Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 30

Side Wall

Side wall atau dinding penahan samping


adalah suatu konstruksi penahan agar tanah
tidak longsor. Konstruksi ini digunakan untuk
suatu tebing yang agak curam/tegak yang
tanpa dinding penahan, tebing tersebut
akan longsor.
Jenis bahan yang dapat digunakan untuk
dinding penahan adalah pasangan batu,
beton tanpa tulangan, beton dengan
tulangan dan lain – lain.
Jenis Dinding Penahan Tanah
• Dinding penahan dari pasangan batu dan
dinding penahan gravitasi dapat digunakan
untuk ketinggian 3 – 5 meter.
• Dinding penahan dengan balok kantilever
digunakan untuk ketinggian 3 – 8 meter.
• Dinding penahan dengan plat penopang dapat
digunakan untuk ketinggian 8 – 15 meter.
Gaya – gaya yang bekerja pada side wall ini
antara lain adalah :
1. Tekanan tanah
Ka = ½ . sat . h2. Tg2. (45 – θ/2)
Kp = ½ . sat . h2. Tg2. (45 + θ/2)
2. Berat dinding penahan tanah ( pasangan batu kali ).
Berat dinding sendiri dihitung dengan rumus :
G = volume .  bahan
3. Berat tanah
Untuk menghitung gaya ini dipakai rumus yang
sama dengan rumus berat sendiri.
4. Tekanan air
W = ½ . w . h2
Gambar 4.5 Dinding Penahan Tanah
Pengaman Gerusan
• Walaupun peredam energi bendung sudah
didesain untuk meredam energi akibat
pembendungan agar tidak menimbulkan
gerusan setempat yang membahayakan
konstruksi, tetapi pengaman gerusan kadang-
kadang masih diperlukan. Hal ini dapat terjadi
karena gerusan setempat masih mungkin
terjadi di hilir peredam energi, sebagai akibat:
– Prediksi muka air hilir yang terlalu tinggi,
– Degradasi dasar sungai belum diperhitungkan,
– Degradasi yang terjadi melebihi prediksi dalam
perencanaan.
Beberapa pengaman gerusan
1) Rip-rap batu
• Rip-rap (pasangan batu kosong) adalah susunan
bongkahan batu alam dengan ukuran dan volume
tertentu yang digunakan antara lain sebagai tambahan
peredam energi di hilir bendung dan berfungsi pula
sebagai lapisan perisai untuk mengurangi kedalaman
penggerusan setempat dan untuk melindungi tanah
dasar di hilir peredam energi bendung.
• Rip-rap batu yang dipasang di hilir bendung
ditempatkan dengan kondisi miring atau kondisi rata
seperti ditunjukkan Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Pemasangan rip-rap batu
Rip-rap yang digunakan sebagai tambahan fungsi
peredam energi bendung, diterapkan pada:
• Sepanjang bagian hilir ambang akhir,
• Sepanjang bagian kaki tembok sayap hilir.
Di dasar sungai di hilir bangunan peredam energi
bendung terjadi kecepatan aliran sungai yang
besarnya bervariasi. Rip-rap yang terdiri dari
susunan batu-batu lepas tersebut yang terkena
aliran deras akan menyebar, masuk dan mengisi
lubang penggerusan setempat (armouring effect),
sehingga dapat menjadi lapisan perisai atau
pelindung dasar sungai dari bahaya penggerusan.
Kriteria perencanaan rip-rap batu :
• Kualitas batu harus tahan terhadap gilasan,
hempasan, perubahan cuaca, yaitu harus keras,
padat, dan mempunyai berat jenis = 2,4 t/m3,
• Dimensi dan berat batu harus memadai
(diameter batu berkisar 0,30 – 0,40 m),
• Volume batu harus cukup memadai untuk
mengisi lubang gerusan yang terjadi,
• Ketebalan/dalaman konstruksi harus cukup,
berkiitar 2,00 m untuk bagian hilir ambang akhir
dan sekitar 1,50 untuk bagian di kaki tembok
sayap hilir,
• Bentuk batu diusahakan persegi.
Agar rip-rap batu dapat berfungsi dengan efektif, kriteria
pelaksanaan yang harus dipenuhi adalah:
• Ukuran, volume dan penempatan batu harus sesuai
dengan yang disyaratkan dalam perencanaan,
• Penempatan batu harus di atas saringan (filter).
Filter (saringan) berfungsi mencegah hilangnya bahan
dasar halus melalui bangunan pengaman. Filter harus
ditempatkan antara rip-rap batu dan tanah bawah atau
antara pembuang dan tanah bawah. Filter yang
digunakan dapat dibuat dari tiga macam:
• filter kerikil-pasir yang bergradasi (graided filter),
• lapisan filter sintetis (geotextile filter),
• ijuk.
Gambar 4.7 Contoh filter bergradasi (graided filter)
Filter yang bergradasi (lihat Gambar 3.38) harus
.direncanakan berdasarkan kriteria berikut:
1. Gradasi batu untuk filter harus memenuhi
persyaratan,
D < 6,5 d dan D > 0,30 m, dimana D adalah
diameter batu terbesar ( m ) dan d adalah
diameter batu terkecil di antara batu ( m ),
2. Agar filter mampu memberikan tahanan yang
cukup terhadap aliran bawah (seepage), harus
dipenuhi persyaratan kelulusan tanah
(USBR, 1973), berikut:
D15 lapisan3 D15 lapisan2 D15 lapisan1
, ,  5 sampai 40
D15 lapisan2 D15 lapisan1 D15 lapisan tan ah dasar
Perbandingan 5 – 40 seperti tersebut di atas, dapat
dirinci lagi sebagai berikut:
- Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
- Butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu)
6 – 20
- Butir bergradasi baik 12 – 40

