Professional Documents
Culture Documents
Filariasis, Gastroenteritis & Listeriosis: Yosi Sefrina, SST, M. Keb
Filariasis, Gastroenteritis & Listeriosis: Yosi Sefrina, SST, M. Keb
Filariasis, Gastroenteritis & Listeriosis: Yosi Sefrina, SST, M. Keb
GASTROENTERITIS
& LISTERIOSIS
Diagnosis Parasitologik
Ditemukan mikrofilaria pada pemeriksaan darah jari pada
malam hari. Pemeriksaan dapat dilakukan slang hari, 30
menit setelah diberi dietilkarbamasin 100 mg. Dari
mikrofilaria secara morfologis dapat ditentukan species cacing
filaria.
Pada keadaan amikrofilaremia seperti pada keadaan
prepaten, inkubasi, amikrofilaremia dengan gejala menahun,
occult filariasis, maka deteksi antibodi dan/atau antigen
dengan cara immunodiagnosis diharapkan dapat menunjang
diagnosis.
Adanya antibodi tidak menunjukkan korelasi positif dengan
mikrofilaremi, tidak membedakan infeksi dini dan infeksi
lama.
Diagnosis Epidemiologik
Endemisitas filariasis suatu daerah ditentukan dengan
menentukan microfilarial rate (mf rate), Acute Disease
Rate (ADR) dan Chronic Disease Rate (CDR) dengan
memeriksa sedikitnya 10% dari jumlah penduduk.
Pendekatan praktis untuk menentukan daerah endemis
filariasis dapat melalui penemuan penderita elefantiasis.
Dengan ditemukannya satu penderita elefantiasis di
antara 1000 penduduk, dapat diperkirakan ada 10
penderita klinis akut dan 100 yang mikrofilaremik
Patogenesis
Fase Sub Klinis
Fase ini disebut juga dengan pre-symtomatic, dimana
perubahan faali atau system dalam tubuh manusia (proses
terjadinya sakit) telah terjadi
Belum menimbulkan keluhan sakit dan pada umumnya
pengobatan belum dilakukan.
Jika dilakukan pemeriksaan denganmenggunakan alat-
alat kesehatan seperti pemeriksaan mikroskopis darah
pada waktu malam hari, maka akan ditemukan
mikrofilaria dalam tubuh
Jika meminum obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC)
yang sedang digalakkan oleh pemerintah dalam program
eliminasi penyakit kaki gajah, akan timbul efek samping
seperti sakit kepala, sakit tulang atau otot, pusing,
anoreksia, muntah, demam, dan alergi yang menandakan
terdapat microfilaria dalam tubuh
Fase Klinis
Pada fase ini perubahan-perubahan yang terjadi pada
jaringan tubuh telah memunculkan dan tanda-tanda
penyakit. Adapun gejala akut yang dapat terjadi antara lain :
Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, demam dapat
hilang bila istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
Pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka)
didaerah lipatan paha,ketiak (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan, panas dan sakit
Radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan
sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
kearah ujung (retrograde lymphangitis)
Filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan
kelenjar getah bening,dapat pecah dan mengeluarkan nanah
serta darah
Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang
terlihat agak kemerahandan terasa panas (early
lymphodema)
Fase Konvalesens
Merupakan tahap akhir dari fase klinis yang dapat berupa
fase konvalesens (penyembuhan) dan meninggal. Fase
konvalesens dapat berkembang menjadi :
• Sembuh total
• Sembuh dengan cacat atau gejala sisa (disabilitas atau
sekuele). Filariasis dapat disembuhkan jika diobati sedini
mungkin, namun jika tidak mendapatkan pengobatan
dapat mengakibatkan Disabilitas
(kecacatan/ketidakmampuan) karena terjadi penurunan
fungsi sebagian struktur/organ tubuh, yaitu berupa
pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki sehingga menurunkan fungsi
aktivitas seseorang secara keseluruhan
Pengaruh Terhadap Kehamilan
Tidak memiliki pengaruh langsung, namun memperberat
kondisi kehamilan
Occult filariasis merupakan infeksi filariasis yang tidak
memperlihatkan gejala klasik filariasis serta tidak
ditemukannya mikrofilaria dalam darah, tetapi ditemukan
dalam organ dalam. Occult filariasis terjadi akibat reaksi
hipersensitivitas tubuh penderita terhadap antigen
mikrofilaria. Contoh yang paling jelas adalah Tropical
Pulmonary Eosinophilia (TPE) : suatu sindrom yang terdiri dari
gangguan fungsi paru, hipereosinofilia, peningkatan antibodi
antifilaria, peningkatan IgE antifilaria dan respon terhadap
terapi DEC. Manifestasi klinis berupa gejala yang menyerupai
asma bronkhial ( batuk, sesak nafas, dan
wheezing),penurunan berat badan, demam, limfadenopati
lokal, hepatosplenomegali. Pada foto torak tampak
peningkatan corakan bronkovaskular terutama didasar paru,
dan pemeriksaan fungsi paru tampak defek obstruktif. Jika
tidak diobati, maka penyakit akan berkembang menjadi
penyakit paru restriktif kronik dengan fibrosis interstisial.
Memudahkan terjadinya infeksi sekunder
Riwayat sensitisasi prenatal dan toleransi imunologik
terhadap antigen filarial mempengaruhi respon patologi
infeksi dan tendensi terjadinya manifestasi subklinis pada
masa kanak-kanak.
Di daerah endemik, terjadi kenaikan titer IgG4 yang lebih
tinggi dibanding IgG1, IgG2 dan IgG3 pada individu yang
amikrofilaremia, mikrofilaremia dan elefantiasis
Terdapat perbedaan umum sifat subklas IgG terkait dengan
proteksi dan progresifitas patologi.
Adapun TPE tampaknya terkait dengan IgE (dominan) dan
IgG4 yang telah diketahui kemampuannya menembus
jaringan lebih tinggi dibanding subklas IgG lainnya. Hal
tersebut digeneralisir dari sifat IgG4 dan IgG2 yang mampu
menembus plasenta sedang IgG3 dan IgG1 tidak mampu
menembus plasenta. Reaksi inflamasi jaringan dan persisten
hipereosinofilia yang menyertai TPE merupakan penghubung
keterkaitan gejala tersebut dengan keberadaan IgE maupun
IgG4 yang mampu mengaktivasi komplemen melalui jalur
alternatif.
Pencegahan
Bagi penderita penyakit gajah diharapkan kesadarannya untuk
memeriksakan kedokter dan mendapatkan penanganan obat-
obtan sehingga tidak menyebarkan penularan kepada
masyarakat lainnya. Untuk itulah perlu adanya pendidikan dan
pengenalan penyakit kepada penderita dan warga sekitarnya.
Pemberantasan nyamuk diwilayah masing-masing sangatlah
penting untuk memutus mata rantai penularan penyakit ini.
Menjaga kebersihan lingkungan merupakan hal terpenting
untuk mencegah terjadinya perkembangan nyamuk diwilayah
tersebut.
Berusaha menghindarkan diri dari gigitan nyamuk dengan
cara :
-Tidur memakai kelambu
-Lubang-lubang/ ventilasi rumah ditutup dengan kawat kasa
halus
-Tidak membiarkan nyamuk-nyamuk bersarang didalam atau
disekitar rumah
-Membunuh nyamuk dengan obat semprot nyamuk
-Membersihan tanaman air atau selokan untuk menghilangkan
tempat bersarangnya nyamuk.
Penanggulangan
Untuk memberantas penyakit filariasis ini sampai tuntas
WHO sudah menetapkan Kesepakatan Global, yaitu The
Global Goal of Elimination of Lymphatic Filariasis as a
Public Health problem by The Year 2020
Program eliminasi dilaksanakan melalui pengobatan masal
dengandengan kombinasi diethyl carbamazine (DEC) dan
albendazole (Alb) yang direkomendasikan setahun sekali
selama lima tahun.
