Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

ANTIBAKTERI

Kel 6
Lisa Listiani
Nensi Desvira Cahyani
Reza Ameliana
Nurhasanah
Wa Ode Nur Jalna
Anggun Sri Anggi Nur
Definisi
Antibakteri merupakan zat yang dapat mengganggu
pertumbuhan atau bahkan mematikan bakteri dengan cara
mengganggu metabolisme mikroba yang merugikan
Kasus 1 (Pneumonia)
Ny. R umur 25 tahun agama islam, suku bangsa jawa, pekerjaan
PNS alamat Jl. Husni Tamrin No 24 b pasar jambi. klien masuk
RS pada tgl 30 september 2012 ruang paru kelas 1, klien msuk
RS dengan keluhan demam sudah 5 hari, menggigil, klien juga
mengtakan nyeri dada pleuritik, batuk produktif, sputum hijau
dan purulen. pada saat pengkajian klien mengatakan nyeri dada
pada saat batuk skala nyeri &, intesitas nyeri setiap 20 menit,
hidung memerah, retraksi interkostal, penggunaan otot bantu
pernapasan dan timbul sianosis, badan lemas dan teraba panas,
malaise, dari hasil pemeriksaan fisik TD 130/90 mmHg, suhu
390C, nadi 100 kali/menit, dari hsil labor didapatkan Hb 10,0
gr%, leukosit 15000 ml.
Sekilas penyakit tentang kasus
Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru,
distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus
respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi
jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat
Pengobatan yang diberikan
Antibioktik golongan betalaktam
Penisilin
Nama obat : Amoxicillin 500 mg-1g setiap 8 jam
Farmakodinamik :
Amoksisilin adalah bakterisidal yang rentan terhadap organisme
melalui penghambatan biosintesis dinding sel mukopeptida
selama tahap penggandaan bakteri. Amoksisilin bekerja dengan
mengikat pada ikatan penisilin protein 1A (PBP-1A) yang
berlokasi didalam dinding sel bakteri.
Farmakokinetik :
 Absorpsi
Absorpsi dari amoksisilin tidak terganggu oleh makanan.
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-92% di
saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal secara oral.
Nilai puncak konsentrasi serum dan AUC meningkat sebanding
dengan meningkatnya dosis. Efek terapi Amoxicillin akan tercapai
setelah 1-2 jam setelah pemberian per oral. Meskipun adanya
makanan di saluran pencernaan dilaporkan dapat menurunkan
dan menunda tercapainya nilai puncak konsentrasi serum
Amoxicillin, namun hal tersebut tidak berpengaruh pada jumlah
total obat yang diabsorpsi
 Distribusi
Amoksisilin terdistribusi pada banyak jaringan termasuk hati,
paru, prostat, otot, empedu, asites, cairan pleura dan sinovial dan
cairan okular, terakumulasi dalam cairan amnion dan melewati
plasenta tapi buruk melewati sistem saraf pusat
 Ekskresi
Amoksisilin diekskresikan pada urine sekitar 86% dan
pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoksisilin memiliki volume
distribusi 19 L/70kg dan waktu paruh 1,7 jam
Efek samping
Infeksi jamur pada kelamin, diare, mual, sakit kepala, muntah,
nyeri perut
Interaksi obat
 Antikoagulan (pengencer darah). Amoxicillin dapat meningkatkan
efek obat pengencer darah, sehingga berpotensi menyebabkan
perdarahan.
 Allopurinol, meningkatkan risiko alergi terhadap amoxicillin
 Probenecid, meningkatkan kadar amoxicillin dalam darah.
 Antibiotik chloramphenicol, macrolides, sulfonamide, dan
tetracycline, karena dapat mempengaruhi efek amoxicillin dalam
membunuh bakteri.
 Pil KB (kontrasepsi oral). Amoxicillin akan menurunkan
efektivitas pil KB.
Antibiotik Golongan Flourokuinolon
Nama obat : siprofloksasin 250 mg- 500 mg 2 x sehari
Farmakodinamik :
Siprofloksasin merupakan salah satu obat sintetik derivat kuinolon.
Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas DNA gyrasi
bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum luas terhadap bakteri
gram positif maupun negatif.
