Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 100

Banjir Membawa Petaka

Clara Danastry
405110182

9/18/2018 1
Definisi Diare
- Penyakit radang akut yang menyerang saluran cerna dan
ditandai dengan adanya berak2 disertai atau tidak oleh
darah dan atau lendir dalam tinja.

- frekuensi pengeluaran dan kekentalan feses yang tidak


normal

- defekasi encer lebih dari 3x/hari dengan/ tanpa darah


dan/atau lendir dalam tinja

- Sering buang air besar yg berair. Sering karena infeksi


bakteri basil, spt Proteus vulgaris & Clostridium welchii
9/18/2018 2
Tanda dan Gejala
– Demam
– Lesu / lemas
– Tidak nafsu makan
– Rasa sakit pada perut
– Rasa kembung
– Feses cair bercampur darah, lendir, lemak, dan berbuih.

9/18/2018 3
Komplikasi Diare
Kehilangan air dan elektrolit  Dehidrasi, Hipokalemia,
Asidosis metabolik, Kejang, Alkalosis metabolik

Gangguan sirkulasi darah  Syok hipovolemik

Gangguan gizi Hipoglikemia, Malnutrisi energi protein

Berat badan menurun

Terganggunya fungsi ginjal

9/18/2018 4
Jenis-jenis Diare
• Diare Akut : diare yang terjadi kurang dari 2 minggu.
 Diare Infeksius
Cara infeksi :
– Makanan yang tercemar
– Daging yang tidak dimasak dengan baik
– Polusi udara (rotavirus)
– Kontaminasi tangan atau permukaan tubuh
– Aktivitas seksual

9/18/2018 5
Jenis-jenis Diare
Tanda dan Gejala :
– Nyeri abdomen
– Panas
– Malabsorptif
• Diare Persisten : diare yang berlangsung selama 2
sampai dengan 4 minggu
• Diare Kronik : diare yang terjadi selama lebih dari 4
minggu
9/18/2018 6
Jenis-jenis Diare
• Jenis diare kronik
– Inflamatorik
– Osmotik
– Sekretorik
– Diare faktisius
– Perubahan motilitas intestinal

9/18/2018 7
Jenis Diare Kronik Mekanisme Gambaran Klinis

Inflamasi mukosa dan Panas, nyeri abdomen, darah


submukosa kerusakan dan atau leukosit dalam tinja
Inflamatorik epitelium, dapat juga terjadi
gangguan absorpsi intestinal
dan sekresi berlebihan

Larutan intralumen tidak Perbaikan keadaan diare


terserap atau tidak tercerna setelah pasien berpuasa, tinja
Osmotik yang banyak,berlemak dan
bau busuk, penurunan berat
badan,defisiensi nutrien

Sekresi elektrolit yang Diare yang encer, tetap terjadi


Sekretorik berlebihan setelah pasien berpuasa,
dehidrasi
9/18/2018 8
Jenis Diare Kronik Mekanisme Gambaran Klinis
Diare yang disebabkan oleh Diare encer dengan
Diare Faktisius penyalahgunaan obat,infeksi hipokalemia, nyeri
usus dan tambahan air pada abdomen,mual dan muntah,
feses. berat badan turun

Transit yang cepat, dapat juga Diare silih berganti dengan


Perubahan Motilitas berkaitan dengan pertumbuhan konstipasi, disertai dengan
Intestinal bakteri yang berlebihan nyeri abdomen,lewatnya mukus
dan rasa evakuasi tak lengkap.

9/18/2018 9
• Diare infektif : disebabkan infeksi

• Diare non infektif : tidak ditemukan infeksi sebagai


penyebab pada kasus tersebut

• Diare organik : ditemukan penyebab anatomik,


bakteriologik, hormonal, atau toksikologik. Diare
fungsional, bila tidak dapat ditemukan penyebab
organik
9/18/2018 10
9/18/2018 11
9/18/2018 12
Penyebab Diare
• Faktor infeksi : Parasit, Bakteri, Virus, Jamur

• Faktor makanan: basi/beracun, alergi

• Faktor psikologis : takut dan cemas

• Faktor malabsorbsi : KH, lemak, protein

9/18/2018 13
Parasit
• Cacing :
– Nematoda usus  Ascaris lumbricoides ( cacing
gelang ) & Strongyloides stercoralis, cacing tambang,
Trichuris trichiura, Oxyuris vermicularis, Trichinella
spiralis
– Trematoda  Fasciolopsis buski, keluarga
HETEROPHYIDE, Schistosoma japonicum
– Cestoda  Diphlyyobothrium latum, Taenia saginata,
Taenia solium

9/18/2018 14
Parasit
• Protozoa
– Giardia lambia
– Entamoeba hystolitica
– Isospora sp
– Balantidium coli
– Cryptosporidium
– Cyclospora cayetanensis

