Laporan Kasus: Dr. Hj. Suginem Mudjiantoro SP - Rad (K)

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 34

LAPORAN KASUS

Pembimbing :
dr. Hj. Suginem Mudjiantoro Sp.Rad (K)

Nurul Dwi Hudatullah


2013730080

KEPANITERAAN KLINIK ILMU RADIOLOGI


RUMAH SAKIT ISLAM JAKARTA PONDOK KOPI
2018
IDENTITAS
 Nama : Tn.R
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Umur : 20 tahun
 Alamat : Cakung Barat
 Pekerjaan : Mahasiswa
 Agama : Islam
 No. Foto : 48**
Anamnesa
Keluhan Utama : Batuk sejak 2 minggu SMRS.
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam RSIJ Pondok Kopi
dengan keluhan batuk sejak 2 minggu SMRS, batuk berdahak
banyak berwarna hijau dan berbau amis. Pasien juga
merasakan demam, demam terasa naik turun. Pasien juga
merasakan sesak di daerah paru kiri. Pasien juga merasakan
lemas dan mengeluh mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan
menurun, pasien mengaku tidak mengetahui dengan yakin
bahwa terjadi penurunan berat badan, kepala terasa pusing
serta mengeluh tidak ada keluhan dalam buang air besar dan
kecil.
Riwayat Penyakit Keluarga : -
Riwayat Penyakit Dahulu :-
Riwayat Pengobatan
 Pasien pernah melakukan pengobatan di puskesmas
namun tidak ada perbaikan, mengaku diberikan
obat batuk, demam, dan antibiotik.

Riwayat Alergi
 Pasien tidak mempunyai riwayat alergi obat, alergi
debu dan alergi dingin.

Riwayat psikososial
 Pasien sebagai mahasiswa, sehari-hari menggunakan
motor sebagai transportasi. Pasien mengkonsumsi
rokok sebanyak 5 batang per hari, tetapi hanya saat
ingin saja, pasien tidak pernah minum-minuman
alkohol.
Pemeriksaan Fisik
KU : tampak sakit sedang
Sensorium : compos mentis
TD : 100/70 mmhg
Nadi : 80 x/ menit reguler
Pernafasan : 21x/menit
Temperatur : 37,8˚C
Keadaan Gizi
BB : 55 Kg, TB : 160Cm
IMT = BB/TB²
= 55/1,60 ²
= 55/2,56=21,48
Kesan : normoweight
Pemeriksaan fisik
 Kepala : Bentuk normochepali, rambut warna hitam,
tidak mudah dicabut, tidak ada luka
 Mata : Konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik,
pupil isokor D=S, reflek cahaya (+/+)
 Hidung : Tidak ada sputum deviasi, sekret tidak ada
 Mulut : Mukosa bibir tidak sianosis,lidah tidak kotor
tidak hiperemis, uvula di tengah
 Gigi : pasien kurang menjaga kebersihan gigi saat
malam hari tidak pernah menggosok gigi. Gigi
banyak yang berlubang, yaitu pada molar 1,2
atas kanan, dan premolar 2 bawah kiri
 Telinga : Tidak ada serumen,tidak ada nyeri tekan tragus
 Leher : Tidak ada pemesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran KGB, tidak ada penigkatan TVJ,
trakea tidak ada pergeseran
Thorax
Paru-paru anterior

