Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 31

Hypermarket bencana

Indonesia
rawan
bencana
Geografis : bencana alam

Demografis : konflik
Located
on 4 moving
Tectonic Plates

Located on the
Ring of Fire
 Bencana → dampak fisik, mental, sosial.
 Masalah mental emosional dan perilaku
(sering muncul setelah mengungsi).

1/3 – ½ korban bencana mengalami


gangguan jiwa & masalah psikososial

 Menurunkan produktivitas dan kualitas hidup


pasien  beban keluarga dan masyarakat.
 Dampak (-) jangka panjang pada masyarakat
: terhambatnya sosio-ekonomi, kesehatan,
dan rekonsiliasi / perdamaian.
Penelitian Ramhn, 2001
(Penelitian terhadap pengungsi di Maluku Utara,
Pontianak, Madura dan Bitung)
 Stres pasca trauma, anxietas, depresi,
psikosomatik.
 Penyalahgunaan alkohol.

 Child abuse.

 Perilaku agresif dalam keluarga.

 Perilaku agresif di lingkungan.

 Masalah belajar, ekonomi, kenakalan


remaja, sikap pesimis , cenderung
tergantung pada bantuan.
Penelitian Poso (2001)

54,1% pada anak

53,4% pada dewasa

81% pada manula


 Yankeswa efektif memperbaiki kesejahteraan
penyintas, namun belum optimal.
Penanganan kesehatan masih terbatas pada
nutrisi, pencegahan penyakit menular ,
kesehatan ibu dan anak.
 Diupayakan yankeswa yang mudah dijangkau
masyarakat  hanya kasus tertentu rujuk ke
RSU/RSJ.
 Perlu kerjasama pemerintah dan swasta,
nasional dan internasional.
Fase Umum pada Populasi
Korban Bencana / Konflik
1. Fase kedaruratan akut : angka kematian
me↑ akibat kekurangan kebutuhan dasar
(makan, perlindungan, keamanan, air,
sanitasi, akses ke yankes, penyakit
menular).
2. Fase rekonsilidasi : kebutuhan dasar
sudah sebanding lagi dengan keadaan
sebelum kedaruratan.
Intervensi pada Populasi
Korban Bencana / Konflik
Fase kedaruratan akut :
 Intervensi sosial awal : Pemenuhan
kebutuhan mendesak, a. l :
 Arus informasi : status kedaruratan,
upaya penyelamatan, pelacakan
keluarga, keberadaan petugas
(kesehatan, distribusi makanan, dsb).
 Tempat perlindungan.
 Tempat ibadah, sekolah, penyediaan air.
 Pengelolaan jenasah.
 Intervensi psikologis fase akut :
 Kontak puskesmas atau pelayanan
darurat setempat : kelola gawat-darurat
psikiatrik, persediaan psikofarmaka,
kelanjutan psikofarmaka bagi yg sudah
sakit jiwa sebelumnya.
 PFA (“Pertolongan pertama secara
psikologis”) : mendengarkan, empati, dll.
 Upayakan kembali kegiatan sekolah,
budaya, religi, rekreasi.
 Upayakan kegiatan yg melibatkan janda,
duda, yatim piatu, dll.
 Edukasi masyarakat : harapan untuk
pemulihan secara alamiah.
Fase rekonsolidasi
 Intervensi sosial yang kontinyu :
psikoedukasi setelah 4 minggu,
pembangunan ekonomi, dll.
 Intervensi psikologis : pelatihan petugas
puskesmas dan kader lainnya, kerjasama
dengan penyembuh tradisional, kelompok
suportif berbasis masyarakat.
Stressor pada Bencana
Stressor akut :
 Terjebak/ tidak dapat mengevakuasi diri.
 Melihat kehidupan keluarga terancam.
 Kerusakan tempat tinggal dan komunitas.
 Melihat kehidupan orang lain terancam.
 Perhatian media massa.

Stressor kronis : masalah keluarga (terpisah),


masalah ekonomi, beban pekerjaan, masalah
birokrasi.
Pengalaman traumatik :
 Pengalaman mental yang luar biasa
menyakitkan, melampaui ambang
kemampuan rata-rata orang untuk
menanggungnya.
 Perubahan yang drastis dalam kehidupan.

 Mengubah persepsi terhadap kehidupan.

 Mengubah perilaku dan emosi.


Tahap2 respon mental setelah peristiwa
traumatik, kehilangan dan duka cita yang
luar biasa (Kubler Ross) :

Angry
Denial Bargaining

Depression

Acceptance
Reaksi individu dalam menghadapi
pengalaman traumatik berbeda-beda, a. l
dipengaruhi oleh :
 Berat dan jenis paparan trauma.

 Ciri Kepribadian.

 Dukungan dari keluarga.