9/18/2018 15
Bakteri
• Salmonella typhi
• Escherichia coli (ETEC,EIEC,EPEC)
• Shigella sp
• Vibrio Cholerae

9/18/2018 16
Virus dan Jamur
• Virus :
– Rotavirus
– Adenovirus
– Norwalk virus

• Jamur : Candida albicans

9/18/2018 17
Ascaris lumbricoides
• Hospes definitif: manusia
• Cara infeksi: aspirasi
• Cara penularan: makanan
• Tempat hidup:
– cacing dewasa  usus
halus

9/18/2018 18
• Siklus Hidup:
Cacing betina dewasa dalam usus
halus  telur(dibuahi/tidak), dapat
keluar bersama tinja  telur yang
telah dibuahi ada di dlm tanah 
telur infektif/matang  tertelan
manusia  menetas di usus halus.
Larva menembus dinding usus halus
menuju pembuluh darah / sal.
Limfe dialirkan ke jantung  aliran
darah ke paru, menembus dinding
pembuluh darah, dinding alveolus,
masuk ke rongga alveolus naik ke
trakea lewat bronkiolus dan bronkus.
Dari trakea ke faring
rangsanganorang batuk  larva
tertelan kedalam esofagus  usus
halus. Disini larva  cacing dewasa

9/18/2018 19
Ascaris lumbricoides

Telur infektif
(telur matang
tertelan)

telur menjadi
Cacing dewasa infektif setelah 3
dalam usus halus minggu ditanah

Telur keluar
bersama tinja

9/18/2018 20
Ascaris lumbricoides
• Patogenesis dan Gejala klinik
– Gejala timbul karena cacing dewasa dan larva.
– Larva: orang yang rentan  perdarahan kecil pada dinding
alveolus dan gangguan pada paru disertai batuk, demam
dan eosinofilia
– Cacing dewasa: gangguan usus ringan seperti mual, nafsu
makan kurang, diare, atau konstipasi; berat: malabsorpsi
– Efek serius: ketika cacing-cacing menggumpal dalam usus
 obstruksi usus (ileus)

9/18/2018 21
Ascaris lumbricoides
• Pencegahan: defekasi di jamban, hindari
kebiasaan tinja sebagai pupuk, mencuci
tangan sebelum makan, gunting kuku teratur
• Pemeriksaan penunjang: analisa tinja
• Diagnosa: pemeriksaan tinja langsung, adanya
telur askariasis. Adanya cacing dewasa
keluar sendiri baik dari mulut, hidung atau
tinja

9/18/2018 22
Taenia solium dan Taenia saginata
• Ciri-ciri dan sifat :
– Bentuk pipih
– Panjang antara 2 - 3m
– Kepala (skoleks) dilengkapi
dengan lebih dari dua alat
pengisap
– Hermafrodit
– Parasit
• Hospes : manusia (usus halus)
• Inang perantara:
– T. saginata: sapi
– T. solium: babi

23 9/18/2018
Taenia solium dan Taenia saginata
• Cara infeksi :
Dari makanan yang tidak dimasak dengan baik (daging sapi atau babi yang
ada larva cacing)

• Siklus hidup :
proglotid(telur)  feses  termakan sapi/ babi  usus sapi/babi  larva
onkoster  menembus usus  pembuluh darah/pembuluh limpa  otot
lurik Cysticercus bovis/Cysticercus sellulose (larva cacing)  Cysticercus
 termakan manusia  Dinding Cysticercus akan dicerna  lambung 
larva dengan skoleks menempel pada usus  proglotid

9/18/2018 24
Taenia solium dan Taenia saginata

9/18/2018 25
Schistosoma japonicum & Schistosoma
mansoni
• Hospes: manusia, anjing, kucing, rusa,
tikus swah, sapi, babi rusa
• Infeksi: serkaria menembus kulit manusia
yang masuk ke dalam air yang
mengandung serkaria
• Daur hidup:
– Mirasidium masuk ke keong air
→sporokista I→sporokista 2→
serkaria→ menembus kulit →
skistosomula→ cacing dewasa
hidup dalam PD→ telur menetas→
keluar menembus PD → rongga
usus→ keluar dengamn urin

9/18/2018 26
Strongyloides stercoralis
• Hospes  manusia
• Daur hidup: telur masuk ke mukosa usus 
menetas menjadi larva rhabditiform  rongga usus
 keluar bersama tinja
– Siklus langsung : larva rabditiform (di tanah)  larva
filariform  menembus kulit (larva tumbuh) 
peredaran darah vena  jantung kanan  paru(parasit
menjadi dewasa)  menembus alveolus  trakea dan
laring  refleks batuk  tertelan  usus halus bagian
atas  dewasa

9/18/2018 27
Strongyloides stercoralis
• Siklus hidup
– Siklus tidak langsung : larva rabditiform (di tanah) 
cacing jantan dan betina bentuk bebas  bertelur 
larva rabditiform  larva filariform  masuk ke dalam
hospes baru
– Autoinfeksi : larva rabditiform  larva filariform (di
usus/perianal)  mukosa usus/kulit perianal  terjadi
daur perkembangan di dalam hospes.

