Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 46

Retinopathy of

Prematurity
Romzan Alfiriza Robby
201810401011092
H-30
Pembimbing: Dr.dr.Arti Lukitasari, Sp.M
Pendahuluan
 Retinopati Prematuritas (ROP) adalah suatu
keadaan dimana terjadi perkembangan
abnormal pembuluh darah retina pada bayi
yang lahir prematur.
 ROP merupakan penyebab kebutaan
tertinggi anak-anak di Amerika  7000 anak
buta akibat ROP
 Salah satu penyebab utama kebutaan anak
di seluruh dunia, terutama di negara
berkembang
 Penyebab ROP adalah terhentinya proses
maturasi dari pembuluh retina normal.
 Teori Campbell  adanya hubungan antara
ROP dengan terapi suplemental oksigen
pada bayi prematur
 Penatalaksaan ROP yang paling penting
adalah untuk mencegah terjadinya kebutaan
permanen dengan antenatal care yang baik.
Anatomi dan Fisiologi Retina
 Retina adalah selembar tipis jaringan saraf yang
semitransparan dan multilapis yang melapisi bagian
dalam dua per tiga posterior dinding bola mata.
Retina membentang ke depan hampir sama jauhnya
dengan korpus siliaris, dan berakhir di tepi ora
serrata.
 Retina mempunyai tebal 0,1 mm pada ora serrata
dan 2,3 mm pada kutub posterior. Di tengah-tengah
retina posterior terdapat makula yang merupakan
daerah pigmentasi kekuningan yang disebabkan oleh
pigmen luteal (xantofil)
 Retina menerima darah dari dua sumber yaitu
khoriokapilaria dan cabang-cabang arteri sentralis
retina
Lapisan-lapisan retina mulai dari sisi dalamnya
adalah2,3 :

1. Membran limitans interna


2. Lapisan serat saraf, yang mengandung akson-akson sel
ganglion yang berjalan menuju nervus optikus
3. Lapisan sel ganglion
4. Lapisan pleksiformis dalam, yang mengandung sambungan-
sambungan sel ganglion dengan sel amkrin dan bipolar
5. Lapisan inti dalam badan sel bipolar, amakrin dan sel horizontal
6. Lapisan pleksiformis luar, yang mengandung sambungan-
sambungan sel bipolar dan sel horizontal dengan fotoreseptor
7. Lapisan inti luar sel fotoreseptor
8. Membran limitans eksterna
9. Lapisan fotoreseptor segmen dalam dan luar batang dan
kerucut
10. Epithelium pigmen retina
Vaskularisasi retina Khoriokapilaris

arteri sentralis retina


Retina menerima darah dari dua sumber
yaitu khoriokapilaria dan cabang-cabang
arteri sentralis retina.
- Khoriokapilaris memperdarahi sepertiga
luar retina, termasuk lapisan pleksiformis
luar dan lapisan inti luar, fotoreseptor, dan
lapisan epitel pigmen retina
- sedangkan cabang-cabang arteri sentralis
retina memperdarahi dua pertiga sebelah
dalam retina.
Perkembangan Vaskularisasi Retina

