Materi Pencahayaan

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 59

Visi dan Pencahayaan

di Tempat Kerja

Rosmalia, S.T.,M.Kes.
Pencahayaan
DEFINISI
Merupakan sejumlah penyinaran pada suatu bidang
kerja yang diperlukan untuk melaksanakan suatu
kegiatan secara efektif (Kepmenkes RI no. 1405/2002)

FUNGSI
Memberikan pencahayaan pada benda-benda yang
menjadi objek kerja operator (mesin, peralatan, proses
produksi, lingkungan kerja)
Kelompok Pencahayaan
Menurut Permenkes 70/2016 tentang standar dan
persyaratan kesehatan lingkungan kerja industri :

1. Pencahayaan di dalam gedung industri


- Pencahayaan area umum
- Pencahayaan dalam gedung berdasarkan
jenis industri

2. Pencahayaan di luar gedung industri


Sumber Pencahayaan
 Pencahayaan Alami  matahari
Kelebihan : hemat energi, pencahayaan merata,
membunuh kuman.
Kekurangan : intensitas cahaya tidak tetap,
menghasilkan panas, tergantung dengan letak
geografis dan model bangunan.

 Faktor – faktor yang harus diperhatikan agar


pencahayaan alami menguntungkan :
1. Variasi intensitas cahaya matahari
2. Distribusi dari terangnya cahaya
3. Efek lokasi, pemantulan cahaya, jarak antar bangunan
4. Letak geografis dan kegunaan bangunan gedung
Sumber Pencahayaan
 Pencahayaan Buatan  lampu
Kelebihan : menjangkau ruangan yang
posisinya sulit mendapat cahaya alami,
intensitas cahaya tetap dan dapat diatur, tidak
menimbulkan kenaikan suhu udara
Kekurangan : memerlukan energi listrik,
maintenance secara berkala
 Contoh lampu : pijar, tungsten-halogen, sodium,
uap merkuri, kombinasi, metal halida, LED,
fluorescent tabung, fluorescent pendek, induksi
Lampu pijar Tungsten-halogen sodium Mercury vapour

Metal halide HQT


Selang
BT-400 RGB LED TL fluorescent tabung LVD 80 watt - induksi
Visibilitas
DEFINISI
Suatu keadaan yang dapat dilihat dan diamati
(terutama bendanya) secara jelas

FAKTOR PENENTU VISIBILITAS


Dalam lingkup kerja, yaitu :
1. Ukuran objek  obyek yang lebih kecil akan
memerlukan visibilitas lebih
2. Warna bahan  kontras/kecerahan merupakan rasio
dari penerangan obyek yang dilihat terhadap
penerangan di daerah sekitarnya
3. Terangnya warna (brightness)  yang ditimbulkan
oleh sebagian cahaya pantulan dari obyek
Visibilitas
4. Derajat ketelitian  tergantung pada obyek yang
diamati
5. Waktu pengamatan  makin lama suatu obyek
diamati, maka tingkat ketelitiannya akan semakin
baik
6. Keadaan penglihatan pekerja
7. Kacamata pelindung  diperlukan bilamana
membantu pengamatan terhadap obyek yang
penerangannya kurang atau menimbulkan silau
8. Usia pekerja  semakin tua usia pekerja maka
kemampuan melihat semakin menurun. Daya
akomodasi mata akan berkurang pada tingkat usia
lanjut, terutama setelah melewati usia 40 tahun
(Arthur Guyton)
Sistem Pencahayaan Buatan
Secara umum dibedakan menjadi 3 macam :
1. Sistem pencahayaan merata
Pada sistem ini iluminasi cahaya tersebar secara merata di seluruh
ruangan. Sistem pencahayaan ini untuk ruangan yang melakukan
tugas visual dilakukan pada seluruh tempat yang memerlukan
tingkat cahaya yang sama. Pada sistem ini sejumlah armatur
ditempatkan secara teratur di seluruh langit-langit bangunan.