9/18/2018 28
Strongyloides stercoralis
• Gejala klinis  Larva filariform menimbulkan kelainan kulit (creeping
eruption) disertai gatal yang hebat. Cacing dewasa menimbulkan
kelainan mukosa usus halus.
• Infeksi ringannya tidak menimbulkan gejala.
Infeksi sedang menimbulkan rasa sakit di epigastrium tengah, mual,
muntah, diare dan konstipasi yang saling bergantian.
• Diagnosis  larva rhabditiform dalam tinja segar.

9/18/2018 29
Trichuris trichiura

• Hospes  manusia
• Patologi : cacing memasukkan kepalanya ke dalam
mukosa usus  trauma  iritasi dan peradangan
mukosa usus.
• Gejala klinis  diare dengan syndrom disentri,
anemia, berat badan turun, kadang disertai
prolapsis rektum
• Diagnosis  telur dalam tinja

9/18/2018 30
Trichinella spiralis
• Hospes  manusia, babi, tikus, beruang, anjing, kucing, babi hutan
dll
• Patologi dan Gejala klinis :
– Cacing dewasa invasi ke mukosa usus  gejala:diare, mual,muntah, sakit
perut.
– Larva di otot selama 7-28 hari sesudah infeksi gejala:myalgia dan miositis
disertai demam, eosinifilia dan hypereosinofilia.
• Diagnosis  mencari larva dalam darah dan otak pada hari ke 7-14
hari setelah infeksi, biopsi otot pada minggu ke 3-4 setelah infeksi.

9/18/2018 31
Diphyllobothurium latum
• Hospes  definitif : manusia, reservoar : anjing, kucing,
walrus/anjing laut, babi.
• Gejala klinis  diare, tidak napsu makan, dan tidak enak di perut.
• Diagnosis  telur atau proglotid dalam tinja

9/18/2018 32
Entamoeba hystolitica
• Ciri-ciri dan sifat :
– Berbentuk trofozoit
– Patogen pada manusia
– Sebagai host definitif
• Hospes : manusia
• Vektor : lalat
• Cara infeksi: tertelan
• Cara penularan: kontak
langsung

33 9/18/2018
• Siklus hidup:
– Kista tertelan  dinding
kista dicerna oleh usus
halus keluarlah tropozoit
imatur  Tropozoit dewasa
 tinggal di usus besar,
terutama di caecum Kista
keluar  feses  lalat
hinggap  makanan.

9/18/2018 34
Entamoeba histolytica
• Patogenesis dan gejala klinik:
– Penyebaran melalui darah
– Amebiasis hati: demam, BB menurun
– Amebiasis kolon menahun: konstipasi atau diare ringan
– Amebiasis kolon akut: ada histolytica dalam tinja
• Pencegahan: memasak air, mencuci sayuran, defekasi di
jamban, hindari penggunaan pupuk dari tinja, hindari
kontaminasi dengan lalat
• Pemeriksaan penunjang: analisa tinja
• Diagnosa: menemukan histolytica dalam tinja

9/18/2018 35
Cryptosporidium
 Hospes: mamalia, burung,
reptilia, terutama anak2 di
bawah umur 1 tahun
 Infeksi: tertelan ookista
matang
 Daur hidup:
 Air & makanan
terkontaminasi ookista
berdinding→ ookista
termakan manusia→ookista
dikeluarkan bersama tinja

9/18/2018 36
Cryptosporidium
• Gejala klinis  diare tanpa darah, dehidrasi, nyeri di ulu hati, mual,
muntah, anoreksia, dan demam ringan.
• Diagnosis  ookista dalam tinja

9/18/2018 37
Giardia lamblia
 Hospes: manusia, serigala,
sapi, kucing, anjing
 Infeksi: menelan kista matang
melalui air & makanan yang
terkontaminasi atau melalui
fecal-oral
 Daur hidup:
 Kista matang tertelan →
masuk ke duodenum → bila
jumlah banyak melekat pada
p’mukaan mukosa lambung →
jika tidak akan menuju ke colon
→ tinja padat ditemukan kista,
tinja cair ditemukan trofozoit
9/18/2018 38
Cyclospora cayetanensis
• Hospes: manusia
 Infeksi: menelan ookista
matang
 Daur hidup:
 Ookista imatur →
kontaminasi lingkungan →
ookista tertelan dari
air/makanan yang
terkontaminasi → ookista
imatur dikeluarkan bersama
tinja
9/18/2018 39
Isospora belli
 Hospes: manusia
 Infeksi: tertelan ookista
atau sporokista matang
 Daur hidup:
 Ookista tertelan → masuk
ke sel usus → membelah
trs menerus → hidup di villi
duodenum atau ke jaringan
extraintestinal→ ookista
keluar bersama tinja

