Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 132

FILSAFAT ILMU

PRODI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNSRAT MANADO

DRS. D. FELENDITI, M.Si


BAB I : HAKEKAT FILSAFAT
1. Istilah “filsafat”
“Philosophia” > “philo” (k.k.Yun “philein”)
“mengasihi”
“sophia” = kebijaksanaan
“Filsuf” : seorang yg mengasihi kebijaksanaan
Tradisi kuno: nama “filsuf” (philosophos) pertama
kali
digunakan Pythagoras (abad ke-6 sM.
Pasti: kalangan Sokrates-Plato (abad-5 sM) nama
“filsafat” & “filsuf” sudah lazim dipakai.
Dialog Plato “Phaidros”” : nama “orang bijaksana”
terlalu luhur utk panggil seorang manusia,
“lebih cocok untuk dewa”
Lebih baik ia dipanggil “philosophos” = nama yg
patut bagi makhluk insani, sesuai kondisi humana
yg terbatas.
2. Peristiwa Ajaib?
Abad-6 sM : “The Greek Miracle”
Beberapa faktor perintis :
1) Mitologi yg kaya dan luas =
“percobaan untuk mengerti”
Bgs Yun susun mitos2 jadi keseluruhan sistematis
&
tampaklah “sifat rasional” bgs Yun : “mau
mengerti
hubungan mitos2”
2) Kesusasteraan Yun.: 2 puisi Homeros
“Illias” & “Odyssea” (850 sM) = buku
pendidikan
utk rakyat Yunani.
Plato: “Politeia” : Homeros telah mendidik
seluruh Hellas
3) Pengaruh IP di Timur Kuno waktu itu
Il.Ukur & Il.Hitung > Mesir
Astronomi > Babilonia
IP : konteks praksis : tiap tahun diukur kembali tanah
S. Nil sesudah banjir.
Herodotos abad-5 sM = “geometria”
Org Yun abad-6 sM hidup dalam “polis” selaku
orang merdeka = mengembangkan ilmu sbg ilmu
murni
3) Mythos & Logos
Abad-6 sM: org cari “jawaban rasional” atas
problem alam semesta.
Logos : akal budi, rasio, kata (tuturan, bahasa)
ganti mythos
Filsuf2 pertama mulai berpikir sendiri
Cth. “pelangi” Yun tradisi : dewi yg bertugas sbg
pesuruh dewa lain
Xenophanes : awan
Anaxagors : pelangi disebabkan oleh pantulan
sinar matahari dalam awam
Sifat-sifat Bangsa Yunani
Segi geografis
Wil Yun.: daratan Eropa, pesisir Asia Kecil
(Turki kini), p. Sisilia, Italia Selatan,
Kyrene di daratan Afrika
Pindah : serbuan suku Doria (1100-100 sM)
: alasan ekonomis (750-500 sM)
“Pelaut pandai – merantau = Graecia Magna
Segi Politik Sosial
B. Yun : merdeka >< barbaros = asing : budak
Hidup dlm “polis” : negara kecil, negara kota,
rakyat (abad ke-8-7 sM)
Meliputi 1 kota dan beberapa desa
Plato: 1 polis tak lebih dari 5000 warga
• Polis sbg lembaga politik
pusat aktiv : ekonomi, sosial, politik, religius
Ciri2: otonomi, swasembada, kemerdekaan
Lembaga2 penting:
- Sidang umum (ekklesia) = demokrasi
- Dewan Harian (bule) = oligarki, aristokrasi
Pemerintahan jatuh dlm tangan 1 orang = tyrannos
taat penuh pd hukum (bukan ‘tiran’ =
“seorang lalim”)
 Polis sbg latar belakang timbulnya filsafat
Bahasa : alat politik : sidang umum & pengadilan
= diskusi
Refleksi bhs = aliran sofistik & Il. Retorika
“umum – terbuka” – ur negara : ur umum
Kepentingan negara atasi kep. pribadi
“tak ada yg dirahasiakan”
suasana umum – terbuka ini terjamin bila seorang
tyrannos berkuasa.
Pusat polis : “agora”
- Semua WN sederajat – tiap warga ambil bgn
dlm ur negara, kecuali pendatang, budak, wanita
Tetapi hak kewarganegaraan terbatas pada
sejumlah kecil orang.
Asal Filsafat
Fils : berdiri di tengah kehidupan manusiawi
: ciri khas eksistensi man : makhluk bertanya
“mengapa”?
3 hal yg mendorong man berfilsafat
• Kekaguman / keheranan
Harus ada “sebab” : benda, peristiwa, perbuatan
“biasa” & “luar biasa” / penting sekali
Yun Purba: permulaan fils kekaguman
(“thaumasia”)
Plato: “Mata kita memberi pengamatan bintang2,
matahari dan langit”
= penyelidikan < filsafat
I. Kant (1724-1804) : Coelum stellatum supra me,
lex moralis intra me”
2 unsur paling mengherankan :
- “langit berbintang-bintang di atasnya”
- “hukum moral dalam hatinya”
Karl Jaspers (1883-1969) : asal hal berfils terletak
dlm kekaguman, kesangsian, rasa kehilangan
arah
Fils mulai bila benda2/peristiwa2/perbuatan2
hilang “ke-jamak-annya” atau “ke-biasa-annya”
• Kesangsian / keraguan
Kr sst tidak/belum jelas, man perlu & harus
bertanya
= ungkapan adanya “aporia”
(keraguan, ketidakpastian, kebingungan)
Man tanya kr masih meragukan kejelasan dan
kebenaran dr apa yg telah diketahuinya
“skeptis” (Yun “skepsis” = penyelidikan < fils
• Kesadaran akan keterbatasan
Man sadar diri kecil/lemah >< alam semesta
Terpukau dg ketakterhinggaan sekelilingnya
Heran akan keterbatasan eksistensinya
Simpulan: “harus ada sst yg tak terbatas, yg
membatasi sgl sst yg lain”
Definisi Filsafat
Aristoteles: “Scientia naturalis omnium rerum
per ultimas causas”
a. Suatu penget kodrati yg diperoleh scr metodis,
teratur dan sistematis di mana dikejar
keterangan
masak-masak ttg segala-galanya”
b. “Percobaan berpikir dgnya man mengejar
pengertin ttg diri sdr dan menetapkan situasinya
dalam dunia”
 Ilmu yg mencari sebab sedalam-dalamnya bagi
segala sesuatu yg ada dan mungkin ada”
Obyek materi Ilmu + Fils = realita
Perbedaan :
- Fils cari keumuman & kesamaan segala hal
bertemu
pada “ada” lepas dr pengal
= “sebab terdalam”
- Ilmu : terbatas pada fenomena - indera
Ciri-ciri Berfilsafat
Berfils = tak identik dg berpikir ttp termasuk dalam
berpikir
= berpikir dg ciri-ciri tertentu
• Radikal
sentuh “radix” : akar sgl wawasan & realita
Bdk. IP positif mis.
