Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

REFERAT

TERAPI OKSIGEN
OLEH:
Windy Claudia Aresta (G1A215049)

PEMBIMBING:
dr. Hj. Ade Susanti, Sp. An

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ANESTESIOLOGI RSUD RADEN MATTAHER JAMBI

2018
PENDAHULUAN

Oksigen pertama kali ditemukan oleh Yoseph Prietsley di Bristol


Inggris tahun 1775

Pasokan oksigen ke jaringan tergantung pada ventilasi, difusi,


hemoglobin, cardiac output, dan perfusi jaringan.

Tujuan utama terapi oksigen  memperbaiki hipoksia alveolar


dan/atau jaringan.
ANATOMI
KONTROL PERNAFASAN
VENTILASI

Inspirasi volume toraks bertambah karena diafragma turun


dan iga terangkat akibat kontraksi beberapa otot.

ekspirasi merupakan gerakan pasif akibat elastisitas dinding


dada dan paru. otot interkostalis internus relaksasi, iga turun
dan lengkung diafragma naik  volume toraks berkurang.
VENTILASI

Definisi-definisi dalam pembahasan ventilasi yang efektif :


• Volume semenit /ventilasi semenit (V E )
• Frekuensi pernafasan (f)
• Volume tidal (V T ) , normal 8- 12 cc/kgBB
• Ruang mati fisiologis (V D ) adalah volume udara inspirasi yang tidak
tertukar dengan udara paru
• Ventilasi alveolar (V A )
• Komplians (C=daya kembang)
Pengangkutan oksigen dan karbondioksida
Oksigen ke darah dari alveoli:
 O2 + Hb ↔ HbO2 (97%)
 O2 + Plasma ↔ Larut (3%)

Karbondioksida (CO2)  hasil metabolisme aerobic dalam jaringan perifer .


Dalam darah sebagian besar CO2 (70%) diangkut dan diubah menjadi asam
karbonat dengan antuan enzim carbonic anhidrase (23%) larut dalam plasma
Reaksi Hemoglobin dan Oksigen
Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari 4 subunit, masing-masing
mengandung gugus heme yang melekat pada sebuah rantai polipeptida

Reaksi pengikatan hemoglobin dengan O2 ,ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2.


Kekurangan Oksigen Dalam Tubuh
Hipoksemia
( ↓ PaO2 atau ↓ SaO2)
Hipoksia
(kekurangan oksigen di
tingkat jaringan)

Gagal Nafas
TERAPI OKSIGEN
DEFINISI

Terapi oksigen  pemberian oksigen sebagai suatu


intervensi medis, dengan konsentrasi yang lebih tinggi dibanding
yang terdapat dalam udara untuk terapi dan pencegahan
terhadap gejala dan menifestasi dari hipoksia
INDIKASI TERAPI OKSIGEN
- Kegagalan pernafasan
- Gagal jantung
- Kemampuan tidak memadai untuk mengangkut oksigen misalnya anemia,
keracunan karbon monoksida.
- keracunan sianida
- Penyakit yang mempengaruhi kemampuan paru-paru untuk
mentransmisikan oksigen dari Alveoli ke dalam aliran darah
- Hipoksemia
- Trauma berat.
- Terapi jangka pendek.
indikasi terapi oksigen jangka pendek (The American College of Chest Physicians
dan The National Heart, Lung, and Blood Institute):

 Hipoksemia akut (PaO2 < 60 mmHg; SaO2 < 90%)


 Cardiac arrest dan respiratory arrest
 Hipotensi (tekanan darah sistolik < 100 mmHg)
 Curah jantung yang rendah dan asidosis metabolik (bikarbonat < 18m mol/L)
 Respiratory distress (frekuensi pernafasan > 24/min)
Terapi Oksigen Jangka Panjang

- Direkomendasikan untuk pasien hipoksemia (PaO2 < 55 mmHg /


saturasi oksigen < 88%)
- oksigen diberikan secara terus-menerus 24 jam dalam sehari.
METODE PEMBERIAN OKSIGEN
Ada tiga jenis utama sistem pengiriman oksigen:

Konsentrator
Tabung gas oksigen untuk
terkompresi Oksigen cair penggunaan
dalam wadah medis
cryogenic
Gambar 7. Portable Oxygen Cylinders Gambar 8. Oxygen Concentrato
Cara pemberian oksigen

Sistem aliran Sistem aliran


rendah tinggi

kanul nasal
topeng oksigen venturi mask
reservoir mask  reservoir nebulizer
kateter transtrakheal blenders
simple mask.
Nasal Kanul

Kanul nasal arus rendah mengalirkan oksigen ke nasofaring


dengan aliran 1-6 L/m, dengan FiO2 antara 24-40%.
Simple Mask

Menyediakan 40-60% FiO2, dengan aliran 5-10 L/m. aliran dapat


dipertahankan 5 L/m atau lebih dengan tujuan mencegah CO2 yang
telah dikeluarkan dan tertahan di masker terhirup kembali.
Partial Rebreathing Mask dan Non-Rebreathing Mask

 Merupakan simple mask yang disertai dengan kantung reservoir.


mengalirkan oksigen 6-10L/m ,menyediakan 40-70% oksigen.
 Sedangkan non-rebreathing mask hampir sama dengan parsial
rebreathing mask kecuali alat ini memiliki serangkai katup ‘one-way’

Partial rebreathing mask Non-rebreathing mask


Transtracheal oxygen.