9/18/2018 40
Isospora belli
• Gejala klinis  Infeksi ringan (tanpa gejala atau gejala usus ringan),
Infeksi berat (diare, seator, sakit kepala, demam, malaise, nyeri
abdomen, muntah, dehidrasi, berat badan turun)
• Diagnosis  ookista(merah muda) dalam tinja

9/18/2018 41
Balantidium coli
• Hospes  babi, tikus, dan spesies kera, juga
manusia.
• Gejala klinis  diare disertai konstipasi, sakit perut,
tidak napsu makan, dan muntah.
• Diagnosis  tropozoit atau kista dalam tinja.

9/18/2018 42
Norwalkvirus
• Penularan melalui
makanan

9/18/2018 43
Rotavirus
 Rotavirus : terutama pada
bayi
 virus RNA
 tidak memiliki envelope
 Penularan melalui jalur
pernapasan, makanan & • Bentuk seperti bola
feses yang mengering
• Famili: reoviridae
• Genus: rotavirus
9/18/2018 44
Rotavirus
• Siklus hidup :
– Virus mengadakan invasi dan berkembang biak dalam
epitel mukosa usus  sel-sel yang telah terinfeksi akan
didesak dan diganti oleh sel-sel yang mengadakan
migrasi ke arah puncak vili  terdapat sel-sel belum
matang dan belum berdiferensiasi yang meliputi
sebagian besar vili usus  mengakibatkan
keterbatasan kemampuan aktivitas sel (malabsorpsi zat
gizi)

9/18/2018 45
Adenovirus
• familia : Adenoviridae
• genus : Mastadenovirus
• Virus DNA
• Tidak berenvelope
• Diameter: 80-110 nm

9/18/2018 46
Candida albicans
• Cara infeksi: kontak
• Cara penularan: alam bebas, makanan
• Faktor Predisposisi:
– Fisiologik: kehamilan, umur (bayi)
– Non fisiologik: trauma, malnutrisi
• Patologi dan Gejala klinis:
– Candida sering ditemukan di kulit, dibawah kuku, dan
juga dapat menginfeksi selaput lendir

9/18/2018 47
Candida albicans
Patogenesis infeksi oleh jamur:
Infeksi jamur ini termasuk infeksi opportunistik. Artinya, dalam
keadaan normal, jamur ini tidak menimbulkan gejala penyakit.
Tetapi, akan menginfeksi pada orang yang immunodepressed.
Candida albicans hidup sebagai flora normal pada mukosa usus
halus. Bila terdapat faktor predisposisi, bakteri ini dapat
menginvasi mukosa usus halus dan menimbulkan gejala diare.

9/18/2018 48
Candida albicans
Kuku : Candida mudah tertimbun dibawah kulit
akibat garukan dari kulit yang terinfeksi jamur.
Bawah dan sekitar kuku lembab  faktor
predisposisi. Kuku yang terkena dapat berubah
warna  seperti susu atau warna lain dan rapuh.
Kadang-kadang permukaan kuku menimbul dan
tidak rata.
Selaput lendir: kandidiasis saluran cerna, gejala
menyerupai sakit lambung, diare atau gangguan
lain. Pada wanita dapat menimbulkan vaginitis.
9/18/2018 49
Candida albicans
• Pemeriksaan penunjang: analisa tinja
• Diagnosa:
– Tinja: dapat dibuat sediaan eosin, lugol atau sediaan KOH.
Jamur terlihat sebagai sel ragi atau hifa semu
• Pencegahan: sanitasi

9/18/2018 50
Escherichia coli
E. Coli dapat dibagi menjadi :
Enterotoxigenic E. Coli
(ETEC)
 Enteropathogenic E Coli
(EPEC): umumnya
menyerang bayi
 Enteroinvasive E Coli
(EIEC)

9/18/2018 51
Enterotoxigenic E. Coli (ETEC)
• E.Coli masuk melalui makanan yang tercemar
• E.coli melekat pada mukosa usus halus melalui fimbriae pada
reseptor khusus epitel usus
• Satu plasmid atau lebih mengkode satu atau kedua toksin diaregenik
• Cara kerja toksin tahan panas (LT) mirip dengan kolera
• Cara kerja toksin tidak tahan panas (ST) lebih cepat