2. Sistem pencahayaan setempat


Pada sistem ini memberikan tingkat cahaya pada bidang kerja
yang tidak merata. Di tempat yang melaksanakan tugas visual
lebih diberikan tingkat pencahayaan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan sekitarnya. Disini sumber cahaya tersebut
dapat dijadikan cahaya sekunder bagi ruangan sekitar, melalui
mekanisme pemantulan cahaya.
Sistem Pencahayaan Buatan
3. Sistem pencahayaan
gabungan merata dan
setempat

Pada sistem ini cahaya


dikonsentrasikan pada
suatu obyek tertentu
misalnya tempat kerja
yang memerlukan
visual khusus dan
intens.
Sistem Pencahayaan dalam Ruangan

Dibedakan menjadi 5 macam :


1. Direct Lighting (Pencahayaan Langsung)
2. Indirect Lighting (Pencahayaan Tidak Langsung)
3. Semi Direct Lighting (Pencahayaan Semi Langsung)
4. Semi Indirect Lighting (Pencahayaan Semi Tidak Langsung)
5. GeneralDiffused Lighting (Pencahayaan Difus)
Sistem Pencahayaan dalam Ruangan
Direct Lighting (Pencahayaan Langsung)
Pada sistem ini cahaya 90-100% diarahkan secara langsung ke obyek
yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif dalam mengatur
pencahayaan, tetapi memiliki kelemahan yaitu efek bahaya kesilauan
yang mengganggu, baik karena penyinaran langsung maupun
pantulan cahaya. Saran : agak mencapai efek yang optimal maka
dinding, langit-langit, serta obyek dalam ruangan tersebut diberi cat
dengan warna yang cerah sehingga tampak menyegarkan.

Indirect Lighting (Pencahayaan Tidak Langsung)


Pada sistem ini cahaya 90-100% cahaya diarahkan ke langit-langit
dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi
seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber
cahaya, perlu diberi perhatian dan pemeliharaan yang baik.
Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan
kesilauan. Sedangkan kerugiannya mengurangi efisien cahaya total
yang jatuh pada permukaan kerja.
Sistem Pencahayaan dalam Ruangan
Semi Direct Lighting (Pencahayaan Semi Langsung)
Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan langsung kepada obyek
yang perlu diterangi dan sisanya dipantulkan ke langit-langit dan
dinding. Ini akan mereduksi efek kesilauan pada bidang kerja. Langit-
langit dan dinding yang di cat putih akan memiliki efisien pemantulan
90%.

Semi Indirect Lighting (Pencahayaan Semi Tidak Langsung)


Pada sistem ini 60-90% cahaya diarahkan ke langit-langit dan dinding
bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian bawah. Untuk
hasil yang optimal
Sistem Pencahayaan dalam Ruangan
General Diffused Lighting (Pencahayaan Difus)
Pada sistem ini setengah cahaya 40-60% diarahkan pada benda
yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke dinding dan
langit-langit. Ini termasuk dalam sistem direct-indirect yaitu
memancarkan setengah cahaya ke bawah dan sisanya ke atas. Disini
masih ada ditemukan kesilauan dan bayangan.
Intensitas Cahaya (Kekuatan Cahaya)
Satuan Candela-Lumen-Lux
Intensitas Cahaya (Kekuatan Cahaya)
Satuan Candela-Lumen-Lux
Candela : kemampuan
sumber cahaya dihitung
dari kekuatan sinar
cahaya seluruhnya,
tidak menghitung arah
cahaya,dan kekuatan
cahaya pada bidang
kerja.