Farmakokinetik :
 Absorpsi
Siprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran
cerna, biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40%
terikat pada protein plasma
 Distribusi
tersebar ke hampir seluruh jaringan tubuh, menembus plasenta
dan ASI (air susu ibu)
 Metabolisme
Empat metabolit siprofloksasin yang memiliki aktivitas
antimikrobial yang lebih rendah dari siprofloksasin bentuk asli
telah diidentifikasi di urin manusia sebesar 15% dari dosis oral
 Ekskresi. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan
diekskresikan
Waktu paruh eliminasi serum pada subjek dengan fungsi ginjal
normal adalah sekitar 4 jammelalui urin dalam bentuk awal
sebagai obat yang belum diubah. Ekskresi siprofloksasin melalui
urin akan lengkap setelah 24 jam
Efek samping :
Diare. Mual-mual. Sakit kepala. Sering buang gas.
Interaksi obat :
 Meningkatkan kadar obat clozapine, ropinirole, atau teofilin di dalam darah,
bila digunakan bersamaan
 Meningkatkan efek dari obat-obatan pengencer darah (misalnya warfarin) dan
glibenclamide
 Dapat menyebabkan gangguan pada jantung, jika digunakan bersamaan
dengan obat antiartimia golongan 1A (misalnya quinidine dan procainamide),
obat antiartimia golongan III (misalnya amiodarone dan sotalol), obat-obatan
antidepresan trisiklik (TCA), antipsikotik, dan antibiotik makrolid
 Risiko terjadinya kelainan berat pada tendon apabila digunakan bersamaan
dengan obat kortikosteroid
 Memicu terjadinya perangsangan pada sistem saraf pusat apabila digunakan
bersamaan dengan obat antiinflamasi non steroid (NSAIDs)
 Meningkatkan potensi efek samping yang fatal seperti efek hipotensi dan
sedasi apabila digunakan bersamaan dengan tizanidine, Pemakaian tizanidine
merupakan kontraindikasi dalam penggunaan ciprofloxacine. Dengan kata
lain, kedua obat ini tidak boleh digunakan bersamaan
Kasus 2 (Rhinitis Alergi)
Nina, seorang mahasiswi semester 7 (22th) memeriksakan diri
ke dokter dengan keluhan sudah satu bulan ini selalu mengalami
bersin dan hidung berair
secara terus menerus dan berwarna putih encer, hidung
tersumbat, mata berair. Gejala ini dirasakan terutama pada siang
hari. Sedangkan gejala ini tidak muncul pada malam hari. Selain
itu Nina juga melaporkan bahwa dia merasa nafsu makan
meningkat namun merasakan berat badan malah turun.
Sekilas penyakit tentang kasus
Rhinitis alergik merupakan bentuk alergi respiratorius yang
paling sering ditemukandan diperkirakan diantarai oleh reaksi
imunologi cepat (hypersensitive I). Rhinitis adalah suatu
inflamasi (peradangan) pada membran mukosa di hidung
Pengobatan yang diberikan
1. Golongan obat antihistamin
Difehidramin Hcl: 25-50 mg 3-4 kali sehari, dengan
interval 4-6 jam, bila perlu.
Farmakodinamik :
Farmakokinetik :
Efek samping : Rasa kantuk, Gelisah, Kejang ,Vertigo
Penglihatan kabur, Jantung berdebar, Tekanan darah
rendah Konstipasi,Nafsu makan menurun, Gangguan
waktu menstruasi, Mulut kering.
Interaksi obat :
Interaksi dapat terjadi jika diphenhydramine digunakan
bersama dengan beberapa jenis obat berikut ini:
 Meningkatkan efek mengantuk, bila diberikan dengan
obat penenang dan antidepresan.
 Meningkatkan efek obat antikolinergik, seperti atropin.