9/18/2018 52
Enteropathogenic E Coli (EPEC)
• Tidak mengeluarkan enterotoksin dan tidak
menginvasi
• Fimbriae melekat erat pada tonjolan-tonjolan epitel
usus bagian apikal yang berbentuk seperti mangkok
(pedestal)  vili mikro usus menghilang 
kerusakan kerangka sel epitel usus

9/18/2018 53
Enteroinvasive E Coli (EIEC)
• Mengeluarkan fimbriae yang bersifat melekat
hanya pada sel epitel usus (kolon)
• Terjadi keradangan lokal, ulserasi, eksudasi
mukosa usus

9/18/2018 54
Salmonella
o Ciri :
o Batang lurus pendek 1-
1,5 mm
o tidak membentuk spora,
o gram-negatif
o Motil dengan flagela
o Sumber infeksi: air, susu,
kerang2an, telur dari unggas
yang terinfeksi, zat warna
binatang, hewan
peliharaaan
9/18/2018 55
Salmonella
Salmonella Non Tifoid
 Infeksi karena Salmonella dapat menyebabkan diare yang
menyerupai disentri yang berupa air.
 dapat menyerang usus halus atau kolon
 dapat menembus mukosa usus tanpa merusak sel-sel epitel
 Tidak seperti halnya pada anak besar dan orang dewasa, maka pada
bayi usia muda (<3bulan), Salmonella tidak selalu bersifat hilang
dengan sendirinya, sehingga pada usia ini sering diberikan terapi
antimikroba
 Infeksi Salmonella lebih sering terjadi di daerah yang sistem air
kurang bersih dan pembuangan sampah belum memadai

9/18/2018 56
Salmonella
• Ada dua tipe salmonella, S.anatum dan S.
cholerae-suis
• S. anatum menyebabkan infeksi usus asimptomatik
dan jarang menginvasi aliran darah
• Invasi S. cholerae-sius mengakibatkan bakteremia
dan infeksi metastatik.

9/18/2018 57
Shigella

• Ciri :
– berbentuk batang, tidak
motil
– tidak mementuk spora
• Sumber infeksi: makanan
mentah
• Hospes: manusia & primata
seperti simpanse & monyet

9/18/2018 58
Shigella
• mengadakan penetrasi ke dalam mukosa usus
halus untuk berkembang biak dan menyebabkan
perdarahan dan eksudasi.
• mikroorganisme ini dapat pula mengeluarkan
neurotoksin yang dapat menyebabkan kejang, yang
kadang-kadang dapat timbul sebelum diare tampak.
• kebanyakan dari Shigella bersifat menghilang
dengan sendirinya

9/18/2018 59
Vibrio cholerae
• untuk dapat memberikan gejala penyakit, Vibrio cholerae harus
dapat melekat pada epitel mukosa usus berlipat
gandamemproduksi enterotoksin proteinterikat pada reseptor
pada membran epitel ususmengaktivasi adenylate
cyclaseinterferensi absorpsi dan ekskresi cairan dan elektrolit.
• cara penyebarannya melalui pencemaran makanan atau air yang
diminum.

9/18/2018 60
9/18/2018 61
Patofisiologi Bakteri
BAKTERI INVASIF :
 Kemampuan untuk menempel pada dinding mukosa usus.Perlekatan ini dibantu oleh
adhesins(protein yang diekspresikan pada permukaan organisme).
 Invasi. Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus, berkembang
biak di daerah invasi tersebut.Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya
perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase) sembari
bermultiplikasi.
 Akibat invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan
menyebabkan matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil
di daerah invasi.
 Akibatnya, sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan masuk
ke lumen usus dan akhirnya keluar bersama tinja tinja bercampur lendir dan
darah.

9/18/2018 62
Patofisiologi Bakteri
BAKTERI NON INVASIF (Vibrio cholerae, E. coli
patogen) masuk lambung duodenum
berkembang biak  mengeluarkan enzim
mucinase (mencairkan lap lendir) bakteri masuk
ke membran mengeluarkan subunit A & B
mengeluarkan (cAMP) meransang sekresi cairan
usus, menghambat absobsi tampa menimbulkan
kerusakan sel epitel tersebut volume usus 
dinding usus teregang DIARE

9/18/2018 63
Patofisiologi Virus
VIRUS masuk enterosit (sel epitel usus halus) infeksi
& kerusakan fili usus halus
Enterosit rusak diganti oleh enterosit baru (kuboid/
sel epitel gepeng yg blm matang) fungsi blm baik
Fili usus atropi tdk dpt mengabsorbsi makanan &
cairan dgn baik
Tek Koloid Osmotik   motilitas   DIARE

9/18/2018 64
Patofisiologi Protozoa
• Patogenesis infeksi oleh protozoa:
Biasanya, manusia terinfeksi melalui kista matang
dalam feses. Kista masuk melalui rute
gastrointestinal. Kista tahan terhadap asam
lambung sehingga bisa sampai ke usus halus.
Dalam keadaan lingkungan yang mendukung, kista
dapat berubah menjadi bentuk tropozoit yang
patogen. Bentuk patogen inilah yang akan
menginvasi sel mukosa usus dan terjadi diare.

