Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

Dyah Erti Mustikawati

KASUBDIT P2 TB
5 Negara dengan Ranking Kasus TB Tertinggi
(Global Tuberculosis Control, 2010)

1. India
2. China
3. South Africa
4. Nigeria
5. Indonesia 430.000 kasus baru per tahun ;
61.000 kematian per tahun
(Global Tuberculosis Control 2010 p 171)
27 high MDR-TB burden
countries

China Ethiopia
India Myanmar
Russian Federation Tajikistan
Pakistan Azerbaijan
Bangladesh Republic of Moldova
South Africa Kyrgyzstan
Ukraine Belarus
Indonesia Georgia
Philippines Bulgaria
Nigeria Lithuania
Uzbekistan Armenia
Democratic Republic of Congo Latvia
Kazakhstan Estonia
Viet Nam

Ref. Raviglione, M. Feb 2009.


Ranking Indonesia
Negara Total no of Negara Total no of
Incident cases Incident cases
1. India 1.962.000 1. India 1.982.628
2. China 1.306.000 2. China 1.301.322
3. Indonesia 528.000 3. South Africa 476.732
4. South Africa 461.000 4. Nigeria 457.675
5. Nigeria 460.000 5. Indonesia 429.000
Global Tuberculosis Control, 2009 Global Tuberculosis Control,
(Data 2007 ) A Short Update to 2009 Report
(Data 2008 )
Incidence, Prevalence & Mortality TB, 1990, 2007*) & 2009**)

1990 2007 2009

Kasus TB Per Per Per


Per Per Per Per Per
Per tahun 100.000 100.000 100.000
hari tahun hari tahun hari
penduduk penduduk penduduk
Insiden 626.867 343 1.717 528.063 228 1.447 430.000 189 (45%) 1.178
Semua Tipe
TB
Prevalensi 809.592 443 ~ 565.614 244 ~ 660.000 285 (36%) ~
Semua Tipe
TB
Insidensi 282.090 154 773 236.029 102 647 NA NA NA
Kasus Baru
TB Paru BTA
Positif
Kematian 168.956 92 463 91.369 39 250 61.000 27 (70%) 167

*) Global Report TB, 2009 halaman 282


**) Global Report TB, 2010 halaman 171
CDR DAN SR INDONESIA 1995-2009
100 100
95 91 88.9 91 91
87 86 86.1 86.7 87.6 88.4
90 90
85 81
80 73.8 80
75 68 75.7 69.8 72.8 71.9
70 70
65
58 54
60 54 60

CDR (%)
55
SR (%)

50 50
45 37.6
40 40
35 29
30 21 30
25 19 20
20 12 20
15 7.5
10 4.6 10
5 1.4
0 0
1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009
Tahun

SR CDR
Empat dari 22 negara high-burden saat
ini sudah mencapai"target zone"
100
China
95 Viet Nam
90 Indonesia
Philippines
Treatment success

85
80
75
70
65
60
55
50
45
40
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Case detection
CDR & Success Rate Kasus TB Paru BTA Positif, Indonesia 1995-2011*)
100
91 89.5 91 91 91 91 91.2
90 87 86 86.1 86.7 SR tw 1
81 79.4
80
73.8
78.3
70 75.7
72.8 73.1
69.8
58 68
60
54

50 54

40

37.6
30
30.6
20
20 21 CDR tw 1
19 18.9
10
12
7.5
0 4.6
1.4 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011*)
1995
Tahun

CDR SR
Target CDR RPJMN 73%, Global 70%
*) sd triwulan 1 Target SR RPJMN & Global ≥ 85%
Angka Penemuan Kasus BTA Positif (CDR), Per Provinsi 2009-2010
INA 78.3
SULUT 96.2
DKI 79.9
GRTALO 77.3
MALUKU 76.3
BANTEN 75.2
SUMUT 74.7
JABAR 72.5
SULTRA 70.2
JAMBI 68.3
BENGKULU 65.9
BALI 63.2
BABEL 61.2
JATIM 58.2
JATENG 54.2
SUMBAR 53.1
D. I . Y. 52.7
NAD 51.7
SUL-BAR 51.5
PAPUA 51.1
KALBAR 50.3
SUMSEL 48.7
SULSEL 46.5 2010
KALSEL 43.7 2009
SULTENG 43.6
LAMPUNG 42.3
IRJABAR 39.9
MALUT 38.1 Target RPJMN 73%, Global 70%
NTT 38.0
KEPRI 36.3 Catatan : Insiden BTA Positif =
34.5 Sumatera : 164 per 100.000 penduduk,
RIAU
Jawa : 107 per 100.000 penduduk, DIY-
NTB 33.3
Bali : 64 per 100.000 penduduk,
KALTIM 32.5 Kawasan Timur Indonesia (KTI) ; 210
KALTENG 29.8 per 100.000 penduduk
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Success Rate Kasus TB Paru BTA Positif, Per Provinsi, 2008-2009