Lumen : kemampuan
sumber cahaya dihitung
dari kekuatan sinar
cahaya dengan arah
cahaya yang mengarah
ke suatu sisi bidang.
Intensitas Cahaya (Kekuatan Cahaya)
Satuan Candela-Lumen-Lux

Lux : kemampuan
sumber cahaya dihitung
dari kekuatan
penyebaran sinar cahaya
pada suatu bidang kerja,
dimana intensitas
cahayanya tergantung
dari jarak sumber
cahaya, luas bidang
kerja, dan daya pantul
bidang kerja.
Perhitungan Penerangan Ruangan
Pencahayaan yang baik dan merata harus
mempertimbangkan:
 iluminasi (kekuatan pencahayaan)
 sudut penyinaran lampu
 jenis lampu
 jarak penempatan lampu yang diperlukan
 jenis pekerjaan / kegunaan ruangan / bidang kerja

Faktor yang mempengaruhi perhitungan jumlah titik lampu :


 dimensi ruang
 fungsi ruang
 warna dinding
 tipe armature yang digunakan
Perhitungan Penerangan Ruangan
Rumus untuk menentukan JUMLAH LAMPU pada suatu ruang dapat
dihitung dengan metode factor utilisasi ruangan :

N = ( 1.25 x E x L x W ) / ( k x Φ x η LB x η R )

N = Jumlah armature
1.25 = Faktor Perencanaan
E = Intensitas Penerangan (Lux)
L = Panjang Ruang (meter)
W = Lebar Ruang (meter)
k = Faktor ruangan
Φ = Flux Cahaya (Lumen)
η LB = Efisiensi armature (%)
ηR = Factor Utilisasi Ruangan (%)
Perhitungan Penerangan Ruangan
FLUX CAHAYA sendiri bisa diketahui melalui rumus
berikut :

Φ = W x L/w

Φ = Flux Cahaya (Lumen)


W = daya lampu (Watt)
L/w = Luminous Efficacy Lamp (Lumen/watt)

Beberapa data tersebut di atas dapat dilihat pada


catalog/spektek (kardus) lampu
Perhitungan Penerangan Ruangan
FAKTOR RUANGAN ( k ) dapat diketahui dari data
dimensi ruangan, rumusnya sebagai berikut :

k = ( A x B ) / ( h ( A + B ))

A = lebar ruangan (meter)


B = panjang ruangan (meter)
H = tinggi ruangan (meter)
h = H – 0,85 (meter)
Perhitungan Penerangan Ruangan
TABEL INTENSITAS PENERANGAN (E)
Perkantoran = 200 - 500 Lux

Apartemen/Rumah = 100 - 250 Lux

Hotel = 200 - 400 Lux

Rumah sakit/Sekolah = 200 - 800 Lux

Basement/Toilet/Coridor/Hall = 100 - 200 Lux


/Gudang/Lobby
Restaurant/Store/Toko = 200 - 500 Lux
Contoh Perhitungan Kebutuhan Lampu
Menentukan jumlah lampu yang diperlukan pada ruang
meeting di STIKes Bhamada Slawi.

Data yang diperoleh :


 Ruang meeting
lebar (A) = 15 m, panjang (B) = 8 m, tinggi ruang (H) = 3,5 m
 Intensitas yang dikehendaki pada ruang meeting = 300 Lux
 Spesifikasi lampu yang digunakan merk Osram Dulux EL/D
2x24 watt, data di kardusnya memiliki 1800 lumen dan nilai
efisiensi armatur 0,58
 Tingkat refleksi ruangan diketahui : langit-langit = 0,8 ;
dinding = 0,5 ; dan lantai = 0,3
 Faktor utilitas ruangan diketahui dari tabel = 0,91
Contoh Perhitungan Kebutuhan Lampu
Mencari h = H – 0,85 = 3,5 – 0,85 = 2,65
Mencari k (faktor ruangan)
k = ( A x B ) / ( h ( A + B ))
k = ( 15 x 8 ) / ( 2,65 ( 15 + 8 ))
k = ( 120 ) / ( 60,95 )
k = 1,97 setara 2

mencari N (jumlah armature/lampu)


N = (1.25 x E x L x W) / (k x Φ x η LB x η R)
N = (1.25 x 300 Lux x 15 m x 8 m) / (2 x 1800 x 0.58 x 0.91)
N = 23

