : - Pendidikan :
 Pekerjaan : - Pekerjaan :
 Alamat : - Alamat :
 Status perkawinan : Kawin
Data Subjektif
 Keluhan Utama : pasien mengalami penurunan frekuensi kontraksi.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Pasien mengatakan sudah mengeluarkan lendir darah sejak kemarin jam 13.00
dan merasakan kontraksi teratur, namun sekarang freskuensi kontraksi
berkurang dan tidak terasa sakit. Air ketuban sudah pecah sejak kemarin jam
16.00
 Riwayat Kesehatan Yang Lalu
 Meliputi penyakit menahun, penyakit menurun, dan penyakit menular yang
pernah di derita ibu.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
 Meliputi apakah terdapat keturunan kembar, penyakit keturunan, dan jenis
penyakit lain dalam keluarga.
Riwayat Obsetri

 Riwayat Menstruasi

 Meliputi menarche, siklus (teratur/tidak), HPHT, pendarahan pervaginam


dan fluor albus.

 Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu

 Meliputi keadaan saat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu serta
masalah selama kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu.

 Riwayat KB

 Meliputi jenis metode yang dipakai, waktu, tenaga dan tempat saat
pemakaian dan berhenti, keluhan/alasan berhenti.
 Riwayat Kehamilan Sekarang
 Diagnosa : G2P1A0
 Imunisasi : pada ibu hamil biasanya dilakukan imunisasi TT 2 kali untuk
mencegah terjadinya Tetanus Neonatus

1. Keluhan His
Mulai kontraksi tanggal/jam : ibu mengalami kontraksi mulai dari kemarin
tanggal 01 Februari 2018 jam 13.30 WIB, kontraksi yang dirasakan teratur
namun semakin lama kontraksi yang dirasakan semakin berkurang
frekuensinya dan tidak terasa sakit. Kontraksi 1x/10 menit, lamanya <20
detik.
2. Pengeluaran Pervaginam
Pasien sudah mengeluarkan lender darah dan air ketuban sudah pecah sejak
tanggal 01 Februari 2018 jam 16.00 WIB.
3. Periksa Dalam
Saat masuk RS tanggal 02 Februari 2018 jam 14.00 WIB hasil VT pembukaan
2cm, effisement 25%, ketuban (-), letkep, bidang Hodge 2.
4. Kala Persalinan
Kala I : mulai persalinan pada tanggal 02 Februari 2018 jam 14.00 WIB,
lama kala I yaitu 24 jam 30 menit. Pasien dilakukan induksi persalinan dengan
oksitosin drip 10 IU. Setelah dua jam induksi, klien tampak kesakitan,
kontraksi 3-4 kali/10 menit, lamanya >40 detik, DJJ 170x/menit.
Data Objektif
1. Keadaan umum
Meliputi tingkat energi, keadaan emosional, postur badan ibu selama pemeriksaan TB dan BB.
2. Tanda – tanda vital
Tekanan darah : normal (100/120 – 60/80 mmHg)
Nadi : normal (60 – 100 x/menit)
Respirasi : normal (16 – 24 x/menit)
Suhu : normal (36,50C – 37,50C)
Tinggi Badan : > 145 cm
BB saat hamil : ….. kg
BB sekarang : ….. kg
Kenaikan BB : ….. kg
LiLA : ≥23,5 cm
3. Pemeriksaan khusus
a. Inspeksi:
1) Kepala : simetris/tidak, warna rambut, apakah ada ketombe/tidak, kebersihan kulit kepala,
ada lesi/tidak ada benjolan/tidak.
2) Muka : simetris/tidak, pucat/tidak, cloasma gravidarum/ tidak
3) Mata : simetris/tidak, bersih/tidak, conjungtiva anemis/ tidak, sclera ikterus/tidak
4) Hidung : simetris/tidak, ada pernafasan cuping hidung/tidak, ada sekret/tidak, ada
pembesaran polip/tidak, bersih/tidak.
5) Mulut dan gigi: ada hipersalivasi/tidak, gigi ada caries/tidak, ada stomatitis/tidak, bibir
lembab/tidak, lidah bersih/tidak.
6) Telinga : simetris/ tidak, ada serumen/ tidak, ada gangguan pendengaran atau tidak.
7) Leher : adakah hiperpigmentasi
8) Axilla : ada pembesaran kelenjar limfe/tidak, bersih/tidak.
9) Payudara : bentuk simetris/tidak, pembesaran normal/tidak, hiperpigmentasi
pada areola ada/tidak, ada tumor/tidak, bersih/tidak.
10) Abdomen : pembesaran sesuai UK/tidak, terdapat strie/tidak, adalinea/tidak,
pembesaran lien ada/tidak.
11) Punggung : posisi tulang belakang normal/tidak.
12) Genetalia : oedem/ tidak, ada varices/ tidak, bersih/ tidak, ada
pengeluaran/tidak, ada luka parut/tidak, adakah candiloma akuminata, anus
ada hemoroid/tidak.
13) Ekstremitas : simetris/ tidak, oedem/ tidak, varices/ tidak, ada gangguan
pergerakan/ tidak, jumlah jari normal atau tidak.
b. Palpasi
1) Leher : adakah pembesaran vena jugularis dan kelenjar tiroid.
2) Payudara: ada nyeri tekan/ tidak, colostrum sudah keluar/ belum
3) Abdomen:
Leopold I : 3 jari bawah px, bagian apa yang ada di fundus
Leopold II : menentukan letak punggung dan bagian terkecil janin
LeopoldIII: apakah yang menjadi bagian terendah janin, dan apakah sudah masuk PAP
Leopold IV: bagian terendah janin seberapa besar masuk ke PAP
4) Ekstremitas: ada odema/tidak.
c. Auskultasi
Perut: Bising usus normal. DJJ 170x/menit.
d. Perkusi
Reflek patela : Positif.
Analisa Data
No. Data Etiologi Problem

