Professional Documents
Culture Documents
FIMOSIS
FIMOSIS
FIMOSIS
Kelas : II Reguler A
DEFINISI
Fimosis merupakan salah satu gangguan
yang timbul pada organ kelamin pria, yang
dimaksud dengan fimosis adalah keadan dimana
kulit kepala penis (preputium) melekat pada
bagian kepala (glans) dan mengakibatkan
tersumbatnya lubang dibagian air seni, sehingga
bayi dan anak kesulitan dan kesakitan saat
kencing, kondisi ini memicu timbulnya infeksi
kepala penis (balantis).
MACAM-MACAM
FIMOSIS
1. Fimosis kongenital (fimosis fisiologis)
5. Bakteri.
6. Malformasi.
PATOFISIOLOGIS
Fimosis dialami oleh sebagian besar bayi baru lahir
karena terdapat adesi alamiah antara prepusium dengan
glans penis. Hingga usia 3-4 tahun penis tumbuh dan
berkembang dan debris yang dihasilkan oleh epitel
prepusium (smegma) menggumpal pada prepusium dari
glans penis. Ereksi penis yang terjadi secara berkala
membuat prepusium terdilatasi perlahan-lahan sehingga
prepusium menjadi retraksi dan dapat ditarik ke proksimal.
Pada usia 3 tahun, 90% prepusium sudah dapat diretraksi.
Tapi pada sebagian anak, prepusium tetap lengket pada
glans penis, sehingga ujung prepusium mengalami
penyempitan dan akhirnya dapat mengganggu fungsi miksi
atau berkemih.
TANDA & GEJALA
1. Bayi sukar buang air kecil.
6. Timbul infeksi.
Gejala Khusus
Fimosis Kongenital
dan Patologik
Seringkali menimbulkan fenomena ballooning, yakni kulit
preputium mengembang saat berkemih karena desakan air
seni tidak diimbang besarnya lubang di ujung preputium.
orang tuanya karena adanya benjolan lunak di ujung penis yang tak
7. Timbul infeksi pada saluran air seni (ureter) kiri dan kanan,
kemudian menimbulkan kerusakan pada ginjal.
bayi, tiap bayi baru lahir harus diperhatikan apakah bayi telah
itu berkurang.Sampai umur satu tahun, masih 50% yang belum bisa ditarik
penuh. Berturut-turut 30% pada usia 2 tahun, 10% pada usia4-5 tahun , 5%
pada umur 10 tahun, dan masih ada 1% bertahan hingga umur 16-17 tahun.
Dari kelompok terakhir ini ada sebagian kecil yang bertahan secara presisten
dilaporkan bahwa anak yang tidak disirkumsisi memiliki resiko menderita 10-
20 kali lebih tinggi. Tahun 1993, dituliskan review resiko terjadi sebesar 12
kali lipat. Tahun 1999 dalam salah satu bagian dari pernyataan AAP tentang
sirkumsisi disebutkan bahwa dari 100 anak pada usia 1 tahun. 7-14 anak yang
tidak disirkumsisi menderita sedang hanya 1-2 anak pada kelompok yang di