Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 38

SHORT CASE

SINDROMA
KOMPARTEMEN
HUSNAENY BLEGUR, S.KED

Pembimbing:
dr. Su Djie To Rante, M. Biomed, Sp. OT
Identity
Name : Mr. MS
Age : 25 years old
Gender : Male
Address : Walikota
HISTORY TAKING
► Data was collected in emergency room on July 25th 2018, from
autoanamnesis.
► Chief complain : open wound on the left leg
► Current History : Patien came to ER RSUD WZ Johannes Kupang
with complaint open wound on the left leg because traffic accident
at 00:40 PM. The patient said the incident occurred when the patient
wanted to overtake a car in front of the patient but the patient
wanted to overtake from the left side of the car. suddenly in front of
the patient there is a motorcycle that runs slowly so that patients and
motorcycle that fall down. The patient's motorcycle rests on the
patient's foot resulting in a torn wound in the patient's left leg.
Patients do not begin to decrease consciousness, not vomiting, do
not faint. no dizziness, othorhagia (-), epistaksis (-).
Primary Survey
►A : Clear
►B : Thoracoabdominal, RR : 21 x/min, symetrical
chest expansion
► C : BP : 90/60 mmHg, HR: 82 x/min, regular
► D : GCS E4 V5 M6
► E : vulnus laseratum on regio cruris sinistra and
vulnus excoriatum on regio cruris dextra.
Secondary survey

GCS : E4 V5 M6, good orientation of time and people


Head : Lession (-)
Eye : Hematom(-), pupil isocor, direct light reflexes (+/+)
Ear : Ottorrhea (-)
Nose : Epistaxis (-), rhinorrhea (-)
Neck : Lesion (-), normal neck movement
THORAX
► Lesion (-), scar (-)
► Lung
►Inspection : Symmetrical chest expansion
►Palpation : Vocal fremitus (R=L), pain (-)
►Percussion : Sonor (+/+)
►Auscultation : Vesicular (+/+) , Ronchi (-/-), Wheeze (-/-)
► Cor
 Single S1/S2, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
Inspection : flat, lession (-), scar (-)
Auscultation : normal peristaltic sound
 Palpation :
 Distended (-), pain (-), massa (-)
 Percussion :
 Tympani (+) all regio
UPPER & LOWER LIMBS
Upper Limb
Look : lession (-), scar (-)
Feel : warm, CRT < 2 seconds
Lower Limb
Dextra :
Look : vulnus excoriatum on regio cruris, edema (+).
Feel : warm, CRT < 2 seconds, crepitation (-)
Sinistra :
Look : vulnus laseratum on regio cruris, edema (+).
Feel : warm, CRT < 2 seconds, crepitation (-)
Localize-State
►A : vulnus
laseratum on regio
cruris, edema (+)
► B : vulnus
excoriatum on regio
cruris, edema (+)
B A
Assesment

Suspec fraktur cruris sinistra


 compartmen sindrom
Planning
 X-Ray cruris sinistra
 Wound toilets on VL and VE with sterile gausse
and NaCl 0,9% two times a day
 Hecting situation
PEMBAHASAN
Kompartemen sindrom
Definisi
Tekanan jaringan yang tinggi di dalam ruangan osteo
facial yang tertutup.

Perfusi jaringan

Kematian jaringan = necrosis


Klasifikasi:
Akut : fraktur, trauma jaringan lunak, kerusakan
arteri, luka bakar.
Kronis: melakunan aktivitas berulang seperti pelari
marathon, sepak bola dan militer.
Anatomi
► Kompartemen adalah daerah tertutup yang
dibatasi oleh tulang, interosseus membran, dan
fascia, yang melibatkan jaringan otot, syaraf dan
pembuluh darah.
Anatomi
 Anggota gerak bawah:
► Tungkai bawah:
 Kompartemen anterior, berisi otot tibialis anterior dan
ekstensor ibu jari kaki, nervus peroneal profunda.
 Kompartemen lateral, berisi otot peroneus longus dan brevis,
nervus peroneal superfisial.
 Kompartemen posterior superfisial, berisi otot gastrocnemius
dan soleus, nervus sural.
 Kompartemen posterior profunda, berisi otot tibialis posterior
dan flexor ibu jari kaki, nervus tibia.
Etiologi
Sindroma kompartemen

Volume Tekanan eksternal :


kompartemen : • Balutan yang terlalu
• Penutupan defek fasia ketat
• Berbaring di atas Tekanan internal pada
• Traksi internal yang struktur kompartemen :
belebihan pada fraktur lengan
ekstremitas • Gips • Pendarahan atau
Trauma vaskuler
• Peningkatan
permeabilitas kapiler
• Penggunaan otot yang
berlebihan
• Luka bakar
• Operasi
• Gigitan ular
• Obstruksi vena
Patofisiologi
Peningkatan tekanan yang berkelanjutan intra
sampai melebihi tekanan arteri
kompartemen
intramuskular >30 mmHg sehingga darah tidak
dapat mencapai pembuluh darah kapiler.