9/18/2018 65
Patofisiologi Jamur
• Patogenesis infeksi oleh jamur:
• Candida albicans
Infeksi jamur ini termasuk infeksi opportunistik.
Artinya,dalam keadaan normal, jamur ini tidak
menimbulkan gejala penyakit. Tetapi, akan menginfeksi
pada orang yang immunodepressed. Candida albicans
hidup sebagai flora normal pada mukosa usus halus.
Bila terdapat faktor predisposisi, bakteri ini dapat
menginvasi mukosa usus halus dan menimbulkan
gejala diare.
9/18/2018 66
Patofisiologi Helmin
Patogenesis infeksi oleh cacing:
1. Bentuk infeksius bisa bermacam-macam bergantung cacing apa yang
menginfeksi, bisa dalam bentuk telur matang maupun larva.
2. Infeksi bisa terjadi karena tertelan bersama makanan/minuman, transmisi
vektor,inhalasi, autoinfeksi maupun menembus kulit/jaringan subkutan.
3. Bentuk infeksius cacing kemudian akan mengembara dan melalui tahap lung
passage terlebih dahulu, kecuali Trichinella spiralis.
4. Melalui bronkus, trakea dan akhirnya sampai di laring.
5. Jika larva tertelan lagi, maka cacing akan mulai menginfeksi melaui rute
gastrointestinal.
6. Cacing akan masuk ke usus halus/usus besar dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
7. Cacing akan mulai mengeluarkan toksin dan menginfeksi.

9/18/2018 67
Keracunan Zat Kimia
• Alkohol: hipoglikemia dapat terjadi karena
gangguan glukoneogenesis pada pasien dengan
kondisi kehabisan simpanan glikogen.
• Sianida pada singkong: sianida menyebabkan
asfiksia dengan cara berikatan secara ireversibel
dengan sitokrom oksidase selular, menghambat
penggunaan oksigen.
• Timbal: timbal menggantikan logam-logam lain dari
ikatan normalnya di tubuh dan menghasilkan efek-
efek biokimia.
9/18/2018 68
Keracunan Jamur
• Mayoritas keracunan terjadi karena iritasi
gastrointestinal yang menyebabkan muntah dan
diare segera setelah ditelan.

9/18/2018 69
Patofisiologi Malabsorbsi
• Adanya bahan makanan yang tidak dapat
diabsorbsi oleh lumen usus akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat
sehingga terjadi penyerapan air dan elektrolit ke
dalam rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga terjadi diare.

9/18/2018 70
MEKANISME DASAR YANG MENYEBABKAN
TIMBULNYA DIARE:
1. Gangguan Osmotik
 Makanan/zat yang tidak dapat diserap  tekanan osmotik dalam
rongga usus meninggi  terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus
2. Gangguan sekresi
 rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus 
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus  diare timbul karena
terdapat peningkatan isi rongga usus
3. Gangguan motilitas usus
 hiperperistaltik  mengakibatkan berkurangnya
kesempatan usus untuk menyerap makanan  timbul diare .
Sebaliknya bakteri tumbuh berlebihan menimbulkan diare pula

9/18/2018 71
9/18/2018 72
Vektor Perantara Penularan Diare

* nematheminthes
1. Trichuris trichiura
Sumber infeksi, vektor: telur dari tanah/sayuran
2. Stongyloides stercoralis
Sumber infeksi/vektor: larva dalam tanah

• Plathyhelminthes
1. Taenia Saginata
Sumber infeksi/vektor: kista dlm daging sapi
2. Fasciolopis buski
Sumber infeksi: sayuran
9/18/2018 73
• protozoa:
1. Leishmania donovani
- Vektor: Phlebotomus
2. Entamoeba histolityca
- Vektor: lalat
- Cara infeksi: tertelan
- Cara penularan: kontak langsung
3. Dientamoeba fragilis
- Sumber infeksi: tinja (tropozoit)
4. Balantidium coli
- Sumber infeksi: tinja (kista)
5. Giardia lamblia
- Diare disebabkan oleh flagelata
- Sumber infeksi: kista dlm mak & air, berasal dari
tinja
9/18/2018 74
* Virus:
1. Rotavirus:
Cara penularan: fecal-oral transmission,
vektor (lalat), makanan
Cara infeksi: kontak, tertelan
* Bakteri
1. Salmonella:
Cara infeksi: perlekatan pd sel inang
penetrasi, Toksin, enzim, antifagositik,
patogenesis
cara penularan: lalat, mak & minuman
krn cuci tangan kurang bersih