INA 91.2
MALUKU 96.9
SULUT 96.1
SUMUT 96.1
GRTALO 95.5
SUMSEL 95.1
BENGKULU 94.8
KALTENG 94.8
SULTRA 94.3
JAMBI 94.2
NTB 94.1
KALSEL 93.9
SULTENG 93.8
BANTEN 93.3
LAMPUNG 93.2
NAD 93.1
KALBAR 92.9
SUL-BAR 92.4
JABAR 92.2
NTT 92.0
JATIM 90.5
JATENG 90.4
BABEL 90.1
SULSEL 89.9
SUMBAR 88.5
BALI 88.3 2009
DKI 85.8
2008
KALTIM 85.3
MALUT 84.6
D. I . Y. 84.2
RIAU Target
83.8 RPJMN &
KEPRI 82.0
61.9
Global ≥ 85%
PAPUA
IRJABAR 48.3
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100
Keberhasilan Provinsi Berdasar CDR –SR, 2009-2010
CDR (70%)-SR (85%)-2009, CDR (70%)-SR (85%)-2010
CDR ≥ 70% CDR < 70% CDR ≥ 70% CDR < 70%
Banten, DKI, Jawa NAD, Sumut, Sumut, Banten, NAD, Sumbar,
Barat, Sulut, Sumbar,Kepri, Jabar, DKI, Sulut, Jambi,Sumsel, Babel,
Maluku (5) Jambi, Sumsel, Gorontalo, Sultra, Bengkulu, Lampung,
Babel, Bengkulu, Maluku (8) Jateng, Jatim, Bali,
Lampung, Jateng, Kalbar, Kalteng,
SR ≥ Jatim, Bali, Kalbar, SR ≥ Kalsel, Kaltim,
85% Kalteng, Kalsel, 85% Sulteng, Sulsel,
Kaltim, Sulbar, NTB, NTT
Gorontalo, Sulteng, (19)
Sulsel, Sulbar,
Sultra,NTB, NTT
(23)
Kepri, Riau, DIY,
Riau, DIY, Malut, SR <
SR < Malut, Papua, Papua
Papua, Papua Barat 85%
85% Barat (6)
(5)
KUALITAS LABORATORIUM*)
Kab yang melaksanakan Uji Silang*) UPK melaksanakan Uji Silang*)
100 92.7 100

80 80

60 53.4 60
42.9 43.0 39.6 40.7
40 40

20 20

0 0
Tw-1 Tw-2 Tw-3 Tw-1 Tw-2 Tw-3

% UPK dengan kualitas baik diantara UPK yang


melaksanakan Uji Silang*)
100

80 75.3 74.7
70.7

60

40

20

0
Tw-1 Tw-2 Tw-3
*) sd triwulan 3 Tahun 2010
Kebijakan dan Landasan Landasan Strategi Nasional
Pengendalian TB di Indonesia 2011-2014

• Rencana TB Global 2006-2015


KEBIJAKAN • Rencana Regional Asia Tenggara untuk
GLOBAL Pengendalian TB 2006-2010
• Rencana Global Pengendalian TB 2010-2015
• RPJMN 2010 – 2014
• Instruksi Presiden No. 3 Tahun 2010
KEBIJAKAN • Rencana Strategi Kemenkes RI; Peta Jalan
NASIONAL Reformasi Kesehatan
• Strategi Nasional Pengendalian TB 2011 – 2014
• Rencana Aksi Pengendalian TB 2011 - 2014
Target Pencapaian TB (RPJMN 2010-2015)

Base 2010 2011 2012 2013 2014


Line
Prevalensi TB (Per 100.000 285*) 235 231 228 226 224
penduduk) (2009)
Case Detection Rate (%) 78,3 73 75 80 85 90
(2010)
Success Rate (%) 91,2 85 86 87 87 88
(2010)
Proporsi Provinsi dengan 24,2 15 25 35 45 50
CDR  70% (2009)
Proporsi Provinsi dengan 84,8 84 84 84 86 88
SR  85% (2009)