Jadi jumlah armature-nya 23, dibulatkan menjadi 24 armature,


disarankan dibagi menjadi 3 baris tiap barisnya terdiri dari 8
armature untuk dimensi ruangan seperti tersebut di atas.
Kualitas Pencahayaan
Regulasi :
1. Permen Perburuhan 7/64 tentang syarat-syarat
kesehatan, kebersihan serta penerangan dalam tempat
kerja
2. Permenkes 70/16 tentang standar dan persyaratan
kesehatan lingkungan kerja industri
3. SNI 16-7062-2004 mengenai pengukuran intensitas
penerangan di tempat kerja
4. SNI 03-6575-2001 mengenai tata cara perancangan
sistem pencahayaan buatan pada bangunan gedung
Kualitas Pencahayaan
 Roger L. Brauer,1990

Kuantitas cahaya

Sifat cahaya

Kualitas cahaya

Faktor-faktor yang
mempengaruhi
kualitas Derajat terang
pencahayaan (Brightness)

Sifat lingkungan Nilai pantulan


(Reflectance value)

Distribusi cahaya
(Lighting
distribution)
Kesilauan (Glare)
Silau terjadi jika kecerahan dari suatu bagian dari
interior jauh melebihi kecerahan dari interior tersebut
pada umumnya. Sumber silau yang paling umum
adalah kecerahan yang berlebihan dari armatur dan
jendela, baik yang terlihat langsung atau melalui
pantulan.
1. Disability Glare (Silau yang menyebabkan ketidak
mampuan melihat)
2. Discomfort glare (Silau yang menyebabkan
ketidaknyamanan melihat)
Kesilauan (Glare)
Kesilauan (Glare)
Disability glare (Silau yang menyebabkan ketidak
mampuan melihat) ini kebanyakan terjadi jika terdapat
daerah yang dekat dengan medan penglihatan yang
mempunyai luminansi jauh diatas luminansi obyek yang dilihat.
Oleh karenanya terjadi penghamburan cahaya di dalam mata
dan perubahan adaptasi sehingga dapat menyebabkan
pengurangan kontras obyek. Pengurangan kontras ini cukup
dapat membuat beberapa detail penting menjadi tidak terlihat
sehingga kinerja tugas visual juga akan terpengaruh.

Sumber disability glare di dalam ruangan yang paling sering


dijumpai adalah cahaya matahari langsung atau langit yang
terlihat melalui jendela, sehingga jendela perlu diberi alat
pengendali/pencegah silau (screening device).
Kesilauan (Glare)
Discomfort glare (Silau yang menyebabkan
ketidaknyamanan melihat) terjadi ketidaknyamanan
penglihatan karena beberapa elemen interior mempunyai
luminansi yang jauh diatas luminansi elemen interior
lainnya. Respon ketidaknyamanan ini dapat terjadi segera,
tetapi adakalanya baru dirasakan setelah mata terpapar
pada sumber silau tersebut dalam waktu yang lebih lama.
Tingkatan ketidaknyamanan ini tergantung pada
luminansi dan ukuran sumber silau, luminansi latar
belakang, dan posisi sumber silau terhadap medan
penglihatan. Discomfort glare akan makin besar jika suatu
sumber mempunyai luminansi yang tinggi, ukuran yang
luas, luminansi latar belakang yang rendah dan posisi yang
dekat dengan garis penglihatan.
Brightness Distribution
Menunjukkan jangkauan dari luminasi dalam daerah
penglihatan. Suatu rasio kontras yang tinggi diinginkan
untuk penerimaan detil, tapi variasi yang berlebihan dari
luminansi dapat menyebabkan timbulnya masalah. Mata
menerima cahaya utama yang sangat terang, sehingga
mata menjadi sulit untuk memeriksa dengan cermat
objek-objek yang lebih gelap dalam suatu daerah yang
terang. Perbandingan terang cahaya dalam daerah kerja
utama, difokuskan sebaiknya tidak lebih dari 3 sampai 1.
Untuk membantu memelihara pada daerah pusat ini,
cahaya terang rata-rata tersebut seharusnya sekitar 10 kali
lebih besar dari latar belakang.
Gangguan Penglihatan
Kelelahan mata
1. Stress pada otot mata, dikarenakan akomodasi
mata berlebihan dan berlangsung lama pada saat
mengamati obyek yang lebih kecil pada jarak
dekat.
2. Stress pada retina, dikarenakan kontras yang
berlebihan dalam medan penglihatan dengan
waktu pengamatan berlangsung lama.
3. Konjungtivitis (iritasi mata), dikarenakan mata
berair dan terasa gatal akibat stress pada otot
mata ataupun retina.
Gangguan Penglihatan
Kelelahan syaraf
1. General nervous fatigue, jika pekerjaan yang
dilakukan seseorang memerlukan konsentrasi,
kontrol otot, dan gerakan yang tepat.
2. Sakit kepala, gerakan lamban, gangguan-
gangguan pada fungsi motorik dan psikologis
akibat kelelahan
Dampak Pencahayaan terhadap Pekerja