Fisika = dunia empiris = ruang & waktu
Biologi = kehidupan
“makna ultim” tidak ditanyakan
Ttp apa itu kehidupan? Ruang? Waktu?
“melampaui” batas IP dan tiba dalam fils
Berpikir radikal :
= berpikir sampai ke hakekat/esensi/substansi
= usaha tangkap penget hakiki = dasar segala
penget
inderawi yg selalu berubah
* Kritis
Fils mulai dg kagum mengenai sesuatu
Refleksi kritis ttg pendapat2 prafilsafati :
= keseluruhan yg kaya akan segala pengal manwi:
segala sst yg ada dan terjadi dalam hidup
manwi.
3 sikap thd prafilsafati :
• Dipercaya & diterima sbg kebenaran pasti
• Sangkal semua makna & nilai pd prafilsafati
“skeptisisme” = contradictio in terminis
• Refleksi kritis (Yun, “krinein”) : ajukan pertanyaan
radikal ttg prafils.
 Transendental
Fils = obyek transendental : luasnya tak terbatas =
problematik totalitas
Gabriel Marcel (1889-1973) bedakan :
“zuhandenes” : “being-ready-at-hand”
“instrument” (IP positif + Il.Pasti)
“vorhandenes” : “mere-entity” (fils)
Persoalan Filsafat
• P. nonfilsafati fakta2 tert – ruang – waktu
• P. Filsafati melampaui fakta, ruang – waktu
argumen logis/rasional
ciri2 :
- Umum : ide2 umum, bukan obyek2 khusus
fils tak tanya: berapa uang yg anda
sumbangkan ...... Apa itu keadilan?
Berapa jauh jarak ...... Apa itu jarak?
- Tak menyangkut fakta: spekulatif = melampaui
batas2 penget ilmiah
- Nilai (values)
- Kritis
- Sinoptik
- Implikatif
Filsafat dan Ilmu-Ilmu lain
Filsafat
- Radikal : ruang? Waktu? Kehidupan? Jarak?
- Holistis : probl totalita dan transendental
tak berhenti pd detail2 = “yg umum”
- Perkemb pemikiran filosofis = dialog dg sejarahnya
- Fils & filsuf terikat dg kultur tert
- Fils jawab : “untuk apa?” = makna : “makna hidup?”
‘makna pembangunan”?
Ilmu-Ilmu lain
- Supervisial : mis. Fisika = jabarkan sgl sst ke
ruang-waktu yg dapat diukur
Biologi = kehidupan
- Perspektivistis/parsial :
= penget empiris
= OM : seluruh aspek kehid yg diuji indera
- Tak perlu tahu banyak ttg sejarahnya
- IP jawab : “bagaimana”?
Bab II : Hakekat Ilmu
Man : homo sapiens = berpikir = proses =
kesimpulan : pengetahuan
3 masalah pokok pengetahuan :
• Apa yg ingin diketahui? (ontologi ilmu)
• Bagaimana peroleh penget? (epistemologi ilmu)
• Apakah nilai penget bagi kita? (aksiologi ilmu)
Ilmu : salah satu hasil pemikiran man dalam
menjawab pert2 ini.
Sumber kebenaran :
- Ilmu
- Filsafat, etika, moral, estetika, agama, dll.
Pengertian Ilmu
- science in general
- masing2 bid penget ilmiah
= kumpulan penget yg disusun scr sistematis ttg
alam
semesta yg diperoleh melalui pengamatan obyektif
Makna ilmu : - pengetahuan
- aktivitas
- metode
atau : proses : aktivitas penelitian
prosedur : metode ilmiah
produk : penget sistematis
Ilmu : rangkaian aktivitas man yg rasional, kognitif,
yg dg berbagai metode, berupa aneka prosedur
dan langkah, hasilkan kumpulan penget yg
sistematis mengenai gejala2 alam, kemasy dan
perorangan guna mencapai kebenaran, peroleh
pemahaman, beri penjelasan, ngontrol, prediksi
atau lakukan penerapan.
 Ilmu sbg aktivitas penelitian
rasional
Ilmu : aktivitas kognitif
teleologis
• Ilmu sbg metode ilmiah
Metode : rangkaian cara dan langkah tertib yg
berwujud pola tetap
Metode ilmiah : prosedur yg cakup berbagai
tindakan, polakerja, tata langkah, tata teknis
utk peroleh penget baru atau kembangkan
penget yg ada.
Konsep : ide umum yg mewakili st himpunan
Persepsi : menangkap hal khusus satu per satu
Hipotesis : ket sementara yg diduga benar & digunakan
sbg pangkal penjelasan lebih lanjut sampai
diperoleh kepastian dg pembuktian
 Ilmu sbg penget ilmiah
I.R. Poedjawijatna bedakan :
Penget biasa (knowledge) : penget yg digunakan org
utk hidupnya sehari-hari tanpa tahu seluk beluk
se-dalam2nya dan se-luas2nya, tak tahu sebab
/apa sebab harus demikian.