Ischemic Injury

Necrosis
Patofisiologi
► Kompensasi tubuh terhadap keadaan ini:
 Mekanisme autoregulasi ( cascade of injury)
►Penurunan resistensi pembuluh darah kapiler.
►Peningkatan ekstraksi oksigen.

► Keadaanini masih berkelanjutan  tubuh


kewalahan:
Keadaan kritis berupa tekanan yang tinggi
Perfusi jaringan ≠,  kematian jaringan
Patofisiologi
Terdapat tiga teori yang menyebabkan
hipoksia pada kompartemen sindrom:
► Spasme arteri akibat peningkatan tekanan
kompartemen
► Theori of critical closing pressure
Bila tekanan jaringan meningkat atau tekanan arteriol
menurun maka tidak ada lagi perbedaan tekanan 
arteriol menutup
► Tipisnya dinding vena
Gejala Klinis

5 P:
► Pain
► Pallor
► Pulselesness
► Paresthesia
► Paralysis
Diagnosis
► Anamnesa:
 Kecurigaan terhadap sindrom kompartemen
►Riwayatnyeri yang berlebihan, kesemutan dan
kelemahan otot

► Pemeriksaan fisik  5P
► Peningkatan tekanan intrakompartemen
dengan menggunakan alat pengukur
tekanan kompartemen.
► Pulse exymetry
Diagnosis
► Patut di ingat!!!
 Nadi ”masih teraba” pada sindroma
kompartemen akut.
 Perubahan sensory dan paralysis
masih belum tampak hingga terjadi iskemia
pada jaringan saraf yang terkena, ± 1 jam.
Diagnosis
► Gejalayang paling
penting pada impending
compartment syndrome
adalah Nyeri yang tak
sebanding dengan cedera
yang tampak.
Diagnosis Banding
► Diagnosis
banding dari sindroma
kompartemen antara lain:
 Selulitis.
 Deep Venous Trombosis dan
Thrombophlebitis.
 Gas Ganggrene.
 Necrotizing Fasciitis.
 Peripheral Vascular Injuries.
 Rhabdomyolis
Pemeriksaan penunjang
► Laboratorium
Hasilnya ≠ mendiagnosis sindrom kompartemen,
tapi berguna untuk menyingkirkan DD:
 Kreatinin fosfokinase dan urin myoglobin
 Serum myoglobin
 Toksikologi urin: dapat membantu menentukan penyebab, tetapi tidak
membantu dalam menentukan terapi pasiennya.
 Urin awal: bila ditemukan myoglobin pada urin, hal ini dapat mengarah
ke diagnosis rhabdomyolisis.
 Protrombin time (PT) dan activated partial thromboplastin ( aPTTT).
Pemeriksaan penunjang
► Imaging
 Rontgen: pada ektremitas yang terkena.
 USG, membantu untuk mengevaluasi aliran
arteri dalam memvisualisasi Deep Vein
Thromosis (DVT).
Pemeriksaan penunjang
► Pemeriksaan lainnya
 Pengukuran tekanan intrakompartemen.

 Pulse oxymetry
Komplikasi
► Nekrosis pada syaraf dan otot dalam
kompartemen
► Kontraktur volkman
► Trauma vascular
► Gagal ginjal akut
► Sepsis
► Acute respiratory distress syndrome
(ARDS).
Penatalaksanaan
► Non operatif:
 Menempatkan kompartemen yang terkena
setinggi jantung.
 Pembukaan gips
 Pemberian anti racun pada kasus gigitan ular
 Mengoreksi hipoperfusi  cairan kristaloid
dan produk darah
 Pemberian obat diuretik dan manitol
 HBO (hyperbaric oxygen)
Penatalaksanaan
► Operatif:
 Fasciotomy
Fasiotomi
► Fasiotomi merupakan tindakan operatif
definitif dengan cara memotong fascia
untuk membuka ruang, sehingga tekanan
dapat langsung berkurang.
► Pada tungkai bawah, fasiotomi dilakukan
dengan sayatan di sepanjang kompartemen
tungkai bawah dengan teknik insisi dobel
► Dua sayatan sejajar
sepanjang 15-20
sentimeter dibuat di dua
tempat. Tempat pertama
adalah bagian tepi luar
depan (anterolateral)
tungkai untuk dekompresi
kompartemen anterior dan
lateral, dan sayatan kedua
pada bagian tepi dalam
belakang (posteromedial)
tungkai untuk dekompresi
kompartemen posterior
Kontra indikasi fasciotomi
► Jangan lakukan tindakan fasiotomi apabila sindrom
kompartemen terdiagnosis pada hari ketiga atau
keempat setelah onset.
► Fasiotomi juga tidak boleh dilakukan apabila telah
terjadi kematian jaringan otot yang ditandai
dengan rasa nyeri yang memburuk, perubahan
warna otot menjadi lebih gelap, perubahan warna
urin menjadi kecoklatan (akibat kandungan
mioglobin yang meningkat), dan dapat disertai
gangren serta gejala inflamasi sistemik lainnya.
Prognosa
”Baik” jika diagnosa tepat dan penganan
cepat.
”Namun”, tergantung dari parah tidaknya
cedera.

You might also like