Inspeksi : dada simetris,tidak ada nafas


tertiggal,tidak ada retraksi, spider nevi (-)
Palpasi : vocal fremitus menghilang paru kiri
Perkusi : redup di basal paru kiri
Auskultasi : suara pernapasan : bronkial di lapang paru kiri
suara tambahan : ronkhi basah (+) di basal paru kiri
Wheezing (-)
Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : ictus kordis teraba
Perkusi :
-batas jantung atas : ICR III Sinistra
- batas jantung kanan : Linea sternalis dextra
- batas jantung kiri : 1 cm medial linea
midclavicula sinistra ICR VI
Auskultasi :
- BJ 1 dan BJ 2 normal
- ST : murmur (-) galop (-)
Abdomen
 Inspeksi : simetris, distensi (-), ascites (-)
 Palpasi : soepel, hepar/lien/renal : tidak teraba,
nyeri tekan (-)
 Perkusi : timpani diseluruh lapang abdomen.
 Auskultasi : peristaltik (+) N
 Pinggang
- Ballotement (-)
- Tapping pain (-)
 Ekstremitas
- Superior : Edema (-), clubbing finger (-)
- Inferior : Edema (-), clubbing finger (-)
 Alat kelamin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Rektum : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Neurologi
- Refleks Fisiologis (+) Normal
- Repleks Patologis (-)
 Bicara : Normal
RESUME
Pasien datang ke Poli Penyakit Dalam RSIJ Pondok Kopi
dengan keluhan batuk sejak 2 minggu SMRS, batuk berdahak
banyak berwarna hijau dan berbau amis. Pasien juga merasakan
demam, demam terasa naik turun. Pasien juga merasakan sesak
di daerah paru kiri. Pasien juga merasakan lemas dan mengeluh
mual tetapi tidak muntah. Nafsu makan menurun, kepala terasa
pusing serta mengeluh tidak ada keluhan dalam buang air besar
dan kecil. Pasien kurang mempehatikan kebersihan gigi, banyak
gigi pasien yang berlubang. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
Tekanan Darah : 100/70 mmhg, Nadi: 80 x/ menit, Pernafasan:
21 x/menit, Temperatur: 37,8˚C, Keadaan Gizi baik, pada
pemeriksaan thorax Inspeksi: simetris fusiform,tidak ada nafas
tertinggal,tidak ada retraksi, Palpasi : vocal fremitus menghilang
paru kiri, Perkusi: redup di basal paru kiri, Auskultasi: ronkhi
basah (+) di basal paru kiri. Dengan pemeriksaan laboratorium
ditemukan leukosit 17.000/ µl dan pemeriksaan dahak tidak
ditemukan basil tahan asam.
Pemeriksaan Radiologi
Saran Pemeriksaan
•CT scan : juga bisa menunjukkan lokasi abses
berada dalam parenkim paru yang membedakannya
dari empiema
•Bronkoskopi : abses paru yang dicurigai ca bronkus,
lesi obstruksi, pengeluaran benda asing.
•Kultur bakteri penyebab
DIAGNOSIS KERJA
 ABSES PARU SINISTRA
Penatalaksanaan
 Istirahatyang cukup
 Menghindari paparan debu berlebih, menggunakan
masker menghindari pajanan infeksi sekunder lain
 Menggunakan antibiotik sesuai lini pertama
golongan Penisilin seperti Klindamicin 4x300 mg
p.o/hari kontrol 1 minggu pertama
 Pemberian obat analgetik dan antipiretik seperti
Paracetamol 3x500 mg p.o/hari jika demam dan
nyeri
 Tindakan operasi dengan indikasi
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
 Abses paru adalah infeksi dekstruktif
berupa lesi nekrotik pada jaringan paru
yang terlokalisir sehingga membentuk
kavitas yang berisi nanah (pus) dalam
parenkim paru pada satu lobus atau lebih.
 Definisi lain menyebutkan bahwa abses
paru adalah infeksi paru dengan
karakteristik akumulasi pus yang
terlokalisasi disertai dekstruksi jaringan
sekeliling.
EPIDEMIOLOGI
 Penelitian terdahulu menemukan adanya infeksi pada pasien
abses paru. Dari hasil kultur sputum didapatkan adanya infeksi
staphylococcus (46,%), klebsiella (26,6%), D. pneumonia
(16,6%) dan E.coli (10%).
 Berdasarkan jenis kelamin, abses paru lebih sering terjadi pada
laki-laki karena sering mengkonsumsi alkohol dan merokok.
Abses paru mungkin terjadi lebih sering pada pasien usia lanjut
karena terjadinya penurunan fungsi paru. Namun, serangkaian
kasus dari pusat perkotaan dengan prevalensi tinggi
alkoholisme melaporkan rata-rata penderita abses baru berusia
41 tahun.
Etiologi
 Studi
yang dilakukan Bartlett et al (1974)
mendapatkan 46% abses paru disebabkan
hanya oleh bakteri anaerob, sedangkan
43% campuran bakteri anaerob dan aerob.
Kelompok bakteri anaerob, biasanya diakibatkan oleh
aspirasi
 Bacteriodes melaninogenus
 Bacteriodes fragilis
 Peptostreptococcus species
 Bacillus intermedius
 Fusobacterium nucleatum
 Microaerophilic streptococcus
Bakteri anaerobic meliputi 89% penyebab abses paru
dan 85%-100% dari specimen yang didapat melalui
aspirasi transtrakeal.
Kelompok bakteri aerob:
Gram positif: sekunder oleh sebab selain aspirasi
 Staphylococcus aureus
 Streptococcus microaerophilic
 Streptococcus pyogenes
 Streptococcus pneumonia
Gram negatif: biasanya merupakan sebab nosokomial
 Klebsiella pneumoniae
 Pseudomonas aeruginosa
 Escherichia coli
 Haemophilus influenza
 Actinomyces species
 Nocardia species
 Gram negatif bacilli
Gambaran Klinis
 Demam, dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses
paru. Kadang dijumpai dengan temperatur > 40 C.
 Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi
hubungan rongga abses dengan bronkus batuknya
menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas (40-
75%). Batuk darah bisa dijumpai, biasanya ringan
tetapi ada yang massive.
 Sesak (50%)
 Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu
makan dan berat badan.
Patogenesis
PATOGENESIS
 Abses Paru yang paling sering terjadi akibat aspirasi
kuman dari saluran napas bagian atas Teraspirasi
kedalam paru-paru  Abses karena aspirasi
dimulai dari suatu infeksi lokal bronkus  bronkiolus
 Pembuluh darah lokal Trombosis Nekrosis +
likuefaksi  Jaringan granulasi Nekrosis kaviti (Air
Fluid Level)
Pemeriksaan Penunjang
 Laboratorium
 Leukosit : 10.000-30.000/mm3
 Dahak
 Berupa pus
 Pemeriksaan kultur dahak
 Rontgen Thorax PA : untuk melihat lokasi lesi dan bentuk abses
paru, tampak kavitas ireguler dengan batas cairan dan permukaan
udara (air fluid level) didalamnya
 Bronkoskopi : abses paru yang dicurigai ca bronkus, lesi
obstruksi, pengeluaran benda asing
 CT scan : juga bisa manunjukkan lokasi abses berada dalam
parenkim paru yang membedakannya dari empiema
• Radiologi