Ilmu (science) : tahu lebih dalam, ingin tahu hal yg
dihadapi dlm keseluruhan. Tahu apa sebab dan
mengapa harus demikian.
Sifat ilmiah dari ilmu yakni memiliki =
- Obyek = kebenaran
- Metode
- Sistem : cari yg umum, bukan khusus satu persatu
Cth. Ilmu ingin tahu tabiat besi pada umumnya
jika dipanaskan deduktif
- Universal = tahu yg umum probabilistik
4 pola penjel dlm ilmu : “mengapa”? Genetis
fungsional
Bab III : Ontologi Ilmu
Penget > hasil berpikir = obor & semen
peradaban man
Fils Ilmu > Epistemologi = kaji hakekat ilmu
Jawab : 3 pertanyaan pokok ilmu :
a. Obyek telaah ilmu? (“what”? = ontologi
ilmu)
b. Bagaimana memperoleh penget yg benar?
(“How”? = epistemologi ilmu)
c. Nilai penget? (“Value”? = aksiologi ilmu)
Obyek Materi Ilmu
Apa yg ingin diketahui ilmu?
“seluruh aspek kehid yg dpt diuji oleh pancaindera”
Ilmu : penget empiris
tujuan : tahu mengapa hal itu terjadi?
peras hakekat obyek empiris = tahu O itu
3 kelompok ilmu :
• Ilmu abstrak / simbolik
• Ilmu kemanusiaan = Il2 sosial = il. Empiris
• Ilmu alam = deterministik
Asumsi Ilmu
Ilmu punya bbrp asumsi ttg obyek2 empiris
• Keragaman
• Terjadi berulang & saling jalin scr teratur
1) Obyek2 tert punya keserupaan satu sama lain,
mis. bentuk, struktur, sifat, dll.
“klasifikasi (taxonomi)”
Linneaeus (1707-1778) hewan
tumbuhan
Individu2 dlm kelas tert punya ciri2 serupa.
Ilmu bicara : kelas tertentu, bukan kasus individual
2) Suatu benda tidak mengalami perubahan dalam
jangka waktu tert.
“kelestarian relatif”
3) Determinisme : peristiwa terjadi menurut pola tert
= bukan hub sebab akibat mutlak =
----- selalu harus ------
= “peluang” (“probabilistik”)
Batas2 Ilmu
Ilmu mulai jelajah pengal man dan berhenti di
batas pengalaman
Kejadian2 sebelum hidup & sesudah mati,
di luar jelajah ilmu. Mengapa?
• Fungsi ilmu : alat bantu menanggulangi
problematik hidup se-hari2
• Pembuktian scr metodologis = empirisme
Bab IV : Epistemologi Ilmu
 Pengertian epistemologi
> episteme (Yun) = penget
logia (Yun) = ilmu, uraian, ajaran, teori
(logos = kata, pikiran, budi)
Epist = ilmu / teori ttg penget
Definisi : penyelidikan kritis mengenai nilai
kebenaran dari penget.
Metode pendekatan : penyelidikan kritis
Obyek formal : kebenaran penget
Dalam epist diselidiki : asal, luas, batas2 ide2
Epist = ilmu kritis > “kritikos” =
mampu bedakan & putuskan
= ada penget man, ttp keberadaannya
di bawah syarat2 eksistensi man
Masalah penget
“tahu” ? “mengetahui”?
Arti populer :
- Rasa pasti bahwa sesuatu benar
- Sangkaan, dugaan, keyakinan, harapan
Arti filsafati : peroleh ket yg tidak terbuka lagi
thd pertanyaan2
Mampukah man peroleh penget pasti-mutlak?
Sofisme
“Sophistes” (Athena, abad ke-5 sM) = “org
bijaksana”
“sangsi ekstrim ttg kemungkinan man menemukan
sst yg sungguh2 benar”
“tidak ada penget yg pasti”
Protagoras : “Man is the measure of all things”
Gorgias : “Nothing exists, and if it did, no one could
know it. And if they knew it, they could
not communicate it”
“segala penget relatif belaka”
Maka ditekankan : sukses dalam hidup di dunia ini
Sokrates : mereka tak miliki penget sejati padahal
berani ajar org lain dlm hal sukses
duniawi.
Mereka ini dapat disamakan dg org buta
menuntun sesama org buta
Sumber Pengetahuan
Rasionalisme
“Sumber penget yg mencukupi & dipercaya > rasio”
? Memenuhi syarat penget ilmiah = sifat umum &
mutlak
Akal : tak butuh pengal = turunkan kebenaran dari
diri sdr. Pengal hanya dipakai utk teguhkan
penget yg telah didapat akal.
Aksioma dasar : penget diturunkan dr idea yg jelas,
tegas, pasti dalam pemikiran
Ide ttg kebenaran sudah ada dalam akal budi man
&
pikiran dapat tahu idea tsb.
Dalil : kr pikiran dapat memahami prinsip, maka
prinsip itu :
- benar & nyata = dapat digambarkan
- apriori = tak dikembangkan dr pengal
Metode Deduksi
“dari pernyataan umum kesimpulan khusus
Menggunakan pola pikir : “silogisme”
Disusun dari 2 pernyataan :
- Premis mayor
- Premis minor
Tingkat kebenaran sama seperti premis2nya dan
keabsahan penarikan kesimpulan
Silogisme
kategoris
sempurna
Aristoteles hipotetis
kurang sempurna entymena
epicherema
sorites
dilema
Rumus silogisme
PU : A = B Semua logam bila dipanaskan akan
memuai
PK : C = A X adalah sebatang logam
K : C = B X bila dipanaskan akan memuai
2 proposisi + proposisi ke-3
spiritual PU : spiritual – tak dpt mati
PK : jiwa – spiritual
Jiwa man tak dpt mati K : jiwa – tak dpt mati
Cth. Prop term tengah tak sesuai dg S atau P
Yg berkeluasan

jiwa badan

Prinsip2 silogisme
a. P. Identitas – S negatif cth. Pertama
b. P. Pebedaan (diskrepansi) cth. kedua
Secara geometris :
S afirmatif M ada dakan T
t ada dalam M
t ada dalam T
S negatif M bukan dalam T
t ada dalam M
t bukan dalam T
Hukum-hukum proposisi
1. Tidak dihasilkan kesimp dr 2 premis negatif
Binatang bukan batu
Malaekat bukan bintang
Jadi?