3. Agar material yang lebih halus dari lapisan di


bawah tidak keluar melalui filter, harus
dipenuhi persyaratan stabilitas, perbandingan
D15/D85 (Bertram, 1940), berikut:
D15 lapisan 3 D15 lapisan 2 D15 lapisan 1
, ,  5
D85 lapisan 2 D85 lapisan 1 D85 lapisan tan ah dasar

dengan:
Butir bulat homogen (kerikil) 5 – 10
Butir runcing homogen (pecahan kerikil, batu) 10 – 30
Butir bergradasi baik 12 – 60
4. Agar filter tidak tersumbat, maka D5 harus sama
atau lebih besar dari 0,75 mm untuk semua
lapisan filter,
5. Tebal minimum untuk filter yang dibuat di bawah
kondisi kering adalah:
– Pasir, kerikil halus 0,05 – 0,10 m
– Kerikil 0,10 – 0,20 m
– Batu 1,5 – 2 kali diameter batu yang
lebih besar
Bila filter harus ditempatkan di bawah air, maka
harga-harga tersebut sebaiknya ditambah 1,5
sampai 2 kali.
2) Rip-rap beton
Apabila tidak tersedia batu yang cukup besar,
maka untuk alternatif pengaman gerusan dapat
digunakan rip-rap beton bentuk persegi panjang
(ukuran 1 m x 1 m x 2 m) atau segi empat
(ukuran 1 m x 1 m x 1 m). Rip-rap beton persegi
panjang digunakan untuk pengamanan bendung
Walahar (Gambar 4.8), sedangkan rip-rap beton
persegi empat digunakan di kaki sayap hilir
bendung Rentang di Jawa Barat.
Gambar 4.8 Pemasangan rip-rap beton
3. Bronjong
Bronjong dibuat di lapangan, berbentuk bak dari
jala-jala kawat yang diisi dengan batu sesuai
dengan ukuran yang disyaratkan. Matras jala-
jala kawat ini diperkuat dengan kawat-kawat
besar atau baja tulangan pada ujung-ujungnya.
Bronjong yang biasa digunakan berukuran 2 m x
1 m x 0,50 m. Bak-bak yang terpisah-pisah ini
kemudian diikat bersama-sama untuk
membentuk satu konstruksi yang homogen
(lihat Gambar 4.9).
Gambar 4.9 Pemasangan bronjong
Penggunaan bronjong kawat di hilir bangunan peredam energi
bendung untuk maksud mengurangi bahaya penggerusan
setempat juga telah diterapkan di beberapa bendung. Sebagai
perlindungan dasar sungai dari bahaya penggerusan setempat
dari banyak pengalaman penerapan rip-rap bronjong kurang
tepat dan kurang berhasil. Hal ini dikarenakan faktor-faktor
seperti berikut :
– Bronjong yang bukan jenis bronjong Maccaffery berkarat,
kurang tahan terhadap gaya benturan batu dan benda padat lain
yang terbawa aliran sungai
– Batu tidak seragam dan bila kawatnya putus, maka batu-batu itu
akan hanyut,
– Karena perbedaan kekasaran antara bronjong dan tanah dasar di
hilirnya, maka di hilir bronjong akan terjadi penggerusan
setempat yang membahayakan bangunan
– Karena bronjong tidak mempunyai sifat menyebar dan tidak
fleksibel, bila terjadi penggerusan setempat di hilirnya, maka
bronjong itu akan ikut turun, dan jika kawatnya tak kuat akan
putus sehingga batu-batunya hanyut yang akhirnya bronjongpun
rusak.
Untuk mencegah agar tidak ada bahan
pondasi yang hilang, di antara tanah dasar dan
pengaman bronjong harus diberi filter yang
memadai seperti yang digunakan dan
disyaratkan pada penempatan rip-rap batu.
Apabila di lapangan tidak tersedia batu
untuk pembuatan bronjong, dapat diterapkan
pengaman gerusan dari lempengan beton
(concrete slab), yang dapat disiapkan dalam
keadaan kering. Tipe ini lebih kaku lagi
dibandingkan bronjong.
4. Balok beton berkotak
• Tipe lain dari bangunan pengaman gerusan yang
dapat diterapkan di hilir bendung yaitu tipe balok
beton berkotak-kotak. Penerapannya dilakukan
sebagai ruang olakan kedua bendung-bendung
lama (contoh di Barugbug dan Tajum).
• Bentuk bangunan dibuat berkotak-kotak, bersifat
lulus air (permeable) yang terdiri dari balok-balok
beton yang bersilang memanjang-melintang.
Kotak-kotak tersebut diisi dengan batu lepas
dengan diameter sekitar 0,30 m. Lihat Gambar
4.10.
• Balok beton kotak-kotak ini digunakan sebagai
pengaman gerusan dan tambahan peredam
energi di hilir peredam energi yang telah ada
sebelumnya dan sudah tidak efektif bekerja
karena berbagai sebab antara lain
penggerusan setempat yang dalam, dan
terjadinya degradasi dasar sungai.
• Maksud pembuatan tipe ini yaitu untuk
mengurangi tekanan air ke atas pada bagian
peredam energi lama, sehingga kerusakan
bangunan lama dapat dicegah.
.