Foto Thorax Posisi PA-Lateral, tampak


adanya kavitas dengan air-fluid level
yang merupakan karakteristik dari
abses paru
Penatalaksanaan
 Penanganan dari abses paru mencakup terapi
antibiotik jangka panjang. Karena tersedianya
antibiotik spektrum luas yang efektif, abses primer
atau nonspesifik dapat ditangan.
 Bronkoskopi : dapat dilakukan aspirasi dan
pengosongan abses yang tidak mengalami drainase
yang adekuat, serta dapat diberikan larutan antibiotik
melewati bronkus melewati bronkus langsung ke
lokasi abses.
 Drainase dengan tindakan operasi jarang dilakukan
karena biasanya lesi respon dengan antibiotik.
 Jika kavitas diamter >6 cm dilakukan drainase
perkutan via kateter untuk mencegah kontaminasi
pada rongga pleura.
Penatalaksanaan

 Jika pasien dengan immunocompromised


membutuhkan reseksi paru dengan segera,
biasanya pasien respon minimal terhadap
antibiotik
 Lobektomi/Pneumoektomi diperlukan bila abses
multiple dan tidak respon antibiotik.
Analisa kasus
Teori Kasus
Etiologi • Infeksi yang timbul melalui saluran nafas Pasien memiliki banyak
(aspirasi)  Kelompok bakteri anaerob, lubang di giginya,
dan bakteri aerob. mengatakan jarang
- Penyakit-penyakit periodontal menggosok gigi dan
- Kebersihan mulut yang buruk tidak memperhatikan
• Berasal dari luka traumatik paru kebersihan mulut.
• Infark paru yang terinfeksi
• Anestesi umum, penyalahgunaan obat
intravena, koma, trauma, sepsis
• Gangguan esophagus dan saluran
cerna lainnya : gangguan motilitas
• Sebab-sebab latrogenik
• Pencabutan gigi
• Pneumonia kaut
• Immunosupresi
• Bronkiektasis
• Kanker paru
Manifestasi • Umumnya pasien mempunyai • Perjalan penyakit
klinis riwayat perjalanan penyakit 1-3 pasien berlangsung 2
minggu minggu
• Gejala awal badan terasa lemah, • Keluhan yang
tidak nafsu makan, penurunan ditemukan pada pasien
berat badan, batuk dengan dahak adalah badan terasa
yang banyak, kadang disertai lemah, tidak nafsu
darah, demam intermitten bisa makan, batuk, dan
disertai menggigil. Setelah demam intermiten
beberapa hari dahak bisa menjadi
purulent dan bisa mengandung
darah.

Klasifikasi Abses primer : infeksi disebabkan Pasien masuk kedalam


oleh aspirasi, biasanya lesi tunggal klasifikasi abses primer
Abses sekunder : bila infeksi terjadi karena pasien tidak
pada orang yang sebelumnya sudah memiliki penyakit
mempunyai kondisi seperti obstruksi, penyerta sebelumnya, dan
bronkiektasis dan gangguan ini gejala yang pertama
imunitas, biasanya lesinya multiple. kali
Teori Kasus
• Pemeriksaan • Suhu badan 40o • Pasien pernah mengalami
fisik • Paru ditemukan seperti nyeri tekan lokal. demam tinggi
• Pada daerah terbatas perkusi terdengar redup dengan • Pada saat dilakukan
suara nafas bronkial. penekanan pada dada kiri,
• Bila abses luas dan letaknya dekat dengan dinding dada pasien terasa sakit.
kadang-kadang terdengar suara rhonki basah. Suara • Saat dilakukan inspeksi,
nafas bronkial terjadi bila kavitasnya besar dan arena pergerakan dada kiri sedikit
bronkus masih tetap dalam keadaan terbuka disertai tertinggal, palpasi ditemukan
oleh adanya konsolidasi sekitar abses dan drainase fokal fremitus menghilang,
abses yang baik, biasanya juga akan terdengar ronkhi. perkusi ditemukan redup pada
• Pergerakan dinding dada tertinggal pada tempat lesi, paru kiri bawah, auskultasi
fokal fremitus menghilang ditemukan ronki basah