2. Premis2 afirm – kesimp afirm = p. Identitas
3. Kesimp selalu mengikuti premis lebih lemah
kontraris
A E
Semua man terpelajar Tak ada man terpelajar

I O
sub kontraris
Bbrp man terpelajar Bbrp man bukan
terpelajar
Premis lebih lemah antara :
a. A dan E ialah E sebab :
kalau salah satu premis -, kesimp harus –
(p.diskrep)
E : tidak ada man yg menjadi malaekat
A : semua filsuf manusia
E : tidak ada filsuf yg menjadi malaekat
b. A dan I ialah I sebab :
kalau salah satu premis partikular, kesimp harus
partikular.
A : Semua man dapat mati M dalam T
I : Beberapa ciptaan man Bbrp t dalam M
I : Bbrp ciptaan dapat mati Bbrp t dalam T
c. A dan O ialah O sebab :
kalau salah sau premis A, yg lain O, harus O :
partikular & negatif
A : Semua man dapat mati
O : Beberapa ciptaan tidak dapat mati
O : Beberapa ciptaan bukan manusia
d. E dan I ialah O: kesimp harus negatif – partikular
E : Tidak ada man yg menjadi malaekat
I : Beberapa ciptaan manusia
O : Beberapa ciptaan bukan malaekat
4. 2 premis partikular tidak dapat ditarik kesimp.
Beberapa man bukanfilsuf
Beberapa filsuf orang Italia
Beberapa orang Italia bukan man??
Silogisme Hipotetis = premis mayor prop. Hipotetis
a. S. kondisional = premis mayor prop kond.
Bentuk I : minor memuat syarat
Bentuk II : minor memuat yg disyaratkan
Hukum :
* dari pembenaran syarat, dibenarkan yg disyaratkan,
bukan sebaliknya. Kalau yg disyaratk dibenarkan,
tidak mutlak syarat harus dibenarkan, sebab yg
disyaratk dapat dibenarkan karena alasan lain.
 Dari penyangkalan yg disyaratkan, disangkal
syarat,
bukan sebaliknya. Sebab kalau yg disyaratkan
tidak
dibenarkan berarti syarat tidak dipenuhi.
Bentuk I : Afirmatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus berpikir
Jadi ia hidup
Bentuk I : negatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus tidak berpikir
Jadi ia hidup ??
Bentuk 2 : Afirmatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus hidup
Jadi ia berpikir ??
Bentuk 2 : negatif
Kalau Petrus berpikir, maka ia hidup
Petrus tidak hidup
Jadi ia tidak berpikir
b. Silogisme konyungtif = premis mayor
prop konyungtif
* Afirmatif – negatif = kesimp tepat
* negatif – afirmatif = kesimp tidak tepat
Cth. Afirmatif – negatif
Kartu tidak mungkin sekaligus putih dan hitam
Kartu itu putih
Jadi kartu itu bukan hitam
Negatif – afirmatif
Kartu tidak mungkin sekaligus putih dan hitam
Kartu itu bukan putih
Jadi kartu itu hitam
c. S. Disyungtif = premis mayor prop disungtif
2 kemungkinan seperti sil. Konyungtif
Cth. Afirmatif – negatif
Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tetap berdiri
Jadi Paulus tidak berjalan
Negatif – afirmatif
Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tidak tetap berdiri
Jadi Paulus berjalan
S. Hipotetis dapat diredusir menjadi sil.kategoris
Cth. Hipotetis
Paulus atau tetap berdiri atau berjalan
Paulus tetap berjalan
Jadi Paulus tidak berdiri
Kategoris
Barang siapa tetap berdiri tidak berjalan
Paulus tetap berdiri
Jadi Paulus tidak berjalan
2. Silogisme kurang sempurna
Memiliki lebih/kurang dari 3 proposisi
Entymena = tarik kesimp dg premis minor
sbg penyebab
C = B karena C = A
Paulus dapat mati karena ia adalah manusia
Epicherema = tambah ket pd salah satu atau
kedua premis
Polisilogisme = kesimp sil.1 jadi premis mayor
dari sil yg lain
Sorites : S-P – S-P – SP ...dst = kesimp
Dilema
Hukum Penyimpulan kategoris
1. Di antara 2 hal sama, jika yg satu sama dg hal ke-3,
maka yg lain pun pasti sama.
Jika semua makhluk berakal budi, dan semua yg
berakal budi berbudaya, maka semua man berbudaya
2. Di antara 2 hal sama, jika sebagian yg satu
termasuk dlm hal ke-3, maka sebagian yg lain pun
termasuk di dalamnya.
Jika yg dimaksud rakyat Indo ialah menjadi WNI,
dan sebagian WNI beragama Islam, maka
sebagian
rakyat Indo beragama Islam.
3. Di antara 2 hal, jika yg satu sama dan yg lain
berbeda dg hal ke-3, maka 2 hal itu berbeda.
Jika semua yg berbudaya ad man, dan semua man
bukan keturunan kera, maka semua yg berbudaya
bukan keturunan kera.
4. Jika sst diakui sbg sifat yg sama dg keseluruhan,
maka diakui pula sbg sifat oleh bgn2 dalam
keseluruhan itu.
Jika WNI keturunan Cina ad rakyat Indo, & setiap
rakyat Indo punya kedudukan sama dlm bid. hukum &
pemerintahan, maka WNI ketur Cina pun punya
kedudukan sama dlm bid hukum & pemerintahan
5. Jika sst hal diakui sbg sifat yg sama dg bgn dari
keseluruhan, maka diakui pula sbg bgn dari
keseluruhannya itu.