Pencahayaan yang buruk berdampak pada pekerja yaitu :


1. Kelelahan mata akan menyebabkan penurunan daya
efisiensi kerja, kelelahan mental, keluhan-keluhan
pegal di daerah mata dan sakit kepala di sekitar mata,
kerusakan penglihatan
2. Penurunan kemampuan intelektual, berkurangnya
daya konsentrasi, melambatnya kecepatan berfikir.
3. Penyebab terjadinya kecelakaan
Standart intensitas penerangan terhadap jenis
pekerjaan diatur dalam Peraturan Menteri
Perburuhan Nomor 7 Tahun 1964 tentang Syarat-
Syarat Kesehatan, Kebersihan serta Penerangan dalam
Tempat Kerja, telah menetapkan ketentuan penting
intensitas penerangan menurut sifat pekerjaan.
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
Penerangan darurat 5 lux
Penerangan untuk halaman dan jalan dalam lingkungan perusahaan 20 lux
Pekerjaan yang membedakan barang kasar, seperti: 50 lux
· Mengerjakan bahan-bahan kasar
· Mengerjakan arang atau abu
· Mengerjakan barang-barang yang besar
· Mengerjakan bahan tanah atau batu
· Gang-gang, tangga di dalam gedung yang selalu dipakai
· Gudang-gudang untuk menyimpan barang-barang besar dan kasar
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
ekerjaan yang membedakan barang-barang kecil secara sepintas, seperti: 100 lux
· Mengerjakan barang-barang besi dan baja yang setengah selesai
· Pemasangan yang kasar
· Penggilingan padi
· Pengupasan/pengambilan dan penyisihan bahan kapas
· Mengerjakan bahan-bahan pertanian
· Kamar mesin dan uap
· Alat pengangkut orang dan barang
· Ruang-ruang penerimaan dan pengiriman dengan kapal
· Tempat menyimpan barang-barang sedang dan kecil
· Kakus, tempat mandi dan tempat kencing
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang kecil agak teliti, seperti: 200 lux
· Pemasangan alat-alat yang sedang (tidak kasar)
· Pekerjaan mesin dan bubut yang kasar
· Pemeriksaan atau percobaan kasar terhadap barang-barang
· Menjahit tekstil atau kulit yang berwarna muda
· Pemasukan dan pengawetan bahan-bahan makanan dalam kaleng
· Pembungkusan daging
· Mengerjakan kayu
· Melapis perabot
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
Pekerjaan perbedaan yang teliti daripada barang-barang kecil, seperti: 300 lux
· Pekerjaan mesin yang teliti
· Pemeriksaan yang teliti
· Percobaan-percobaan yang teliti dan halus
· Pembuatan tepung
· Penyelesaian kulit dan penenunan bahan-bahan katun atau wol
berwarna muda
· Pekerjaan kantor yang berganti-ganti menulis dan membaca,
pekerjaan arsip dan seleksi surat-surat
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
Pekerjaan membeda-bedakan barang-barang halus dengan kontras sedang 500 – 1000 lux
dan dalam waktu yang lama, seperti:
· Pemasangan yang halus
· Pekerjaan-pekerjaan mesin yang halus
· Pemeriksaan yang halus
· Penyemiran yang halus dan pemotongan gelas kaca
· Pekerjaan kayu yang halus (ukir-ukiran)
· Penjahit bahan-bahan wol yang berwarna tua
· Akuntan, pemegang buku, pekerjaan steno, mengetik atau
pekerjaan kantor yang lama dan teliti
Tabel Tingkat Penerangan atau NAB
(Nilai Ambang Batas) di Masing-Masing
Area Kerja
Area Kegiatan Tingkat
Penerangan
Minimal
(Lux)
Pekerjaan yang membedakan barang-barang yang sangat halus dengan Paling sedikit
kontras yang sangat kurang untuk waktu yang lama, seperti: 1000 lux
· Pemasangan ekstra halus (arloji, dll)
· Pemeriksaan yang ekstra halus (ampul obat)
· Percobaan alat-alat yang ekstra halus
· Tukang mas dan intan
· Penilaian dan penyisihan hasil-hasil tembakan
· Penyusunan huruf dan pemeriksaan copy dalam percetakan
· Pemeriksaan dan penjahitan bahan pakaian berwarna tua
Alat ukur