Untuk melaksanakan Eliminasi ini WHO menetapkan 2
strategi utama yaitu:
1. Pemutusan rantai penularan dengan cara pengobatan
massal (Program Minum Obat Massal Pencegahan : POMP)
kepada penduduk di Kecamatan Endemis, dengan
menggunakan DEC dan Albendazole setahun sekali, selama
5 – 10 tahun.
2. Penatalaksanaan kasus klinis untuk mencegah kecacatan
GASTROENTERITIS
Pengertian
Gastroenteritis adalah perangan akut lapisan
lambung dan usus yang ditandai dengan
anoreksia, rasa mual, diare, nyeri abdomen dan
kelemahan
Diare pada gastroenteritis ialah keadaan
frekuensi buang air besar lebih dari 3 kali
dengan konsistensi feses encer, dapat berwarna
hijau atau dapat bercampur lendir dan darah
Banyak wanita hamil mungkin mengeluh diare
jika mengalami perubahan dalam kebiasaan BAB
dengan feses yang lembut/lunak, sering dan
kurang berbentuk
Klasifikasi
Diare akut
Diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya
kurang dari 7 hari)
Penyebab dominan infeksi
Pengeluaran tinja yang lunak atau cair yang sering dan tanpa
darah, mungkin disertai muntah dan panas.
Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan dehidrasi
merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.
Diare kronis
• Berlangsung lebih dari 2 minggu berturut-turut
• Penyebab : infeksi, pengobatan, penyakit kronis, sindrom
malabsorpsi, stress dan sindrom iritasi usus
Etiologi
Penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu
1. Faktor infeksi
• Infeksi enteral : infeksi bakteri, infeksi virus, infeksi parasit,
protozoa, jamur
• Infeksi parenteral : infeksi diluar alat pencernaan makanan
seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits,
bronkopeneumonia, ensefalitis
2. Faktor malabsorpsi
• Malabsorpsi karbohidrat : Disakarida (intoleransi laktosa,
maltosa dan sukrosa), Monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa)
Malabsorpsi lemak
Malabsorpsi protein
3. Faktor makanan
Makanan yang menyebabkan diare adalah makanan yang
tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, mentah (misal,
sayuran), dan kurang matang.
Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan
timbulnya diare:
1. Gangguan osmotik
Makanan/zat yang tidak dapat diserap tekanan osmotik
dalam rongga usus pergeseran air dan elektrolit ke dalam
rongga usus.
Isi rongga usus yang berlebihan merangsang usus untuk
mengeluarkannya diare osmotik
2. Gangguan sekresi
Rangsangan tertentu (toksin) pada dinding usus
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus
diare sekretorik timbul karena terdapat peningkatan isi
rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik berkurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan diare.
Bila peristaltik usus menurun bakteri tumbuh berlebihan
diare
Masuknya jasad renik yang masih hidup kedalam usus halus setelah
berhasil melewati rintangan asam lambung
Diare akut
Diare kronik
Melanjutnya Perbaikan
Kerusakan Diare persisten Mukosa yang
Mukosa terlambat
Gejala
Mual, muntah, dan/atau diare
Demam
Malaise (dalam 2-3 hari setelah terinfeksi)
Nyeri tekan abdomen, tidak ada tahanan muskular
(guarding)
Bising usus meningkat
Kehilangan banyak cairan dan elektrolit dehidrasi (berat
badan , turgor kulit berkurang, mata cekung, selaput
lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering,
peningkatan frekuensi nadi dan pernafasan
Pengaruh terhadap kehamilan
Dehidrasi (Ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau
hipertonik)
Renjatan hipovolemik
Hipokalemia (meteorismus, hipotoni, bradikardia,
perubahan EKG)
Hipoglikemia
Asidosis
Alkalosis
Penanganan