Jika sbgn makhluk ad man, dan semua manusia
berbudaya, maka sbgn makhluk berbudaya.
6. Jika sst hal diakui sbg sifat yg meliputi keseluruhan,
maka meliputi pula bgn2 dr keseluruhan itu.
Jika semua warga di pulau itu ad rakyat Indo, dan
semua rakyat Indo harus berKetuhanan YME, maka
semua warga di pulai itu berKTYME
7. Jika sst hal tidak diakui oleh kesweluruhan, maka
tidak diakui pula oleh bgn2 dlm keseluruhan itu.
Jika setiap wargadi pulau itu adalah WNI, dan semua
WNI tidak boleh beraliran komunis, maka setiap
warga di pulau itu tidak boleh beraliran komunis.

Hukum Penyimpulan Majemuk = sil. Hipotetis


Satu putusan bersyarat = “mayor” : “apabila P
maka Q” (P & Q : 2 prop) dan satu putusan “minor”
dalam 4 bentuk dan kesimpulan.
 “Dan P” = “terjadi Q”
 “dan bukan P” = “Q tidak jadi”
 “Dan Q” = “P tidak jadi”
 “Dan bukan Q” = “P tidak jadi”
Cth. a. Apabila hujan, jalan menjadi basah
dan hujan
Maka?
b. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan tidak hujan
Maka
c. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan jalan basah
Maka?
d. Apabila hujan, jalan menjadi basah
Dan jalan tidak basah
Maka?
Bentuk 4 ini penting dlm cara kerja ilmu penget
Empiris = asas falsifikasi
Hanya btk a dan d = bentuk penalaran sah =
simpulan
Empirisme
“asal-usul, sumber, sarana & batas2 pengetahuan”
Sumber satu2nya penget = pengalaman
Budi tidak menambah apa pun pada pengetahuan.
Dalil: “Kembalilah ke alam utk mendapatk pengert”
Penget tidak ada scr apriori dalam budi, melainkan
harus diperoleh dari pengalaman
Penget yg benar tubuh beberapa syarat :
a. Ada/tidak sesuatu = pengujian publik
2 syarat: subyek & obyek
: uji kebenaran fakta/obyek = pengal
Kesulitan : obyek/kejadian yg tak dapat diuji
scr langsung?
Prinsip verifikasi dari Alfret Ayer
= menentukan makna ucapan, bukan kebenaran
ucapan
Ucapan bermakna: bisa benar, bisa tidak benar
(falsif)
Ucapan jenis mana bermakna?
- Observation – statement
Cth. Positivisme logis: perlu fakta/data empiris
agar ucapan bermakna
- Matematika, logika, mis. Separuh 14=3+4
Ucapan2 ini tak dapat diverifikasi scr empiris.
Hanya tergant ung pada makna simbol2 yg
digunakan (tautologi)
Ayer akui batas2 utk prinsip verifikasi :
- Verifikasi dapat dilakukan scr tak langsung
- Uapan tak perlu diverifikasi scr faktual,
cukup scr prinsipiil saja.
- Cukuplah ucapan deiverifikasi sebagian saja
Konsekuensi :
Ucapan metafisika, teologi, etika, estetika,
tak bermakna.
Ayer: “a statement which is not revelant to any
experience .... Has no factual content”
b. Prinsip keteraturan
alam/tingkah laku benda2 teratur – ramalan
perilaku benda di masa depan
c. Prinsip keserupaan
Cukup jaminan membuat keswimpulan umum
mis. Sebuah pisang enak dan bergizi.
d. Penget didasarkan pada pengalaman inderawi.
J.Locke: pikiran man saat lahir ....... “Tabula
rasa”,
as a white paper” di mana data yg ditangkap
indera tergambar di situ
Pikiran: alat penerima & penyimpan sensasi
pengalaman
Penget : hasil pikiran yg mengkombinasikan
sensasi2 pokok.
Evaluasi kritis
• Pancaindera man terbatas = sering menyesatkan.
• Empirisme tidak memberi kepastian, maka
perlu mawas diri
Mis. Mobil semalam di garasi – pagi ini :
masih sama?
Metode Induksi
Berdasarkan hal2 khusus kesimpulan umum
Kambing - mata
Gajah - mata
Kerbau - mata binatang : mata
Singa - mata
Kucing - mata
Kes/kebenaran umum : bersifat sementara kr induksi
bertumpuh pd pengamatan/data yg terbatas sifatnya
Induksi Gaya Bacon
• IP/Ilmuan :
- kontrol, manipulasi alam - kehendaknya
- alam tidak didekati sbgmn adanya
- alam dipaksa cocok dg cara berpikir Ilmuw
- simpulkan sebelum percobaan
- Tetapkan persoalan sesuai kehendaknya
- Paksa pengalaman sesuai yg dipikirkan
 Kritik kaum rasionalis
- andalkan akal budi = kebenaran
kesampingkan pengalaman inderawi
- kebenaran – apriori–paksa O sesuai pikiran
Inti Induksi Gaya Bacon
• IP bermula dari & dikendalikan pengamatan
yg tak dipengaruhi pengandaian apa pun
• Ilmuan dekati alam dg mata lugu – tangkap O
sbgmn adanya. Biarkan O bicara padanya.
a. Ilmuan hrs bebas dr andaian/spekulasi awal
utk cegah bias ilmiah = gunakan fakta utk
benarkan pikiran/teori yg sdh dimiliki
b. Perhatikan fakta/data yg bertentangan –
yg agak menyimpang/tak diduga
c. fakta/data dievaluasi, diklasifikasi, dirumuskan
dan disimpulkan sesuai kemampuan ilmuan.
- pada tkt ini ilmuan gunakan teori/konsep
yg telah dimiliki utk olah data yg terkumpul.