9/18/2018 75
langkah-langkah pemeriksaan laboratorium (pengambilan,
penyimpanan, pengiriman, pemeriksaan , interpretasi)

• Pengumpulan bahan
– Pemeriksaan rutin  2-5 gr
– Tinja harus bebas minyak atau bahan kimia lain
– Tinja diletakan dalam wadah bersih, yang bemulut
lebar dan bertutup
– Tinja padat dapat disimpan semalam pada suhu 40C,
sedangkan tinja cair atau yang mengandung lendir
atau darah harus diperiksa dalam batas waktu 2 jam

9/18/2018 76
Pemeriksaan laboratorium tinja
• Pengawetan
1ml tinja dicampur dengan 14ml larutan pengawet dan
harus dicampur sampai homogen
– Fiksatif yang digunakan:
• Larutan formalin (5% atau 10%)  pemeriksaan telur cacing
• Larutan schaudin  pemeriksaan protozoa
• Larutan polivinil alkohol (PVA)  pemeriksaan protozoa
• Larutan mertiolat-iodium formaldehid (MIF)  pemeriksaan protozoa

9/18/2018 77
Pemeriksaan laboratorium tinja
• Pembuatan sediaan apus
– PVA
• Ambil 2-3 tetes tinja yang sudah diawetkan, letakkan pada
kaca benda
• Keringkan sediaan
• Masukkan dalam alkohol 70% yang mengandung iodium
• Pulas sediaan dengan hematoksilin atau trikrom
– Schauddin
cara pengumpulan dan pengawetan sama dengan PVA
– MIF  tahan 1 tahun
• Larutan stok 1: 250ml akua, 200ml thimerosal, 25ml formalin,
5ml gliserol
• Larutan stok 2: larutan lugol
• Campur 94 bagian stok 1 dengan 6 bagian stok 2
• 1ml tinja dicampur dalam 9ml larutan MIF

9/18/2018 78
Pemeriksaan laboratorium tinja
– Pulasan permanen
• Kocok tinja yang sudah diawetkan 5-10 detik
• Masukan 1ml tinja dalam tabung pemusing (15ml) dan
tambahkan air sampai penuh
• Aduk dan saring dengan kain kasa, cuci tabung pemusing
• Masukkan fitrat dalam tabung pemusing dan pusing selama 2
menit dengan kecepatan max
• Tuang larutan diatas sedimen
• Tambahkan air sampai penuh, pusing kembali 2 menit
• Tuang larutan supernatan sampai habis
• Tambahkan ke tabung sedimen campuran albumin dari Mayer
(putih telur:gliserin  1:1) dan aduk
• Saring dengan kain kasa
• Apuskan sedikit serum pada kaca benda, teteskan 2 tetes
larutan sedimen dan apuskan suspensi tinja
• Pulas dengan hematoksilin-besi atau trikrom
9/18/2018 79
Pemeriksaan laboratorium tinja
• Pemeriksaan
– Makroskopik
• Warna: kuning, putih, hijau, hitam
• Bau: amis atau bau busuk
• Adanya lendir, darah, potongan jaringan, sisa makanan atau
sisa pengobatan (minyak, zat besi, magnesium atau barium)
• Konsistensi: padat, lembek, cair

9/18/2018 80
Pemeriksaan laboratorium tinja
– Mikroskopik
• Cara langsung  tanpa kaca penutup dan dengan kaca
penutup
• Cara konsentrasi untuk telur cacing  cara sedimentasi, cara
flotolasi dengan larutan NaCl jenuh, teknik Kato, teknik
modifikasi Kato Katz, teknik formalin-eter, teknik AMS III,
teknik hitung telur (tinja padat), sediaan tinja langsung kaca
tutup metoda Beaver

9/18/2018 81
Pemeriksaan laboratorium tinja
• Interpretasi
– Pemeriksaan telur cacing
• Infeksi ringan
– Telur cacing tambang < 5
– Telur ascaris < 20
• Infeksi berat
– Telur cacing tambang > 25
– Telur ascaris > 50

9/18/2018 82
9/18/2018 83
Terapi untuk diare:

• Simptomatik

• Causal

• Modern

• Tradisional

9/18/2018 84
SIMPTOMATIK
 Obstipasi
Untuk terapi simptomatis yang dapat menghentikan diare dengan cara :
- Zat penekan peristaltik
- Adstringensia
- Absorbansia

 Spasmolitik
Zat-zat untuk melepas kejang otot yang mengakibatkan nyeri perut pada
diare seperti papaverin dan oksifenonium