• Pemeriksaan • Laboratorium : leukosit tinggi berkisar 10.000- • Saat pemeriksaan lab :


penunjang 30.000/µL ditemukan leukosit 17.000/µl
• Pemeriksaan Dahak :Pewarnaan langsung dengan • Tidak ditemukan bakteri basil
teknik gram. tahan asam/BTA
• Rontgen Thorax PA : untuk melihat lokasi lesi dan • Rontgen Thorax PA : tampak
bentuk abses paru, tampak kavitas ireguler dengan kavitas dengan air fluid level
batas cairan dan permukaan udara (air fluid level)
didalamnya
• Bronkoskopi : abses paru yang dicurigai ca bronkus,
lesi obstruksi, pengeluaran benda asing.
• CT scan : juga bisa manunjukkan lokasi abses berada
dalam parenkim paru yang membedakannya dari
empiema
PROGNOSIS
 Faktor-faktor yang membuat prognosis menjadi
buruk adalah kavitas yang besar (lebih dari 6cm),
penyakit dasar yang berat, status
immunocompromised, umur yang sangat tua,
empiema, nekrosis paru yang progesif, lesi
obstruktif, abses yang disebabkan bakteri aerobic
dan abses paru yang belum mendapat pengobatan
dalam jangka waktu yang lama. Angka mortalitas
pada pasien-pasien ini bisa mencapai 75%.

KESIMPULAN
Dari anamnesis didapatkan pasien batuk sejak 2 minggu SMRS. Batuk
berdahak banyak dengan berwarna hijau, Keluhan disertai nyeri dada
sebelah kiri, demam dirasakan naik turun, penurunan nafsu makan, dan
badan terasa lemas. Pasien kurang menjaga kebersihan mulut dan banyak
gigi yang berlubang. Thorax : vocal fremitus menghilang paru kiri, redup
di basal paru kiri, ronkhi basah di basal paru kiri. Dengan pemeriksaan
laboratorium ditemukan leukosit 17.000/ µl dan pemeriksaan dahak tidak
ditemukan basil tahan asam.
Berdasarkan pemeriksaan radiologi ditemukan cavitas berdinding tebal
dengan air fluid level didalamnya pada parakardial kiri. Kesan : gambaran
Abses Paru sinistra
Penanganan pada pasien ini adalah istirahat yang cukup, menghindari
paparan debu berlebih, menggunakan masker menghindari pajanan infeksi
sekunder lain, menggunakan antibiotik sesuai lini pertama golongan
Penisilin seperti Klindamicin 4x300 mg p.o/hari kontrol 1 minggu
pertama, pemberian obat analgetik dan antipiretik seperti Paracetamol
3x500 mg p.o/hari jika demam dan nyeri, melakukan indakan operasi
dengan indikasi.
DAFTAR PUSTAKA
 Alsagaff, H. Dr, Prof,. 1995. Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Surabaya:
Airlangga University Press. Hal. 135-136.
 Halim, H. Penyakit-penyakit Pleura. Dalam: Sudoyo, A. W,. dkk. 2007. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid II Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. hal. 1056.
 Bhimji, Shabir. 2010. Lung Abscess, Surgical Perspective. Emedicine.
Diunduh dari http://emedicine.medscape.com/article/428135-
overview#showall. Diakses pada 21 April 2018.
 Rasyid, Ahmad. Abses Paru. 2006. Sudoyo,A.W., dkk. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Penyakit Dalam
FK UI. 1052-1056.
 Fishman, J.A. Aspiration, Empyema, Lung Abscesses, and Anaerobic
Infections. 2008. Dalam: Fishman,A.P., dkk. Fishman’s Pulmonary Disease
and Disorders 4th Ed. Philadelpia: McGraw-Hill. 1441-1460.
 Djojodibroto, R. D. Dr, SpP, FCCP,. 2009. Respirologi, Respiratory Medicine.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran, EGC. Hal. 143-144.
 Bahar, A. 2001. Abses Paru. Dalam: Simadibrata, M,. dkk. Pedoman
Diagnosis dan Terapi di Bidang Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat
Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal. 203-204.
 Rasad, S. 2005. Radiologi Diagnostik, edisi kedua. Jakarta: Departemen
Radiologi, RS Dr. Cipto Mangunkusumo, Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Hal.101.

You might also like