2. Dekongestan hidung
Pseudoefedrin Hcl: 30-60 mg diberikan tiap 4-6 jam
Farmakodinamik :
Farmakokinetik :
 Efek samping : hilang nafsu makan, rasa panas, geli, atau
kemerahan dibawah kulit, merasa semangat atau senang
(khususnya pada anak-anak, gangguan tidur (insomnia), ruam
kulit atau gatal

Interaksi obat : Clorgyline, Dihydroergotamine,


Furazolidone, Iproniazid, Isocarboxazid, Linezolid,
Moclobemide, Nialamide, Pargyline, Phenelzine,
Procarbazine, Rasagiline, Selegiline, Toloxatone,
Tranylcypromine
3. Golongan Kortikodsteroid
Deksametason : 0,5 mg sampai dengan 10 mg per hari
Farmakodinamik:
Kerja utama adalah untuk menekan proses peradangan. Pada
waktu memasuki jaringan, glukokortikoid berdifusi atau
ditranspor menembus sel membrandan terikat pada kompleks
reseptor sitoplasmik glukokortikoid heat-shock proteinkompleks.
Heat shock protein dilepaskan dan kemudian kompleks hormon
reseptor ditranspor ke dalam inti, dimana akan berinteraksi
dengan respon unsur responglukokortikoid pada berbagai gen dan
protein pengatur yang lain dan merangsang ataumenghambat
ekspresinya. Pada keadaan tanpa adanya hormon, protein
reseptor dihambat dari ikatannya dengan DNA; jadi hormon ini
tidak menghambat kerja reseptor pada DNA.
Farmakokinetik :
Metabolisme kortikosteroid sintetis sama
dengankortikosteroid alami.Kortisol(juga disebut
hydrocortison) memiliki berbagai efek fisiologis, termasuk
regulasi metabolisme perantara, fungsi kardiovaskuler,
pertumbuhan dan imunitas.Sintesis dansekresinya diregulasi
secara ketat oleh sistem saraf pusat yang
sangatsensitif terhadap umpan balik negatif yang ditimbulkan
oleh kortisol dalam sirkulasidanglukokortikoid eksogen
(sintetis). Pada orang dewasa normal, disekresi 10-
20mgkortisol setiap hari tanpa adanya stres. Pada plasma,
kortisolterikat pada proteindalam sirkulasi. Dalam kondisi
normal sekitar 90%.
Efek samping : Badan terasa lelah atau lemas, Gangguan pola
tidur, Sakit kepala, Vertigo, Keringat berlebihan,
Jerawat, Kulit kering dan menipis serta
gampang memar, Pertumbuhan rambut yang
tidak biasa, Perubahan suasana hati seperti
depresi dan mudah tersinggung, Mudah haus,
Sering buang air kecil, Nyeri otot.
Interaksi obat : agar dapat bekerja secara efektif,
dexamethasone tidak dianjurkan untuk dikonsumsi
bersamaan dengan obat phenytoin, fenobarbital, rifampicin,
suplemen vitamin A, tetrasiklin dan antibiotik lainnya, tiazid,
ephedrine, barbiturat, primidon. Dexamethasone juga dapat
mengubah efek obat pengencer darah oral, serta menurunkan
efek obat hipoglikemik oral dan salisilat.
Kasus 3 (Typus abdominalis)
Maya seorang mahasiswa semester III (19 tahun),
memeriksakan diri ke rumah sakit dengan keluhan badan
panas, sakit kepala, pusing, mual muntah, tidak enak badan
nafsu makan sudah 5 hari, otot dan perut terasa nyeri, Pasien
mengatakan pernah meminum obat, panasnya berkurang
setelah minum obat parasetamol, tapi hanya sebentar
kemudian panas lagi. Sebelumnya pasien tidak pernah
mengalami penyakit seperti sekarang ini, pasien juga tidak
pernah dirawat di RS.
Sekilas penyakit tentang kasus.
Penyakit typhus abdominallis atau demam thypod adalah
penyakit infeksi akut yang di sebabkan oleh bakteri
salmonella thypi dengan masa tunas 6-14 hari. Demam
thypod/thypus abdominallis merupakan penyakit peradangan
pada usus yang disebabkan infeksi bakteri.
Pengobatan yang diberikan
1. Pemberian antibiotik golongan betalaktam yaitu
penisilin.
a. Amoksilin atau ampisillin 50-150 mg/kg bb selama 14 hari.