 Pengukuran intensitas penerangan ini memakai alat luxmeter yang


hasilnya dapat langsung dibaca.
 Alat ini mengubah energi cahaya menjadi energi listrik, kemudian
energi listrik dalam bentuk arus digunakan untuk menggerakkan jarum
skala.
 Untuk alat digital, energi listrik diubah menjadi angka yang dapat
dibaca pada layar monitor.
Persyaratan pengukuran

 Pintu ruangan dalam keadaan sesuai dengan kondiisi


tempat pekerjaan dilakukan.
 Lampu ruangan dalam keadaan dinyalakan sesuai dengan
kondisi pekerjaan.
Tata cara

 Hidupkan luxmeter yang telah dikalibrasi dengan membuka


penutup sensor.
 Bawa alat ke tempat titik pengukuran yang telah ditentukan,
baik pengukuran untuk intensitas penerangan setempat atau
umum.
 Baca hasil pengukuran pada layar monitor setelah menunggu
beberapa saat sehingga didapat nilai angka yang stabil.
 Catat hasil pengukuran pada lembar hasil pencatatan untuk
intensitas penerangan setempat dan untuk intensitas
penerangan umum.
 Matikan luxmeter setelah selesai dilakukan pengukuran
intensitas penerangan.
Cara Pengukuran
1. Sebelum pengukuran, tutup fotosel dengan bahan tidak tembus cahaya dan
memastikan bahwa jarum/display menunjukkan angka “O”

2. Sebelum pembacaan dilakukan pindahkan penutup dan biarkan sel terpapar


cahaya selama 5 menit

3. Bila pengukuran dilakukan pada bidang horizontal setinggi + 0,85 m di atas


lantai

4. Bila pengukuran dilakukan pada tangga atau koridor, maka lux meter harus
di letakkan di lantai atau tempat injakan kaki
6. Bila tingkat iluminasi pada bidang vertikal
atau condong diukur maka pembacaan harus
di lakukan pada bidang relevan
7. Bila pengukuran dilakukan di tempat karja dimana sumber
cahaya lampu TL atau lampu merkuri pembacaan dilakukan
paling sedikit 5 menit setelah lampu tsb menyala
8. Pakaian surveyor hendaknya berwarna gelap. Hal ini untuk
mencegah pantulan cahaya pakaian surveyor
9. Pembacaan dilakukan dengan keadaan perabot dan penghuni ruang pada posisi
kerja normal
10. Bila suatu ruang kerja menggunakan cahaya alami & buatan, maka tingkat
intensitas cahaya
a. Pengukuran dilakukan dengan semua lampu menyala,
membuka tirai sehingga sumber cahaya alami ikut terukur
b. pembacaan dilakukan setelah 5 menit terpapar .....(a)
c. Setelah pembacaan, matikan lampu diukur kembali  baca
.....(b)
d. Hasil bacaan gabungan ...(a) di kurangi pembacaan ...(b) perlu di
cek ulang bila hasilnya meragukan (malam hari)
Cara Pengukuran Berdasar Macam Penerangan :