 Respons komunitas/budaya.
Kemungkinan Reaksi
Psikologis dan Perilaku
Setelah Peristiwa Traumatik
Tidak ada reaksi
Respon stress Dapat pulih sendiri
normal dengan bantuan minimal
dari jejaring dukungan
Sindrom Mendapat manfaat dari
psikologis dan pelayanan tim
perilaku manajemen stress
Gangguan Memerlukan bantuan
psikologis profesional untuk pulih
Faktor Penentu
 Sifat bencana
Terdeteksi / tidak, dapat dihindari / tidak,
mendadak / tidak, keparahan dampak,
lama peristiwa, terkendali / tidak.
 Faktor komunitas
Sumber daya, kesiapan, pengalaman
lampau, kerusakan, gejolak sosial /
politik, dukungan sosial.
 Faktor individu
Pengalaman sebelumnya, kehilangan
(aktual atau potensial), tingkat stress
sebelumnya, ciri kepribadian, usia, tingkat
pendidikan / ekonomi, dsb.
Fase Psikologis Pada Bencana
4 Fase Psikologik pada Bencana
(Faberow and Gordon, 1981)
1. Fase Heroik
 Mulai pada saat terjadinya bencana.
 Atau waktu mengantisipasi dampak
peristiwa tersebut.
 Upaya untuk melindungi nyawa dan harta
benda.
2. Fase Bulan Madu
 Ditandai optimisme dan rasa syukur.
 Ada kelegaan sewaktu menyadari dan
mensyukuri bahwa dirinya selamat.
 Sering terjadi perilaku memberi selamat/
penghargaan.
3. Fase Kekecewaan
 +/- 3-4 minggu pasca bencana.
 Sadar bahwa bencana benar-benar terjadi.
 Terungkap rasa marah, frustrasi dan upaya
menyalahkan.
 Sering bertanya: “Mengapa ini terjadi?”
 Keyakinan religius terguncang.
 Proses berkabung benar-benar mulai.
 Pertumbuhan dan perkembangan individu
dan komunitas terhambat.
 Berlangsung minggu, bulan, atau tahun.
 Sebagian orang, tidak pernah berakhir.
 Tujuan intervensi krisis untuk memfasilitasi
transisi dari fase ini ke fase terakhir.
4. Fase Rekonstruksi
 Pemulihan fungsi
“normal” yang rutin
telah tercapai.
 Kenangan akan
bencana tidak
terhapus, tetapi
kehidupan berlanjut
terus.
 Perkembangan
individu dan
komunitas
diteruskan.
Triage Keswa pada Bencana
Kebijakan Triage
1. Memilah korban berdasar :
a. Beratnya krisis.
b. Besarnya dampak masalah kesehatan
jiwa jangka panjang.
c. Fasilitas yang ada / kemungkinan
keberhasilan tindakan.
2. Triase tidak disertai tindakan.
3. Triase dilakukan tidak lebih dari 60 detik
/pasien (deteksi gangguan jiwa 2 menit?)
dan setiap pertolongan harus dilakukan
sesegera mungkin.
 Kedaruratan psikiatri adalah gangguan
pikiran, perasaan, perilaku dan atau sosial
yang membahayakan sehingga
membutuhkan tindakan intensif segera.
 Observasi ketat.
 Pemenuhan kebutuhan dasar (makan,
minum, perawatan diri).
 Manajemen pengamanan yang efektif.
 Intervensi psikososial.
 Farmakoterapi.
 Rujukan.
Langkah :
1. Kenali korban yang berisiko krisis
masalah kesehatan jiwa.
2. Lakukan penilaian safety, function,
comfort.
3. Lakukan pemeriksaan singkat dan cepat
(selintas) untuk menentukan derajat
kegawatannya.
4. Bedakan korban menurut kegawatannya
dengan memberi kode warna.
Merah : Segera, Immediate
 Prioritas pertama,
resiko tinggi untuk  Kekerasan,
krisis dan dampak ancaman
kekerasan,
kejiwaan jangka
pegang senjata.
panjang.  Tentamen suicide,
 Pasti membahayakan menyakiti diri.
diri sendiri atau orang  Gaduh gelisah
lain. berat.
 Gangguan perilaku  Agresif : fisik,
berat. verbal.
 Perlu tindakan dan
 Bingung,
rujukan segera. tidak kooperatif.
Kuning : Tunda, Delayed
 Prioritas kedua, resiko sedang untuk krisis
dan dampak kejiwaan jangka panjang.
 Mungkin membahayakan diri sendiri atau
orang lain.
 Gangguan perilaku sedang.
 Distress berat.

 Agitasi/ gelisah
 Bingung, tidak komunikatif
 Ide bunuh diri
 Gejala psikotik akut
 Gejala depresi berat
 Gejala ansietas berat
Hijau : Minimal
 Prioritas ketiga, resiko minimal untuk krisis
dan dampak kejiwaan jangka panjang.
 Distress sedang.

 Tidak membutuhkan stabilisasi segera,


dapat menunggu pertolongan tanpa
menjadi lebih parah.

 Tidak gelisah, kooperatif


 Mudah marah tanpa agresif
 Gejala depresi tanpa ide bunuh diri
 Gejala anxietas
PFA
 Psychological First Aid ≈ Physical First Aid.
 Bisa dilakukan oleh non – mental health
professional.
 “A supportive and compassionate
presence designed to reduce acute
psychological distress and/or facilitate
continued support, if necessary.”
(Everly GS, Flynn BW, 2005)
Kerangka Kerja / Model PFA
Safety Function Action
(Physical (Psychological (Behavioral
Health) Health) Health)

Safeguard Comfort Advise


Stabilisasi emosi,
Melindungi Memberi
memberi rasa
dari bahaya informasi
nyaman dan tenang

Sustain Connect Activate


Memenuhi Menghubungkan
Mendorong
kebutuhan dengan dukungan
partisipasi
dasar sosial

You might also like