16 minggu  Pembuluh retina tumbuh


keluar dari optic disc sebagai
perpanjangan dari sel spindel
mesenkimal.
32 minggu  retina tervaskularisasi
menyeluruh sampai ke ora
serrata
40-42 minggu  bagian temporal yang lebih
besar telah tervaskularisasi
seluruhnya
Retinopati Prematuritas (ROP)
 Definisi
Retinopati prematuritas adalah suatu
keadaan dimana terjadi gangguan pada
pembentukan pembuluh darah retina pada
bayi prematur
Faktor risiko terjadinya ROP antara lain adalah sebagai berikut :
 Bayi lahir < 32 minggu masa gestasi
 Penyakit jantung
 Asupan oksigen yang tinggi
 Berat badan lahir < 1500 gram
 Penyakit lain yang menyertai
 Anemia
 Kadar karbon dioksida yang tinggi
 Apnea
 Bradikardia
 Transfusi darah
 Perdarahan intraventrikuler
 Maternal, pada masa prenatal: kebiasaan merokok, diabetes,
preeklamsia
Epidemiologi
 Insidensi ROP 29.2% (165 dari 564 bayi dengan
BBLASR).
 Di Korea  insidensi ROP 20.7% (88 dari 425 bayi
prematur)
 Dari 28.000 bayi lahir prematur di Amerika dengan
BB <1500 g, 50%-nya menderita ROP
 Usia median dari onset ROP adalah 35 minggu (31-
40 minggu).
 Usia median dari onset ROP adalah 35 minggu (
range 31-40 minggu)
 Laki-laki > perempuan
Patofisiologi
Vasoobliterasi
Neovaskularisasi proliferasi
Klasifikasi
ROP dibagi berdasarkan lokasi penyakit ini
dalam zona-zona pada retina (1, 2, dan 3),
penyebaran penyakit berdasarkan arah jarum
jam (1-12), dan tingkat keparahan penyakit
dalam stadium (0-5).
Zona ROP
Zona 1
 paling labil
 Pusat dari zona 1 adalah
nervus optikus. ROP yang
terletak pada zona 1
(bahkan pada stadium 1,
imatur) dianggap kondisi
yang kritikal dan harus
dimonitor dengan ketat.
 Tanda utama dari
perburukan penyakit ini
dengan ditemukan adanya
pembuluh darah yang
mengalami peningkatan
dilatasi.
Zona 2
 Zona 2 adalah area melingkar
yang mengelilingi zona 1
dengan nasal ora serrata
sebagai batas nasal.
 Bila ditemukan warning sign:
 vaskularisasi yang
meningkat pada ridge
 Dilatasi vaskular yang
meningkat
 tampak tanda ‘hot dog’
pada ridge; merupakan
penebalan vaskular
 3 hal tersebut merupakan
indikator prognosis yang
buruk.
Zona 3
 Zona 3 adalah bentuk bulan
sabit yang tidak dicakup
zona 2 pada bagian
temporal.
 Jarang terjadi penyakit yang
agresif. mengalami
vaskularisasi lambat 
evaluasi beberapa minggu
 Tidak ditemukan adanya
penyakit sequelae dari zona
ini.
Lokasi ROP
Stadium ROP
 Stadium 1  Ditemukan garis demarkasi tipis
diantara area vaskular dan avaskular pada retina.
 Stadium 2  Tampak ridge luas dan tebal yang
memisahkan area vaskular dan avaskular retina.
 Stadium 3  Dapat ditemukan adanya
neovaskularisasi pada ridge, pada permukaan
posterior ridge atau anterior dari rongga vitreous.
 Stadium 4  ablasio retina subtotal yang berawal
pada ridge
 Stadium 5  ablasio retina total berbentuk seperti
corong (funnel).
Pemeriksaan ROP
 Pemeriksaan ROP dikategorisasikan dalam
zona-zona, dengan stadium yang
menggambarkan tingkat keparahan penyakit
 Standar baku untuk mendiagnosa ROP
adalah pemeriksaan retina dengan
menggunakan oftalmoskopi binokular indirek.
Screening protocol ROP sesuai dengan usia gestasi:
 Bayi yang lahir usia gestasi 23-24 minggu, harus
menjalani pemeriksaan mata pertama pada usia
gestasi 27-28 minggu
 Bayi yang lahir  usia gestasi 25-28 minggu , harus
menjalani pemeriksaan mata pertama pada usia
kehidupan 4-5 minggu
 Bayi yang lahir  usia gestasi ≥29 minggu,
pemeriksaan mata pertama dilakukan sebelum bayi
tersebut dipulangkan
Penatalaksanaan
Terapi medis
 Belum ada standar terapi medis baku untuk
ROP.
 Penelitian terus dilakukan untuk memeriksa
potensi penggunaan obat
antineovaskularisasi intravitreal, seperti