Gambar 4.10 Pengaman gerusan tipe balok beton berkotak


4. Peredam energi bertangga/ganda
Pengaman gerusan/peredam energi bertangga atau peredam
energi ganda digunakan apabila:
• gerusan setempat tepat di hilir bendung sudah terlalu dalam,
atau
• bendung dibangun dengan pembendungan yang relatif tinggi
misalnya lebih dari 10 m, sehingga pembuatan peredam
energi memerlukan penggalian yang cukup dalam.
Peredam energi bertangga digunakan untuk pengamanan
bendung, dimana peredam energi yang lama sudah tidak
berfungsi akibat terjadinya penggerusan setempat yang dalam,
sehingga peredam energi yang kedua merupakan tambahan.
Pengaman gerusan tipe ini telah diterapkan untuk pengamanan
peredam energi bendung Barugbug, Walahar di Jawa Barat dan
bendung Tajum di Jawa Tengah (lihat Gambar 3.39).
Peredam energi tipe berganda adalah struktur di bagian hilir
tubuh bendung yang merupakan kolam olak berganda, yang
masing-masing kolam olak dilengkapi dengan lantai datar dan
ambang akhir pembentuk olakan. Di bagian kiri kanannya
dibatasi oleh tembok pangkal bentuk tegak (Lihat Gambar
4.11).
Pengaman gerusan atau peredam energi berganda
adakalanya juga digunakan bila lantai hilir yang panjang dan
perlu balok-balok lantai dan sebagainya. Peredam energi
berganda adalah salah satu alternatif solusinya. Di Indonesia
peredam energi berganda pertama kali dimanfaatkan pada
bendung Air Seluma di Bengkulu, dengan ketinggian lebih
dari 15 meter. Selanjutnya untuk tipe yang sama dibangun
pula pada bendung-bendung Batang Gadis di Tapanuli,
Batang Siat di Sumatera Barat, dan sebagainya.
Gambar 4.11 Peredam energi ganda
Keuntungan pemakaian tipe ini antara lain, yaitu :
– peredaman energi air lebih besar karena terdiri dari
dua ruang olakan, sehingga penggerusan setempat
menjadi lebih dangkal,
– jauh lebih stabil karena bentuknya yang besar,
– kerusakan lantai dan tubuh bendung akibat
terjunan air dapat dihindari.
5. Pengendali dasar sungai (bottom controller/
check dam/secondary weir)
Apabila pengamanan tidak dapat dibuat langsung di
hilir bendung yang ada, sedangkan degradasi dasar
sungai yang terjadi sudah membahayakan
konstruksi, maka diperlukan bangunan pengendali
dasar sungai di hilir lokasi bendung tersebut.
Bangunan ini juga berfungsi untuk:
– Menaikan/mengembalikan dasar sungai yang
telah turun akibat degradasi dasar sungai, sampai
ke elevasi yang diinginkan, atau
– Mendapatkan muka air hilir tertentu yang
memadai dan dibutuhkan untuk membentuk
loncatan air pada peredam energi bendung yang
ada.
Pertimbangan yang diperlukan dalam penentuan
alternatif lokasi bangunan pengendali dasar sungai,
antara lain :
• Makin jauh lokasi bangunan, makin tinggi
ambang/pembendungan yang diperlukan,
• Ditinjau dari segi efek perubahan morfologi
sungai terhadap bangunan yang akan
diamankan, maka makin dekat lokasi yang
dipilih makin menguntungkan,
• Ditinjau dari segi pelaksanaan (ruang yang
tersedia), maka makin ke hilir lokasi yang
dipilih makin aman.
Proses degradasi dasar sungai di hilir akan terkendali
oleh keberadaan ambang alam atau bendung lain.

You might also like