Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 34

JOURNAL READING

OLEH:
Salma Munifah

PEMBIMBING:
AKBP. Dr. dr. H. Yalta Hasanuddin Nuh, Sp.An

KEPANITERAAN KLINIK ANESTESI TERINTEGRASI


RS BHAYANGKARA TK III BENGKULU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2018
JOURNAL READING

Intravenously administered lidocain and


Magnesium During Thyroid surgery in female
patients for better quality of recovery
anesthesia.

Myoung Hwa Kim, MD, PhD, Min Soo Kim, MD, Jae Hoon Lee, MD, Sang Tae
Kim ,PhD.
ABSTRAK

• Latar belakang
Meskipun pemberian lidocaine dan magnesium secara
sistemik sudah diteliti secara luas sebagai analgesik adjuvan
pada perioperatif , lidocain dan magnesium sudah sangat
jarang dievaluasi sehubungan dengan kualitas pemulihan pada
pasien dengan kondisi yang sama.

Peneliti membandingkan QoR-40 scores pada pasien wanita


yang menerima lidocain, magnesium dan saline selama
tiroidektomi untuk meneliti efek obat tersebut pada
pemulihan setelah dilakukan anestesi.
ABSTRAK
• Metode
Penelitian dilakukan secara prospektif, double blind
trial, 135 pasien wanita yang telah dijadwalkan
untuk open thyroidektomy secara acak dibagi
menjadi kelompok lidokain, kelompok magnesium,
atau kelompok kontrol.
QoR-40 dinilai pada hari ke 1 dan 2 post operatif.
ABSTRAK

Hasil
• Pada grup L, QoR 40 score pada pasien post
operative hari ke 1 = 186,3 (SD 5,5)
• Pada grup M, QoR 40 score pada pasien post
operative hari ke 1 = 184,3 (SD 4,7)
• Pada grup C, QoR 40 score pada pasien post
operative hari ke 1 = 179,4 (SD 5,5)
ABSTRAK
Hasil
• Terdapat perbedaan yang signifiikan antara
kelompok lidocaine dan kelompok kontrol P =
0,018
ABSTRAK
Kesimpulan
Lidokain yang diberikan secara intravena selama
pembiusan mengalami pemulihan yang lebih
baik dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Pada penelitian ini dosis magnesium yang
digunakan tidak cukup untuk menginduksi
apapun secara signifikan.
Pendahuluan

• Tujuan utama dari postoperatif control adalah untuk


mengembalikan status fungsional kembali normal dalam
waktu singkat. Evaluasi ulang dua obat yang digunakan
dalam penelitian ini mengenai dampaknya terhadap
pasien masih dibutuhkan.
• Peneliti mengevaluasi efek pemberian lidokain dan
magnesium secara sistemik dengan menggunakan QoR-40
pada pasien yang dilakukan tiroidektomi dengan
pembiusan menggunakan desfluran dan remifentanil.
Metode

Subjek
• Penelitian ini merupakan prospektif, dilakukan
secara acak, double blind. Uji klinis telah
diterima oleh Severance Hospital, Yonsei
University.
• Pasien wanita berumur 20-65 tahun dengan
status ASA I atau ASA II yang dilakukan operasi
tiroidektomi pada Desember 2013-Oktober
2014
Metode

Kriteria eksklusi :
• Pasien yang mengalami nyeri sebelum pembedahan
dan mengonsumsi analgesik.
• Hamil dan menyusui
• BMI >30 kg/m2
• Memiliki riwayat penyakit jantung, ginjal, dan hati.
• Gangguan neurologis
• Kontraindikasi atau hipersensitif terhadap lidokain atau
magnesium
Metode

Intervensi :
• Pasien secara acak dibagi menjadi 3 kelompok
dengan rasio 1:1:1 menggunakan nomor acak
dari aplikasi www. Random.org.
• Pembagian kelompok di letakkan di dalam
amplop tertutup.
Metode
• Segera setelah intubasi, pada grup L, lidokain
diberikan dengan dosis 2 mg/kg untuk 15 menit,
dilanjutkan 2mg/kg jam.
• Pada grup M, diberikan magnesium sulfat
20mg/kg selama 15 menit
• Peneliti memberikan lidokain dan magnesium
berdasarkan dosis pada penelitian sebelumnya.
• Pada grup C, saline diberikan pada tingkat yang
sama
Metode

• Manajemen anestesi
Anestesi diinduksi dengan pemberian propofol
(1-2 mg/kg) dan remifentanil 1-2ng/kg).
Recuronium (0,6mg/kg) hanya sekali diberikan
saat intubasi. Ventilator mekanik dengan tidal
volume 8 ml. Anestesi dikonduksi dengan
desfluran 4-7% dan remifentanil 0,05-0,01
ng/kg/menit.
Hasil

• 136 pasien yang dijadwalkan open


tiroidektomi, 135 pasien yang turut ikut
berperan, dari 135 pasien 10 pasien
tereksklusi dikarenakan rencana operasi yang
berubah dan 7 pasien menolak di follow up
dengan QoR-40 survei setelah pembedahan.
• Hasil analisis terakhir terdiri dari 118 pasien
(grup L=40, grup M= 41, grup C=37)
Hasil
Hasil
Hasil