- akal budi & pengamatan saling menunjang
utk peroleh kesimp yg diandalkan.
Manfaat Induksi Gaya Bacon
• Ilmuan lihat kenyataan scr obyektif
Simpulan ungkap kenyataan sebgmn adanya
• Kegiatan ilmiah tak jatuh jadi ideologi =
benarkan ideologi yg ada.
Keberatan Induksi Gaya Bacon :
* Alam tak pernah didekati dg mata telanjang.
Teori bantu melihat kemiripan, kaitan,
regularitas di antara fenomena tertentu
* teori terbuka utk diubah berdasarkan fakta
seadanya. Asumsi teoretis ditinggalkan
bila tak sesuai fakta/data
• Fakta/data tak pernah tampil telanjang =
perlu ditafsir
fakta begitu saja tak punya nilai ilmiah
= ditangkap punya nilai bagi penemuan ilmiah
Fenomena selalu diamati/ditangkap dalam
konteks konsep tertentu.
Paul Feyerabend: IP tak kenal “fakta telanjang”
= fakta2 telah dilihat menurut
cara tertentu.
Induksi tak pernah lengkap :
* Tak pernah tangkap semua fakta/data yg
relevan dan yg seharusnya tercakup.
Atas dasar segelintir fakta/data = tarik
kesimp umum yg diandaikan berlaku utk
semua fakta/data.
• Kebenaran kesimpulan tak pernah mutlak.
Selalu ada fakta/data baru yg menggugurkan
kesimpulan tadi.
Karl Raimund Popper (1902- )
Logika Penelitian (1934) = induksi dalam IPA
Tugas IP modern : rumuskan hukum2 umum
dan mutlak perlu.
Cth. “logam yang dipanaskan akan memuai”
Bagaimana hukum ilmiah ini terbentuk?
Jawaban tradisional = proses induksi
!Dari sejumlah kasus yg cukup besar (macam2
Logam memuai setelah dipanaskan) = simpulkan
bhw dlm keadaan tert gejala yg sama selalu
dan di mana2 akan terjadi demikian.
Metode = observasi – eksperimentasi
(ciri khas IP)
David Hume (Skotlandia, 1711-1776)
= Dari sejumlah fakta – betapa pun besar jlh-
nya – scr logis tak pernah dapat disimpulkan
suatu kebenaran umum.
= Tak pernah ada keharusan logis bhw fakta2 yg
sampai sekarang selalu berlangsung dg cara
yg sama besok juga akan terjadi demikian.
== kecenderungan psikologis
Jalan Pemecahan Masalah menurut Popper:
Ucapan/teori : ilmiah bukan karena sudah
dibuktikan (be tested)
--- dapat diuji (testable)
Yaitu melalui percobaan sistematis utk sangkal
(logam dipanaskan).
Cukuplah kemukakan satu kasus utk nyatakan
salahnya suatu ucapan ilmiah.
Kalau teori setelah diuji tetap bertahan –
Kebenaran diperkokoh (corroboration)
-- The Thesis of Refutability –
Artinya: st ucapan/hipotesis bersifat ilmiah
kalau secara prinsipiil terdapat kemungkinan
untuk menyangkalnya (refutability)
Popper gunakan satu kebenar logis sederhana:
“observasi – angsa2 putih – beta pun besar
jlhnya – orang tidak dapat sampai pada teori
bhw semua angsa berwarna putih”
“cukuplah satu observasi thd seekor angsa
hitam untuk menyangkal teori tadi”
IP cari seekor yg tidak putih. Selama belum
ditemukan, teori itu dianggap benar.
John Stuart Mill (1806-1873) = Metode Mill
Persoalkan = sahnya silogisme deduktif
? Dari mana pengetahuan PM itu yg tak
diperoleh dari pengamatan?
Jika PM mengawang – secr konkrit gunanya?
Jawaban Mill: PM itu diket dr pengamatan,
tapi tanpa kepastian matematik
== The course of nature is uniform ==
Sumbernya: law of causality = tiap gejala
punya cause yg dicari IP
Soal: mampu man kejar & tahu sgl causes?
Cara Kerja Induksi = 5 metode kausal
a. Method of Agreement
A B C = Z
C D E = Z
----------------- C = Z
b. Method of Difference
A B C = Z
A B -C = - Z
------------------------ C = Z
c. Joint method of agreement and difference
A B C = Z A B C=Z A B C=Z
B C E = Z B C E=Z A B D = -Z
-------------- C = Z ----------------------------- C = Z
d. Method of Residures (m. sisa)
A B C = X Y Z
A B = X Y
-------------------------- C = Z
e. M. of Concomitent Variation (m.perubahan seiring)
A B C = X Y Z
A B C1 = X Y Z1
A B C2 = X Y Z2
--------------------------------- C = Z
Beberapa Teori Kebenaran
1. Teori Korespondensi
“kesesuaian/korespondensi antara belief/
judgement dan fakta dalam dunia riil”
“Adaequatio intellectus et rei”
2. Teori Koherensi
“pernyataan benar bila koheren/bertalian/
konsisten dg pernyataan lain sebelumnya
yg dianggap benar”
Bila benar “Semua man pasti akan mati”
maka benar pula “Si Polan adalah seorg man
dan si Polan pasti akan mati”
= hukum silogisme atau logika deduktif =
Berciri rasionalisme – idealisme :
= premis dlm penalaran diperoleh dr ide yg
dianggap jelas dan dapat diterima.
Prinsip ini sdh ada jauh sebelum man ber-
usaha memikirkannya – “a-priori” – dan
diketahui lewat penalaran rasional.
3. Teori Pragmatisme
Prattein (k.k.Yun) = berbuat, mengerjakan =
pragma = perbuatan
Kriterium keb = hasil praktis
Tak mungkin capai keb mutlak = puas dg apa
yg membawa hasil praktis.
Pernyataan benar bila bersifat fungsional dlm
hidup praktis atau konsekuensinya punya
guna praktis dalam hidup.