bevacizumab (Avastin) digunakan pada
retinopati diabetik
Terapi bedah
 Terapi bedah ablatif (Ablative surgery)
apabila terdapat tanda kegawatan (threshold
disease), terapi ablatif saat ini terdiri dari
krioterapi dan terapi laser untuk
menghancurkan area retina yang avaskular.
Terapi ini biasanya dilakukan pada usia
gestasi 37-40 minggu, apabila ROP terus
memburuk, mungkin dibutuhkan lebih dari
satu tindakan.
Early Treatmen for Retinopathy of
Prematurity (ROP)
Oftalmologis membagi ROP menjadi dua bagian
besar, yaitu :
 Tipe 1 (membutuhkan terapi)
1. zona 1, stadium 3 ROP tanpa penyakit plus
2. zona 2, stadium 2 atau 3 dengan penyakit
plus
 Tipe 2 (membutuhkan observasi)
1. zona 1, stadium 1 atau 2 tanpa penyakit plus
2. zona 2, stadium 3 ROP tanpa penyakit plus
 Setelah intervensi bedah  harus
dipemeriksa setiap 1-2 minggu  apakah
diperlukan terapi tambahan.
 Pasien dimonitor sampai vaskularisasi retina
matur.
Prevensi
 Pencegahan yang paling bermakna adalah
pencegahan kelahiran bayi prematur.
 Pencegahan ini dapat dialkukan dengan cara
melakukan perawatan antenatal yang baik.
Komplikasi
Komplikasi jangka panjang dari ROP:
 Miopia
 Ambliopia
 Strabismus
 Nistagmus
 Katarak
 Ruptur retina
 Ablasio retina
Prognosis
Prognosis ROP ditentukan berdasarkan zona
penyakit dan stadiumnya
 Pada pasien yang tidak mengalami
perburukan dari stadium I atau II memiliki
prognosis yang baik
 pasien dengan penyakit pada zona 1
posterior atau stadium III, IV, dan V memiliki
prognosis yang cukup buruk
 Faktor yang penting adalah deteksi awal dan
penangganan yang tepat.
Lokasi ROP
Tahap 1 - Garis demarkasi - batas atau garis sederhana
yang terlihat di tepi pembuluh yang membagi vaskular dari
retina avaskular (retina normal memiliki pinggiran yang
renggang, tidak lurus, dan berbulu).
Zona 3
 Tahap 2 - Punggungan yang ditinggikan - struktur garis telah memperoleh
volume dan naik di atas permukaan untuk menjadi punggungan.
 Tahap 3 - Neovaskularisasi - punggungan terlihat dengan proliferasi
fibrovascular ekstra-retina. Dari permukaan punggungan, jaringan ekstra-retina
ini dapat meluas ke vitreous.
 Tahap 3 dapat dibagi lagi menjadi ringan, sedang atau berat tergantung pada
tingkat pertumbuhan pembuluh baru memproyeksikan ke vitreous (Fraser Askin
& DiehlJones,2009).
 Tahap 4 - Ablasi retina subtotal yang disebabkan oleh pengerasan atau retraksi
jaringan parut. Ini mungkin eksudatif dan / atau transial, dan bisa menjadi
detasemen parsial atau total.
 4A Partial detachment yang mempengaruhi pinggiran retina. Macula tidak
terlibat
 4B Total detasemen yang melibatkan Macula dan Fovea, biasanya dengan
lipatan meluas melalui Zona 1, 2 dan 3 (Fraser Askin & Diehl-Jones, 2009).
 Tahap 5 - Total retinal detachment, dengan retina dengan asumsi corong
tertutup atau sebagian tertutup dari saraf optik ke depan mata.
 Pre-‘Plus ’Disease- Lebih banyak arteri dan vena dilatasi terlihat
dari normal, tetapi tidak cukup parah untuk diklasifikasikan
sebagai penyakit‘ Plus ’.
 Ditambah Penyakit
 Penyakit Plus hadir ketika pada setiap tahap ROP, vena
posterior membesar dan arteriol berliku-liku. Kehadiran penyakit
plus meningkatkan kemungkinan perkembangan penyakit yang
cepat dan secara signifikan meningkatkan kemungkinan hasil
visual yang tidak baik (Fraser Askin & Diehl-Jones, 2009).
 ‘Rush’ Disease (ROP agresif posterior, AP-ROP)
 Ini adalah bentuk ROP yang langka dan berat dengan
peningkatan tortuositas dan dilatasi pembuluh yang terdapat di
semua 4 kuadran zona 1 dan kadang-kadang zona 2. AP-ROP
mungkin tidak secara berurutan melewati tahap 1 hingga 3,
tetapi sering kali dengan cepat maju ke tahap 4 atau 5.

You might also like