1. Penerangan Umum
a. Ruang Teratur (Regular)
- tidak ada hambatan/rintangan/sekat dalam pengukuran
- titik pengukuran dengan jarak 90 – 100 cm
b. Ruang Tidak Teratur (Irregular)
- adanya penghalang, susunan lampu tidak teratur
- titik pengukaran acak & banyak
2. Penerangan Lokal
a. Lux meter di letakkan pada dasar tempat kerja (ex : meja)
b. Pengukuran dilakukan > 1 kemudian di rata – rata
3. Pantulan
a. Hadapkan fotosel pada dinding / meja kemudian fotosel perlahan
diangkat menjauh hingga angka/jarum tetap (mis. B)
b. Mengukur intensitas cahaya lokal (mis. A)
Analisis
1. Pencahayaan umum & lokal
∑ semua intensitas
intensitas (lux) =
∑ titik pengukur
IP1 + IP2 + IP3 + ....... + IPn
=
n
= ........... Lux
2. Pantulan
intensitas pantulan
% pantulan = X 100%
intensitas sumber
B
= X 100%
A
= .... %
Nilai Pantulan Yang Dianjurkan

Deskripsi Pantulan (%)


A Langit – langit 80 – 90
B Dinding 40 – 60
C Meja, kursi & mesin 25 – 45
D Lantai 20
Observasi

1. Bagaimana keadaan tempat kerja secara keseluruhan di tinjau dari segi


kesenangan & kenyamanan ?

2. Apakah pencahayaan umum di tempat kerja cukup ? Bagaimanakah


penambahan cahaya (supplementary lighting) ?

3. Bagaimanakan kebersihan lampu & perlengkapannya serta keadaan sekeliling ?


Kapan lampu (Armatur) dan sekitar di bersihkan?

4. Berapakah jumlah lampu yang telah rusak?


5. Apakah warna dinding, langit – langit, lantai dan peralatan kerja telah
memenuhi kriteria nilai pantulan ?

6. Apakah di temukan sumber kesilauan ?

7. Apakah di temukan beyangan yang mengganggu ?

8. Perubahan apakah yang perlu dilakukan untuk memperbaiki pencahayaan


Formilir Survei Pencahayaan
Nama Perusahaan :
Unit Kerja :
Tanggal Pengukuran :
Pelaksanaan Survei : siang / malam
Keadaan cuaca : cerah / berawan / hujan
Pelaksana :
Alat yang digunakan :

Karakteristik Tempat Kerja


1. Identifikasi tempat kerja panjang : ........., lebar : ........, tinggi : ......
bila tempat kerja tidak teratur, uraikan tempat kerja tsb.
2. Gambaran dinding, langit – langit dan lantai tempat kerja
Keadaan Permukaan
Gambaran Bahan Warna Susunan
Bersih Sedang Keterangan
Dinding ---- ---- ---- ---- ---- ----
Langit – langit ---- ---- ---- ---- ---- ----
Lantai ---- ---- ---- ---- ---- ----
Permukaan kerja
---- ---- ---- ---- ---- ----

Peralatan ---- ---- ---- ---- ---- ----

 Jenis lampu :
 Spesifikasi lampu :
 Jumlah lampu per armatur :
 Jumlah armatur :
 Banyaknya deretan :
 Jumlah armatur per deret :
 Tinggi pemasangan :
 Jarak pemasangan antar armatur:
Bila letak pemasangan armatur tidak teratur. Uraikan
Keadaan armatur : bersih/sedang/ kotor
Uraikan tentang pencahayaan lokal : .......................

Nilai Ambang Batas


Sesuai Dengan PMP No. 7 tahun 1964

You might also like