*) Global Report TB, 2010 halaman 171


1. Pelayanan DOTS yang bermutu diperluas
dan ditingkatkan
2. TB/HIV, MDR-TB, TB anak dan kebutuhan
masyarakat miskin serta rentan lainnya
tertangani
3. Melibatkan seluruh penyedia pelayanan
pemerintah, masyarakat (sukarela),
perusahaan dan swasta melalui
pendekatan Public-Private Mix dan
menjamin kepatuhan terhadap
International Standards for TB Care
4. Memberdayakan masyarakat dan pasien
TB.
Didukung dengan :
5. Memberikan kontribusi dalam penguatan
sistem kesehatan dan manajemen
program pengendalian TB
6. Mendorong komitmen pemerintah pusat
dan daerah terhadap program TB
7. Mendorong penelitian, pengembangan
dan pemanfaatan informasi stratejik.
God only knows
9/30/2018
Wallahu A’lam 17
Tantangan Pengendalian Penyakit
TB di Indonesia:
600,000

500,000
Estimated ALL TB
cases
TOTAL notified TB
Number of patients

400,000
‘ GAP ’ cases
300,000 New Smear
Positives
200,000 New Smear
Negatives
100,000 Re-treatment

- Extra Pulm
97 98 99 00 01 02 03 04 05 06 07 08 09

18
POLA PENCARIAN PENGOBATAN TB, SURVEI
PREVALENSI TB 2004
Initiation of treatment

Hospital & BP4 Primary Health Care Private Practicioners


SUMATRA 44% 43% 12%
KTI 31% 53% 16%
JAVA 49% 21% 29%

Pola Pencarian PengobatanTB,


Riskesdas 2010
Pola Pencarian Dx TB,
Riskesdas 2010 Tidak
Berobat, RS.
5.4% Pemerintah
BP/Klinik/P
BP/Klinik/PD D, 19.4% , 27.8%
RS.
RS. 19% Pemerintah
Swasta 34%
11%

RS. Puskesmas
Puskesmas Swasta, , 39.5%
36% 7.9%
80

70 66.1
60
49.4
50
41.9

40

30
Sumatra
20 14.3
10.7 8.9 Java-Bali
10 KTI
National
0
Puskesmas Priv Pract Gov Hosp Priv Hosp Midwife Self-treatm

Substantial Provincial differences: Jak/Jogy Jakarta


41% 48%
Klinik Puskesmas

DPS Spesialis Pasien TB DPS umum

RSTP BBKPM/
Rumah Sakit BKPM/BP4

9/30/2018 Pemerintah Swasta 21


Dilaporkan

Sembuh

Diobati Dilaporkan
sebagian kecil

Didiagnosa dilaporkan

Diperiksa Dahak
???
RS Pem/RSTP/
BUMN/Swasta
Puskesmas (HC) BKPM DPS
(1625)
(90.000

Penderita yang datang ke UPK (Access)

Jumlah penderita yang sadar tentang TB (Aware)

9/30/2018
Jumlah Penderita BTA+ yang baru ( REAL INCIDENCE) 22
 Semua pasien TB mempunyai hak

 mendapatkan akses layanan DOTS yang berkualitas dengan


penerapan ISTC oleh seluruh pemberi pelayanan kesehatan
 1) didiagnosis dengan benar, 2) diobati secara standar, 3)
dipantau kepatuhan , 4) ketuntasan berobatnya, 5)
Ternotifikasi