Setuju koresp + koher = asal ada hasil praktis
van Peursen: “Nilai pengertian tergantung
penerapannya dlm masy.
Penget benar bila membuktikan manfaat
bg umum
Peirce (1839-1910)
Prag : teori utk memastikan makna ide intelek
tual. Caranya: org hrs pertimbangkan
konsekuensi2 praktkis teori tsb.
William James (1842-1952)
= Akal dan segala perb-nya berfungsi = pemberi
informasi bg praktek hidup
= tak ada keb mutlak – umum – tetap – pisah
dari akal.
Yg ada: keb2 = apa yg benar dlm pengal khusus
yg setiap kali diubah oleh pengal berikut
Pernyat benar: bila bermanfaat bg pelaku –
memperkaya hidup serta kemungk2 hidup
Sebgn dunia: hasil pembuatan man.
Dunia sst yg terus menjadi – belum selesai –
multi-versum dan man ikutsertakan kehendak
& kekuatannya scr menentukan.
John Dewey (1859-1952)
“tempat hidup man : situasi problematis
Man bertindak atasi situasi problematis baik
fisik maupun kultural = hasilkan perubahan2
Keb : bila bisa diterapkan tujuan
Bila berguna = proses transformasi situasi
problematis
Penting: berbuat – bukan berpikir/pendapat/
teori alat yg “hanya berguna” … utk..
4. Teori Performatif
John Langshaw Austin (1911-1960) beda :
a. Constative utterances : lukiskan keadaan
faktual – kualifikasi benar - salah
Mis. Di kamar saya terdapat 3 buah kursi
b. Performative utterances : dg mengucapkan
kata2 tert, saya melaksanakan sst dan tidak
dilukiskan suatu fakta.
Mis. “Saya berjanji mengirim uang”
= saya tidak beritahu perb, ttp dg mengucapk
kalimat ini sy sungguh2 berbuat sst
Gunakan persona I, indikatif, w.sekarang,aktif
Kal.perform tak sah apabila:
• Diucapkan org yg tak punya kompetensi/
keadaan tidak mengizinkan ucapan itu
* Orangnya tidak bona fide
• Orangnya menyimpang dari ucapannya
Ucap perform: tidak bisa benar/salah, tetapi
bisa happy / unhappy
Tak selalu pakai persona I, indikatif, sekarang
Aktif. Mis. Hadirin dipersilakan berdiri.
3 cara langgar aturan ucap.perform, bisa
diterapkan pula pada ucapan konstatif :
• Saya tak dapat menyatakan apa saja = perlu
penget/pengal ttg apa yg saya nyatakan.
• Tidak bohong = hrs yakin apa yg dikatakan
* Tanggungjawab atas ucapan dlm perb
Dalam buku “How to do things with words”
Austin merinci Speech-acts, dg membedakan
3 macam acts :
 Locutionary act: sampaikan makna/isi bhs
“awas ada anjing”
 Illocutionary act: gunakan daya (force) tert
= perjanjian, perintah, vonis, dst
 Perlocutionary act: dg gunakan force tert,
ucapan dapat mengakibatkan efek psikologis
bg pendengar: setuju, ;puas, gembifra, takut,
dsb
Kebenaran sbg aletheia
Keb = “pewahyuan” realitas sendiri
Realitas “menyingkapkan diri” dan
“disingkapkan” dalam “kata” manusiawi
Man harus “berbicara” & “menyingkapkan”
realitas yg tersembunyi.
Apakah realitas ini? = “pribadi man” dan
“Ada” (Being) itu sendiri
Penilaian
T.Korespondensi : bagaimana “kesesuaian”
dinyatakan dlm pernyataan mengenai masa
yad atau pengandaian?
T.Koherensi : sebelum menegaskan koherensi
A & B keduanya harus benar dlm hub dg
realitas t. korespondensi
T.Pragmatisme : hasil praktis tidak membuat
pernyataan yg keliru/salah jadi benar
Dua bentuk dasar pemikiran
a. Pemikiran yg “menguasai” = bidang
teknis-ilmiah > “will to power”
“Knowledge is power” = memiliki –
taklukkan sgl sst di bawah kuasa rasio
E. Levinas : “Pemikiran egologis”
Pemikiran ini bernilai – ttp jika dijadikan
satu2nya pemikiran manwi = menekan dan
melemaskan man utilitarisme
b. Pemikiran yg “mengakui” = tertuju pada
pribadi2 dan misteri “Ada” yg terungkap
dlm pribadi2 itu.
= “menerima” dan “mengakui” misteri
“Ada” serta membuka diri thd appeal-Nya
Tujuan :
- mencintai – menghormati dan membiarkan
untuk ada
- tidak menerangkan apa pun menunjuk,
menjaga, menghormati
- tidak dijiwai “utilitarisme” = beri makna
pada segala sst yg lain.
Bdk. Relasi Aku-Engkau (Ich-Du) menurut
Martin Buber (Yahudi, 1878-1965)
Kebenaran manusiawi bercorak belum-
selesai
2 sikap ekstrim ttg kebenaran :
“absolut” & “historis-relatif”
a. Aspek2 kebelum-selesaian
* fakta: realitas didekati dr banyak sudut
pandangan parsial dan relatif
* Punya sejarah, terlaksana dalam sejarah =
adanya aspek “kemajuan” dlm kebenaran
b. Kebelum-selesaian bukanlah relativisme
Keb ditandai relativitas & parsialitas justru
karena ciri historis-kulturalnya.
“relativisme” = tak ada kebenaran mutlak,
pasti, universal. Cfr. Sofisme
“relatif” = terikat pd/berjangkar pada sejarah
dan terbuka utk kritik filsafati
selanjutnya.
“parsial”= memandang realitas dari sudut
tertentu, menurut perspektif tert.