Farmakodinamik :
Amoksilin dan ampisilin memiliki mekanisme kerja yang sama
yaitu menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan mengikat
satu atau lebih pada ikatan penisilin-protein (BPSs-protein
binding penisilin’s) sehingga menyebabkan pengahambatan pada
tahapan akhir transpeptidase sintesis peptidoglikan dalam
dinding sel bakteri, akibatnya biosintesis dinding sel terhambat
dan sel bakteri menjadi pecah/lisis.
Farmakokinetik :
 Absorpsi
Absorpsi dari amoksisilin tidak terganggu oleh makanan.
Amoxicillin stabil pada asam lambung dan terabsorpsi 74-
92% di saluran pencernaan pada penggunaan dosis tunggal
secara oral.
 Ekskresi
Amoksisilin diekskresikan pada urine sekitar 86% dan
pembersihannya 10,8 L/h/70kg. Amoksisilin memiliki
volume distribusi 19 L/70kg dan waktu paruh 1,7 jam.
Efek samping
Infeksi jamur pada kelamin, diare, mual, sakit kepala, muntah,
nyeri perut
Interaksi obat
 Antikoagulan (pengencer darah). Amoxicillin dapat meningkatkan
efek obat pengencer darah, sehingga berpotensi menyebabkan
perdarahan.
 Allopurinol, meningkatkan risiko alergi terhadap amoxicillin
 Probenecid, meningkatkan kadar amoxicillin dalam darah.
 Antibiotik chloramphenicol, macrolides, sulfonamide, dan
tetracycline, karena dapat mempengaruhi efek amoxicillin dalam
membunuh bakteri.
 Pil KB (kontrasepsi oral). Amoxicillin akan menurunkan
efektivitas pil KB.
b. Golongan antibiotik pengahamotbat sintesis
protein.
Kloramfenikol 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6
jam.
Farmakodinamik :
Mekanisme kerjanya menghambat sintesis protein kuman.
Masuk ke sel bakteri melalui difusi terfasilitasi. Inaktifitasi
obat oleh asetil transferase yang diperantai oleh faktor R.
Resistensi terhadap P. Aeruginosa, proteus dan klebsiala
terjadi karena perubahan permeabilitas membran yang
mengurangi masuknya obat kedalam sel bakteri.
Farmakokinetik :
 Absorbsi : diabsorbsi secara cepat di GIT, bioavailabilitas
75%-90%. Mudad berpenetrasi melewati membran luar sel
bakteri.
 Distribus : kloramfenikol berdistribusi secara cepat dan dapat
menembus plasenta. Konsentarsi tertinggi hati dan ginjal,
konsentrasi terendah otak dan CSF.
 Metabolisme : hati dan ginjal, kloramfenikol terikat dengan
plasma protein 50% , paisen sirosis dan pada bayi
 Eliminasi : rute utama dari eliminasi kloramfenikol adalah
pada metabolisme hepar ke inaktif glakuronida.
Efek samping : reaksi hematologik, reaksi alergi, reaksi
saluran cerna, syndrom gray, reaksi neurologis.
Interaksi obat :
 Kloramfenikol menghambat enzim sitokron P450 irreversibel
memperpanjang T ½ (dicumorol, phenytoin, chlorpopamide,
dan tolbutamide)
 Mengendapkan berbagai obat lain dari larutannya, merupakan
antagonis kerja bkterisidal penisilin, dan aminoglikosida.
 Phenobarbital dari rifampisin mempercepat eliminasi dari
kloramfenikol.
2. Antibiotik golongan fluokuinolon
Ciproloxacin 500 mg 2x sehari selama 7 hari.
Farmakodinamik :
Ciproloxacin merupakan salah satu obat sintetik derivat
kuinolon. Mekanisme kerjanya adalah menghambat aktivitas
DNA gyrasi bakteri, bersifat bakterisidal dengan spektrum
luas terhadap bakteri gram positif maupun negatif.