 Mengalirkan oksigen langsung melalui kateter ke dalam trakea


 Rata-rata oksigen yang diterima mencapai 80-96%
Ventury Mask

 Alat venturi mask menggunakan prinsip jet mixing (efek Bernoulli). Jet
mixing mask,mask dengan arus tinggi, bermanfaat untuk
mengirimkan secara akurat konsentrasi oksigen rendah (24-35%).
 Sistem arus ini,mengirimkan sampai 40L/menit oksigen melalui mask,
Head Box

CPAP
KOMPLIKASI TERAPI OKSIGEN

Penderita PPOK dengan retensi CO 2 sering bergantung pada


“hypoxic drive” untuk mempertahankan ventilasinya. Konsentrasi
O 2 yang tinggi dapat mengurangi “drive” ini.

retrorental fibroplasia menyebabkan kebutaan pada neonatus

Pneumonitis dan pembentukan membran hyaline didalam alveoli


 penurunan pergantian gas dan atelektasis.
PENILAIAN TERAPI OKSIGEN

Oximetry, Oximetry adalah pengukuran saturasi hemoglobin


darah (Hb) menggunakan spektrofotometri.

Beberapa jenis Oximetry digunakan dalam praktek klinis.


 Hemoximetry (juga disebut CO-oximetry)
Pulse Oximetry - portabel
Oksigen merupakan unsur yang paling dibutuhkan bagi kehidupan manusia, sebentar
saja manusia tak mendapat oksigen maka akan langsung fatal akibatnya. oksigen
juga sangat dibutuhkan untuk metabolisme tubuh.

Tujuan umum terapi oksigen adalah untuk mencegah dan memperbaiki hipoksia
jaringan. Pemberian oksigen perlu selalu dievaluasi sehingga dapat
mengoptimalkan pemberian oksigen dan mencegah terjadinya retensi CO2.
1. Astowo, Pudjo. 2005. Terapi oksigen: Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Bagian Pulmonologi dan
Kedokteran Respirasi FKUI.
2. Singh, CP, Nachhattar Singh. 2001. Oxygen Therapy. Journal, Indian Academy of Clinical
Medicine, Vol. 2, No. 3;178-184.
3. Ganong, F. William. 2003. Fisiologi Kedokteran. Edisi 20. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
4. Douglas Graham, Nicol Fiona, Robertson Colin. Penyunting Bahasa Indonesia:
Prof.Dr.dr.Achmad Rudjianto,SpPD-KEMD. Macleod. Pemeriksaan Klinis. Edisi ketigabelas. 2014
5. Price, Sylvia A., Wilson, Lorraine M., 2006, “Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit”,
volume 2, edisi 6, Jakarta : EGC.
6. Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2005, “Buku Ajar Fisiologi Kedokteran”, edisi 9, Jakarta: EGC
7. Latief, A. Said, 2002, “Petunjuk Praktis Anestesiologi”, Bagian Anestesiologi dan Terapi
Intesif, Jakarta: FK UI.
8. Rob Law, Henry Bukwirwa. The Physiology of Oxygen Delivery
9. Malay Sarkar, N Niranjan, and PK Banyal. Mechanisms of hypoxemia. Lung India. 2017 Jan-
Feb; 34(1): 47–60.
10. Balkissoon R. Journal club: Oxygen therapy. Chronic Obstr Pulm Dis. 2017;4(1):71-75.
11. Guidelines for the managemenet of oxygen therapy . South Durham Health Care NHS Trust
12. Oxygen Therapy Clinical Best Practice Guideline. Collage of Respiratory Therapists of
Ontario. November 2013
13. The American College of Chest Physicians dan The National Heart, Lung, and Blood Institute
14. Oxygen Guidelines. For acute oxygen use in adults. Thoracic Society of Australia and New
Zealand. October 2015
15. Guanzhong Gong, dkk.Study of an Oxygen Supply and Oxygen Saturation Monitoring System
for Radiation Therapy Associated with the Active Breathing Coordinator. 2018
16. Sudoyo, Aru W., Setiyohadi, Bambang, dkk., 2006, “Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam”, edisi
ke-4, jilid I, Jakarta : FK UI.

You might also like