1. DS : ibu mengatakan ketuban sudah pecah Penurunan kadar oksigen ke Gangguan perfusi jaringan
sejak kemarin plasenta pada janin
DO : hasil VT menunjukkan ketuban (-)

DS : pasien mengatakan Ketuban pecah dengan tidak Resiko infeksi


DO : hasil VT yaitu membrane amnion sudah ada perlindungan pada daerah
2.
robek rahim

DS : pasien mengatakan perut terasa nyeri, His yang hipertonik Gangguan rasa nyaman
seperti tertusuk benda tajam, diseluruh (nyeri)
bagian perut, skala nyeri 8 (1-10) dan nyeri
3.
hilang timbul
DO : pasien merintih kesakitan, memegangi
bagian perutnya
4. DS : pasien mengatakan nyeri pada perut His yang hipertonik Resiko cedera rupture uteri
DO : his 3-4x/10 menit selama >40 detik, pada ibu
Diagnosa

1. Gangguan perfusi jaringan terhadap janin berhubungan dengan


penurunan kadar oksigen ke plasenta
2. Resiko infeksi terhadap ibu berhubungan dengan ketuban pecah
dengan tidak ada perlindungan pada daerah rahim
3. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan his yang
hipertonik
4. Resiko tinggi cedera terhadap ibu berhubungan dengan his yang
hipertonik (ruptur uteri)
NCP
No. Dx Tujuan Dan Kriteria Hasil NIC
NIC
NOC
Monitor tanda-tanda vital
Perfusi jaringan
1. - Monitor denyut jantung janin
- Aliran darah melalui pembuluh darah jantung (4)
- Monitor kebedaan dan kualitas DJJ

2. NOC : NIC :
- Immune Status - Pertahankan teknik aseptif
- Knowledge : Infection control - Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
- Risk control keperawatan
Kriteria Hasil: - Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
 Klien bebas dari tanda dan - Tingkatkan intake nutrisi
gejala infeksi - Berikan terapi antibiotik
 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah - Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
timbulnya infeksi - Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap
 Jumlah leukosit dalam batas normal kemerahan, panas, drainase
 Menunjukkan perilaku hidup sehat - Monitor adanya luka
 Status imun, gastrointestinal genitourinaria dalam - Dorong masukan cairan
batas normal - Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
3 NOC NIC
- Pain control - Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
- Pain level - Kontrol lingkungan yang dapat memengaruhi nyeri
- Comfort level - Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Kriteria hasil: - Ajarkan teknik non farmakologi
 Mampu mengontrol nyeri
 Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan
menggunakan manajemen nyeri
 Mampu mengenali nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang
4 NOC NIC
- Risk control - Sediakan lingkungan yang aman untuk pasien
Kriteria Hasil: - Menyediakan tempat tidur yang nyaman dan
 Klien terbebas dari cedera bersih
 Klien mampu menjelaskan cara/mencegah - Mengontrol lingkungan dari kebisingan
injury - Berikan penejelasan pada pasien dan keluarga
 Mampu mengenaliperubahan status tentang adanya perubahan status kesehatan dan
kesehatan penyebab penyakit
WES

You might also like