Farmakokinetik :
 Absorpsi
Siprofloksasin diabsorbsi secara cepat dan baik melalui saluran
cerna, biovailabilitas absolut antara 69-86%, kira-kira 16-40%
terikat pada protein plasma
 Distribusi
tersebar ke hampir seluruh jaringan tubuh, menembus
plasenta dan ASI (air susu ibu)
 Metabolisme
Empat metabolit siprofloksasin yang memiliki aktivitas
antimikrobial yang lebih rendah dari siprofloksasin bentuk
asli telah diidentifikasi di urin manusia sebesar 15% dari dosis
oral
 Ekskresi. Sebesar 40-50% dari dosis yang diminum akan
diekskresikan Waktu paruh eliminasi serum pada subjek
dengan fungsi ginjal normal adalah sekitar 4 jammelalui urin
dalam bentuk awal sebagai obat yang belum diubah. Ekskresi
siprofloksasin melalui urin akan lengkap setelah 24 jam
Efek samping :
Diare. Mual-mual. Sakit kepala. Sering buang gas, rekasi alergi.
Interaksi obat :
Penyerapan ciproloxacin dipengaruhi oleh antasida yang
mengandung aluminium hidroksida atau magnesium
hidroksida. Bila ciproloxacin diberikan bersamaan dengan
teofilin akan terjadi peningkatan kadar teofilin dalam plasma
yang tidak di inginkan.
3. Golongan obat analgesik Antipirerik
Parasetamol : tablet Paracetamol 500 mg: 2 tablet 500 mg
diminum tiap 4-6 jam.
Farmakodinamik : Efek analgesik Parasetamol dan Fenasetin
serupa dengan Salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi
nyeri ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu
tubuh dengan mekanisme yang diduga juga berdasarkan efek
sentral seperti salisilat. Efek anti-inflamasinya sangat lemah,
oleh karena itu Parasetamol dan Fenasetin tidak digunakan
sebagai antireumatik. Parasetamol merupakan penghambat
biosintesis prostaglandin (PG) yang lemah. Efek iritasi, erosi
dan perdarahan lambung tidak terlihat pada kedua obat ini,
demikian juga gangguan pernapasan dan keseimbangan asam
basa
 Farmakokinetik : Parasetamol cepat diabsorbsi dari
saluran pencernaan, dengan kadar serum puncak dicapai
dalam 30-60 menit. Waktu paruh kira-kira 2 jam.
Metabolisme di hati, sekitar 3 % diekskresi dalam bentuk
tidak berubah melalui urin dan 80-90 % dikonjugasi dengan
asam glukoronik atau asam sulfurik kemudian diekskresi
melalui urin dalam satu hari pertama; sebagian dihidroksilasi
menjadi N asetil benzokuinon yang sangat reaktif dan
berpotensi menjadi metabolit berbahaya. Pada dosis normal
bereaksi dengan gugus sulfhidril dari glutation menjadi
substansi nontoksik. Pada dosis besar akan berikatan dengan
sulfhidril dari protein hati.
Efek samping :
 Penurunan jumlah sel-sel darah, sepeti sel darah putih atau
trombosit.
 Muncul ruam, terjadi pembengkakan, atau kesulitan bernapas
karena alergi.
 Tekanan darah rendah (hipotensi) dan jantung berdetak cepat
(takikardi).Kerusakan pada hati dan ginjal jika menggunakan
obat ini secara
 Bisa menyebabkan overdosis jika digunakan lebih dari 200
mg/kg, atau lebih dari 10 gram, dalam 24 jam.
Interaksi obat :
 Warfarin (obat yang biasanya digunakan untuk mencegah
pembekuan darah).
 Carbamazepine (obat yang biasanya digunakan untuk mengobati
epilepsi).
 Phenobarbital, phenytoin, atau primidone (obat-obatan yang
biasanya digunakan untuk mengontrol kejang).
 Colestyramine (obat yang biasanya digunakan untuk mengurangi
rasa gatal pada gangguan ginjal).
 Metoclopramide (obat yang biasanya digunakan untuk meredakan
rasa mual dan muntah).
 Imatinib atau busulfan (obat-obatan yang biasanya digunakan untuk
mengobati kanker jenis tertentu.
 Lixisenatide (obat yang biasanya digunakan untuk mengatasi
diabetes tipe 2).
 Ketoconazole (salah satu jenis obat antijamur).

You might also like