Professional Documents
Culture Documents
Referat Ratih Neuro
Referat Ratih Neuro
NEUROLOGI
BELL’S PALSY
DISUSUN OLEH :
PEMBIMBING
Pendahuluan
Bell’s palsy merupakan penyebab paralisis
fasial paling sering di dunia.
Insidensi di AS
23 kasus/100.000 orang.
Insiden tertinggi usia 15-45tahun
• Anamnesis
• Pemeriksaan Fisik
ANAMNESIS
• Hampir semua pasien yang dibawa ke ruang gawat darurat merasa bahwa
mereka menderita stroke atau tumor intrakranial. Hampir semua keluhan
yang disampaikan adalah kelemahan pada salah satu sisi wajah.
• Nyeri postauricular: Hampir 50% pasien menderita nyeri di regio mastoid.
Nyeri sering muncul secara simultan disertai dengan paresis, tetapi paresis
muncul dalam 2-3 hari pada sekitar 25% pasien.
• Aliran air mata: Dua pertiga pasien mengeluh mengenai aliran air mata
mereka. Ini disebabkan akibat penurunan fungsi orbicularis oculi dalam
mengalirkan air mata. Hanya sedikit air mata yang dapat mengalir hingga
saccus lacrimalis dan terjadi kelebihan cairan. Produksi air mata tidak
dipercepat.
• Perubahan rasa: Hanya sepertiga pasien mengeluh tentang gangguan rasa,
empat per lima pasien menunjukkan penurunan rasa. Hal ini terjadi akibat
hanya setengah bagian lidah yang terlibat.
• Mata kering.
• Hyperacusis: kerusakan toleransi pada tingkatan tertentu pada telinga
akibat peningkatan iritabilitas mekanisme neuron sensoris.
PEMERIKSAAN FISIK
• Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya parese dari nervus
fasialis yang menyebabkan bibir mencong, tidak dapat memejamkan mata dan
adanya rasa nyeri pada telinga.
• Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus dibedakan antara lesi UMN
dan LMN.
• Pada Bell’s palsy lesinya bersifat LMN.
• Keterlibatan mononeuron dari nervus facialis, meskipun nervus cranialis lain juga
dapat terlibat.
• Nervus facialis merupakan satu-satunya nervus cranialis yang menunjukkan gambaran
gangguan pada pemeriksaan fisik karena perjalanan anatomisnya dari otak ke wajah
bagian lateral.
• Kelemahan seluruh wajah (bagian atas dan bawah) pada sisi yang diserang.
Perhatikan gerakan volunter bagian atas wajah pada sisi yang diserang.
• Pada lesi supranuklear seperti stroke kortikal (neuron motorik atas; di atas nucleus
facialis di pons), dimana sepertiga atas wajah mengalami kelemahan dan dua per tiga
bagian bawahnya mengalami paralisis. Musculus orbicularis, frontalis dan corrugator
diinervasi secara bilateral, sehingga dapat dimengerti mengenai pola paralisis wajah.
• Pemeriksaan nervus cranialis lain: hasil pemeriksaan biasanya normal.
• Membran timpani tidak boleh mengalami inflamasi; infeksi yang tampak
meningkatkan kemungkinan adanya otitis media yang mengalami komplikasi.
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
• Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan
diagnosis Bell’s palsy.
• Pemeriksaan kadar gula darah atau HbA1c dapat dipertimbangkan
untuk mengetahui apakah pasien tersebut menderita diabetes atau
tidak.
• Pemeriksaan kadar serum HSV juga bisa dilakukan namun ini biasanya
tidak dapat menentukan dari mana virus tersebut berasal.
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
• Pemeriksaan radiologi tidak diperlukan bila sudah tegak dari
anamnesis dan pemeriksaan fisik.
• Bell’s palsy umumnya akan mengalami perbaikan dalam 8-10 minggu.
• Bila tidak ada perbaikan ataupun mengalami perburukan, pencitraan
mungkin akan membantu.
• MRI mungkin dapat menunjukkan adanya tumor (misalnya
Schwannoma, hemangioma, meningioma).
• Bila pasien memiliki riwayat trauma maka pemeriksaan CT-Scan harus
dilakukan.
DIAGNOSA BANDING
• Kondisi lain yang dapat menyebabkan kelumpuhan nervus fasialis
diantaranya
• Tumor
• Infeksi herpes zoster pada ganglion genikulatum (Ramsay Hunt
syndrom),
• Penyakit Lyme,
• AIDS,
• Infeksi Tuberculosa pada mastoid ataupun telinga tengah,
• Guillen Barre syndrome.
PENATALAKSANAAN
• Istirahat terutama pada keadaan akut
• Agen antiviral.
• Acyclovir 400 mg selama 10 hari dapat digunakan dalam
penatalaksanaan Bell’s palsy. Acyclovir akan berguna jika diberikan pada
3 hari pertama dari onset penyakit untuk mencegah replikasi virus.(
Nama obat Acyclovir (Zovirax) – menunjukkan aktivitas
hambatan langsung melawan HSV-1 dan
HSV-2, dan sel yang terinfeksi secara
selektif.
Dosis dewasa 4000 mg/24 jam peroral selama 7-10 hari.
Kehamilan B – biasanya aman tetapi keuntungan obat ini dapat memperberat resiko.