Kepastian
3 jenis kepastian : disebabkan evidensi yg
muncul dr 3 sumber berbeda:
a. K. metafisik / mutlak
Evidensi muncul dr kata2 sdr. Mis. “sebuah
lingkaran bersifat bundar” diperoleh dari
“isi/arti/bobot/komprehensi/konotasi”
istilah2 itu sdr.
Predikat: unsur esensial/mutlak dlm istilah
“lingkaran” (Subyek)
Cth. Pencurian selalu adalah dosa. Seorang
Negro berkulit hitam. Man berakal budi.
Allah ad Yang Mahatinggi, Kursi adalah
tempat duduk. Membunuh ad dosa.
Disebut “putusan2 analitis”
Disebut juga : *closed system statement
* Apriori statement
* Agreement statement
* Circular statement/cir. vitiosus
Putusan2 berdasar pengalaman disebut:
* sintetis
• Opened system statement
• Discoverey statement
• Aposteriory statement
• Linear statement
b. K. fisis : diperoleh melalui pengamatan atas
benda2 material/fisis yg perlihatkan
keteraturan, hukum alam tertentu.
Mis. Segala benda material akan jatuh jika
dilepaskan.
Air selalu akan mendidih jika dipanaskan
sampai 1000 Celsius
Suhu air dlm keadaan mau membeku
disebut Celsius “nol derajat”
“Opened system statement Closed sys stat
Hukum ini berlaku juga utk materi hidup
Cth. Saya akan tenggelam jika saya mencoba
berjalan di atas air.
Orang mati tak akan hidup kembali
c. K. moral : diperoleh melalui pengamatan
atas kelakuan man yg bebas
Cth. Seorang yg sangat mencintai kita tidak
akan tiba2 membunuh kita.
Seorg residivis biasa mabuk – curi – bila
ada kesempatan curi lagi.
Informasi/pengal = ramal masa depan ssorg
Cth. Pasti kedua org itu berkelahi jika
duduk berdampingan.
Pasti orang tua marah jika saya
terlambat pulang
Orang itu pasti menghadiri rapat
Namun: termasuk “opened system statement”
BAB V : AKSIOLOGI ILMU
1. Nilai Ilmu
Guna ilmu? = ilmu telah banyak ubah dunia
“Selalu merup berkat – penyelamat man”?
Francis Bacon (1561-1626)
“Knowledge is power”:berkat? malapetaka?
Tergantung pd pengguna kekuasaan tsb
“Ilmu netral”
Ilmuan-lah yg hrs ambil sikap = tergantung
sistem nilai yg dianut ilmuan
Netralitas ilmu:
Epistemologi : hitam – hitam; putih – putih
= “hanya memihak kebenaran”=
Ontologis-axiologis : ilmuan hrs mampu
menilai baik – buruk yg mengharuskan dia
menentukan sikap
“butuh landasan moral yg kuat”
Pendidik : “tak cukup didik ilmuan berotak
besar ttp juga hrs berjiwa besar”
2. Manusia dan Alam
Bacon “Knowledge is power” = ingin kuasai
alam – harus kuasai ilmu.
Kuasai alam – hrs perhatikan norma2 etis
Hub man – alam : intrinsik – kosmologis
: etis epistemologis
Hub man – alam = “konstitutif”
Heidegger : alam = alat/sarana (zeug) bagi
man utk digunakan (zubanden)
Alam : tak dipahami lepas dr man.
: peroleh maknanya terkait dg man
: dibudayakan man; man kultivasi –
humanisasikan alam bersamanya
2 sikap man thd alam :
• menguasai/menundukkan
!Perhitungkan kemampuan & kelestariannya
• Mendewakan = tak mampu kembangk iptek
Man : terintegrasi dg alam
: bagian alam = pusat alam yg harus
dibudayakan
: jaga kelestarian alam
3. Ilmuan dan Moral
= kewajiban moral terapkan ilmu demi
peningkatan kemanusiaan
= visi moral sbg ilmuan = sikap ilmiah
= tjawab moral lestarikan dan seimbangkan
alam ini = selaras dg kehendak man dan
kehendak Tuhan
4. Tujuan Ilmu Pegetahuan
* T. teoretis : memperluas & memperdalam
penget itu sdr
* T. Praksis : mempertahankan hidup
: meningkatkan kemungk yg
disajikan hidup ini.
* Tradisi Yahudi-kristiani : bantu sesama yg
menderita, tak berdaya, tak berhak atas
bantuan kr tak sanggup sumbangkan sst
kpd masy.
• Medico-etis Hippokrates
- penyakit punya sebab2 kodrati
- dokter wajib utamakan penderita
Perbedaan dg agama kristen :
Hippokrates : tak hiraukan perawatan pasien
yg tak mungkin sembuh lagi
: man sehat, man ideal yg seimbang
jasmani – rohani
: dari segi etis tak boleh bantu orang
yg tak mungkin sembuh lagi
Ag.kristen: perhatikan man yg tak dapat lagi
disebut man walaupun bantuan sama sekali
tak berguna lagi
“caritas” = usaha meringankan penderitaan
Seluruh perkemb IP sejak filsafat Yunani
Bertujuan praksis dg orientasi etis yakni
membantu man yg menderita agar bisa hidup
pantas.
5. Etos intrinsik Teknologi
Tujuan teknologi : membebaskan man dari
urusan materialnya.
Semakin berhasil: penerapan metode2
teknologi produksi semakin meningkat, dan
banyak fungsi diambil alih mesin.
man = kreativitas & penguasaan
!!man selama ini kurang belajar bgmn hidup
dg teknologi = hamba teknologi
Manakah etos intrinsik teknologi yg baik?
= membebaskan man dr keterikatannya pd
dunia material
= meningkatkan kedewasaan pribadi artinya
menjadi man seutuhnya.
IP = sarana pengembangan diri manusia
= hasil perkembangan manusia
Man = bukan sarana utk suatu tujuan di luar
manusia
= man sekarang bukan sarana utk man
yad
TERIMA KASIH

SELAMAT BELAJAR

You might also like