9/18/2018 85
• Obat anti diare, misalnya:
- Difenoksilat
- Loperamid
- Kodein HCl/Fosfat
- Metoklopropamid
- Proklorprazin
- Domperidon

9/18/2018 86
• Makanan
Makan makanan yang rendah serat halus,tidak
berlemak dan tidak pedas

9/18/2018 87
CAUSAL
• Antibiotika
• Antivirus
• Anti Parasit : cacing, protozoa
• Anti Jamur

9/18/2018 88
Berdasarkan Etiologi

• Cacing
Etiologi antelmintik Dosis Lama
pemakaian

1 Cacing ascaris Mebendazol 2x100mg/hari 3 hari

Parentel pamoat 10 mg/kgBB Setiap saat

Pipperazin sitrat 3.5 g/hari 2 hari


albendazol 400mg 2-3 hari
2 Cacing trichuris Mebendazol 2x100 mg/hari 3 hari
trichura
albendazol 400 mg 2-3 hari

9/18/2018 89
•Bakteri
Etiologi Anti-mikroba Dosis Lama pemakaian
1 E.coli Tidak memerlukan terapi

2 C.Perfringens spesifik

3 S.Aureus Kloramfenikol 4x500mg/hr -


4 Salmonella Ampisillin 4x1 gr/hr 10-14 hari
Kotrimoksazol 2x2 tab 10-14 hari
Gol.Quinolon 2x500mg 3-5 hari
(siprofloksasin)
5 Shigella Ampisilin 4x1 gr/hr 5 hari

Kloramfenikol 4x500mg/hr 5 hari

6 H. Jejuni Eritromisin 3x500mg/4x50 7 hari


9/18/2018 0mg 90
• Jamur
Etiologi AntiJamur Dosis Lama
pemakaian

Jamur candida vorikonazol Berat badan 2 hari


>40kg:
400mg
ketokonazol 200- 2 minggu
400mg/hari

9/18/2018 91
• Amuba
Etiologi antiamuba Dosis Lama
pemakaian
1 Entamoeba Metronidazole 4x500 mh/hr 3 hari
hystolytica
Tinidazole Dosis tunggal 2 g/hr 3 hari

Secnidazole Dosis tunggal 2 g/hr 3 hari

Tetrasiklin 4x500 mg/hr 10 hari

2 G.Lambia Quinacrine 3x100 mg/hr 7 hari

chloroquine 3x100 mg/hr 5 hari

Metronidazole 3x250 mg/hr 7 hari

3 Balantidium tetrasiklin 3x500 mg/hr 10 hari

9/18/2018 92
• Obat anti diare, misalnya:
- Difenoksilat
- Loperamid
- Kodein HCl/Fosfat
- Metoklopropamid
- Proklorprazin
- Domperidon

9/18/2018 93
MODERN
• Obat anti pireutik, a.l :
a. asetosal
dosis : 25mg/tahun dengan dosis minimum 30 mg
b. klorpromazin
dosis : 0,5-1mg/kg BB perhari
c. paracetamol
• Obat anti spasmolitik
papaverine, extrak beladona, opium, loperamid
• Obat pengeras tinja
kaolin, pektin, charcol, tabonal

9/18/2018 94
MODERN
• Antibiotika
Pada umumnya tidak diperlukan, kecuali bila penyebabnya jelas seperti:
- Kolera
 tetrasiklin
- Campylobacter
 eritromisin
- Infeksi ringan (OMA), faringitis
penicilin prokain/amplicilin
- Infeksi sedang (bronkitis)
 penicilin prokain/ amplicilin
- Infeksi berat (bronkopneumonia)
 penicilin prokain dengan kloramfenikol

9/18/2018 95
TRADISIONAL

1. Daun Serai
Rebus 10 daun muda dalam 2 gelas air selama
10 menit.Tambahkan 1 sendok makan gula dan
sepotong jahe yang telah dihancurkan
2. Akar Lalang
Rebus 5 batang akar segar yang dirajang dalam 2
gelas air selama 15 menit.

9/18/2018 96
3. Daun Sawo Durian
Rebus 1 mangkok daun dirajang dalam 2 gelas air selama 15
menit.

4. Daun Jambu Biji


Rebus 10 helai daun yang dirajang dalam 2 gelas air selama 15
menit.

5. Daun Putri Malu


Rebus 1 mangkok daun putri malu yang dirajang dalam 2 gelas
air selama 10 menit.

9/18/2018 97
9/18/2018 98
Pencegahan Diare

• Sering mencuci tangan setelah dari toilet, sesudah


dan sebelum makan
• Kotoran manusia harus diasingkan
• Penggunaan air bersih
• Penggunaan jamban
• Tidak jajan/makan makanan sembarangan
• Memasak atau mendidihkan air dengan benar

9/18/2018 99
9/18/2018 100

You might also like