The characteristics of change in global QoR-40 scores on POD1 compared with the
preoperative score were remarkable
(Table 3). The patients in group L (−0.63, adjusted P < .001) and group M (−1.49,
adjusted P < .001) showed a significantly lesser decline in QoR-40 score compared to
the group C on POD1 (−7.68).
Hasil
Diskusi
• Peneliti membandingkan dan mengevaluasi
efek dari pemberian lidokain dan magnesium
secara intravena selama pembedahan pada
postoperatif dengan menggunakan QoR 40
• Hasil penelitian mendemonstrasikan
perbedaan skor QoR 40 antara pasien yang
menerima lidokain secara sistemik dan salin
pada POD1 Dan POD 2
Diskusi

Lidokain yang diberikan secara intravena selama


pembiusan mengalami pemulihan yang lebih
baik dalam mencegah deteriofikasi yang
berhubungan dengan pembiusan dan
pembedahan
JOURNAL READING

Balance risks and benefits when selecting


anaesthetic and perioperative care options in
elderly surgical outpatients
Abstrak

• Pada pasien lansia yang menjalani operasi elektif,


diperlukan Pertimbangan yang hati-hati terhadap
risiko relatif dan keuntungan dalam pemilihan
obat-obat anestesi dan analgesik.
• Pada umumnya, dosis obat anestesi untuk lansia
dikurangi karena berhubungan dengan
perubahan farmakodinamik dan farmakokinetik
obat yang diakibatkan perubahan fisiologis yang
berkaitan dengan usia.
Table 1 lists risk factors and comorbidities requiring careful
assessment.
Banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan
teknik anestesi.
• Jenis pembedahan
• Preferensi dokter bedah
• Adanya komorbiditas pada pasien
• Preferensi pasien
Pada umumnya terdapat perbedaan farmakokinetik
antara pasien lansia dengan pasien usia muda.
Ex:

• Centrally active anaesthetic drugs (opioid analgesics,


volatile agents, benzodiazepine, sedative hypnotics)
memiliki waktu paruh eliminasi obat yang panjang dan
menigkatkan kerja obat pada lansia.
• Water-soluble anaesthetics mempunyai konsentrasi
obat yang maksimal karena penurunan volume total
cairan tubuh pada pasien lansia.
• Pengurangan massa hepar terkait usia dengan
konsekuensi penurunan aliran darah di hepar, dan juga
hilangnya ketebalan parenkim ginjal, penurunan ginjal
aliran darah ke ginjal, dan hingga 50% penurunan
jumlah kreatinin
Start low and go slow for general
anaesthesia
• Use sedative premedication sparingly
• Low risk of cardiorespiratory depression with
propofol
• Adjuvant nitrous oxide may be useful
Watch for adverse effects with
neuraxial anaesthesia

• Anestesi Spinal and epidural adalah tipe anestesi


regional yang memblok saraf di SSP.
Efek samping:
• Hipotensi perioperatif, Retensi urin post operatif,
PONV (postoperative nausea and vomiting),
pusing.
• Hipotensi terkait anestesi neuraksial dan
bradikardia mungkin berpotensi berbahaya pada
pasien dengan cardiovascular reserve
Consider unilateral spinal anaesthesia
in heart disease

Pertimbangkan pemberian anestesi regional


berupa unilateral spinal anaesthesia untuk
menstabilkan sistem kardiovaskular pada pasien
dengan penyakit jantung
Lower doses of spinal or short-acting
local anaesthetics may reduce
recovery times
• Dosis minimal dari anestesi spinal
(ex: intrathecal lidocaine 10–30 mg, bupivacaine
3.5–7 mg dan ropivacaine 5–10 mg) + a potent
opioid (fentanyl 10–25 lg) memberikan anestesi
yang optimal dan juga pemulihan motorik dan
sensorik yang lebih cepat.
Tailor treatment to pain intensity
• Analgesik Non opioid dapat digunakan pada
lansia meskipun berpotensi timbul efek
samping yang perlu diperhatikan.
• Ex: paracetamol(acetaminophen),
kortikosteroid dan agen lain (ketamine,
gabapentanoids, dexmedetomidine dan
esmolol.
Prolong analgesia by adding a
corticosteroid

Untuk pemanjangan efek analgesik sering


ditambahkan kortikosteroid sebagai tambahan
pada anestesi umum. Kortikosteroid
ditambahkan pada regimen anestesi untuk
memanjangkan durasi dari lokal anestesi setelah
PNBs
Target postoperative pain with an
individualized regimen
Nyeri pasca operasi sangat sering muncul pada
pasien lansia yang rawat jalan.
Pendekatan standar untuk mencegah terjadinya
nyeri adalah dengan multimodal analgesic
regimen , disesuaikan untuk pasien lansia
dengan mempertimbangkan kondisi medis yang
sudah ada sebelumnya, jenis pembedahan, dan
pengalaman sebelumnya menggunakan
analgesia pasca operasi
Nilai risiko PONV

You might also like