 Tidak memperoleh sub/ over / mis – standar layanan /


tatakelola pasien TB  TB MDR/ XDR
Penanganan
Kasus MDR + XDR

1.Penerapan strategi DOTS


2.Pengobatan penderita MDR TB
(DOTS Plus)
Pelayanan DOTS
Dasar di Puskesmas

Pelayanan Rumah -Pendekatan: Penguatan sistem Pelayanan DPS dan


Sakit Publik/Swasta surveilans dan MIFA, Maintaining
and improving Quality care, Spesialis
Increasing Demand creation
-Leading: NTP
-TA: WHO and all partners
- Pendekatan: ISTC 
- Pendekatan: Akreditasi
rewarding/ cumulative
Rumah Sakit
credits
- Leading: Ditjen BUK
-Leading: IDI
-TA: KNCV
-TA: ATS
6 Pilar Indonesia Public
Private Mix (INA-PPM)
Diagnosa yang Comprehensive Model OAT dan penggunaan
Berkualitas secara rasional
-Penguatan Jejaring dan QA -Penegakan hukum/law
laboratory (public and private) enforcement
DST, Kultur dan mikroskopik Penguatan Sistem
-Leading: IAI (ikatan
-Leading: Dit BPPM dan Sarana Komunitas Apoteker Indonesia),
Kesehatan BPOM, Dirjen Binfar
- TA: KNCV dan JATA -Fungsi sebagai advokator  -TA: USP dan MSH
peningkatan pendanaan dan
komitment, peningkatan
awareness masyarakat, peran sbg
public watch unt layanan
berkualitas, piagam pasien (hak
dan kewajiban), penjaringan
suspek, T Bdi penjara
 Semua pasien TB  memperoleh akses pengobatan DOTS berkualitas to all care providers 
UU no 36/2009, ISTC no 7
 HDL menggunakan approach regulasi  Akreditasi RS/ SPMRS  creating demand from
Hospital to provide DOTS and reporting to the system (pencatatan dan pelaporan RS)  low cost
high efecctiveness, value for money and sustainable financing, inovasi dalam creating “observed
methods for private hospital”  ensuring adherence and complete treatment reporting recording
data through web base (electronic system)
 Menjangkau DPS agar terekspose dan mempraktekkan ISTC  kerjasama dengan IDI untuk
dokter baru yang mengajukan STR wajib memp sertifikat pelatihan ISTC (konvensional/web
based)  low cost high effectiveness  mengembangkan inovasi unt “individual observed
method” ensuring adherence and complete treatment reporting recording data through web
base (electronic system)  reward sytem (high cum for every DPS treating and reporting DOTS
 Membentuk dan memperkuat jejaring lab untuk pemeriksaan smear mikroskopik  swasta and
public
 Membentuk dan memperkuat jejaring farmasi untuk penyediaan OAT  public dan private (out of
pocket)  resource limited setting country with multiple burden diseases
 Regulasi dan pengawasan Free Market OAT  Harus PQA dan regulation to ensure adherence
and complete treatment and utilization of SLD for other medication use (Oflofoxacin, Kanamycin)
 Memperkuat peran Komunitas  public watch, demand creation, pressure group, delivering
voices of affected people dan advokasi
Interaksi TB dengan HIV

DOTS
TB Epidemic
HIV Epidemic
• Estimated Adult HIV prevalence 0.16% (0.1 – 0.2%). In Papua
province, HIV prevalence (surveyed in 2006) was 2.4%
(generalized epidemic).
 In 2008, most of the other provinces are considered as
concentrated epidemic.
 HIV prevalence among TB patients in Yogyakarta province
was 2% (sero-prevalence survey in 2006 among 1000 TB
patients).
 In 2008, 3 other high burden provinces (Papua, Bali, East
Java) are conducting sero-prevalence surveys, with
preliminary result : Papua (14%), East Java (0,8%) and Bali
(3,9%).
 Estimasi HIV (+) pada pasien TB 3% (WHO report
2009)
1. Peluncuran dan pengembangan National Tuberculosis
Referral Laboratory (NTRL)mulai tahun 2011
Dengan model jejaring sebagai berikut :
◦ NTRL dengan fungsi rujukan Quality Assurance (QA) mikroskipis TB:
Balai Laboratorium Kesehatan Bandung
◦ NTRL dengan fungsi Quality Assurance (QA) biakan dan uji kepekaaan
di Balai Besar :Laboratorium Kesehatan Surabaya
◦ NTRL dengan fungsi Quality Assurance (QA) molekuler dan research
di laboratorium: Mikrobiologi Universitas Indonesia

2. Penguatan jejaring jaminan mutu pemeriksaan laboratorium


(EQAS/External Quality Assurances System)
◦ Mengembangkan sistem jejaring Quality Assurance Microscopis
dengan metode LQAS yang akan dimulai tahun 2011 dengan target
pada tahun 2015 semua kabupaten sudah melaksanakan LQAS.
◦ Pengembangan dan pemantapan mutu untuk pemeriksaan DST dan
kultur.
3. Penggunaan Rapid Diagnostic test dalam Pemeriksaan TB
 Mendorong penggunaan Rapid Diagnostic dengan
menggunakan metode Line Probe Assay (LPA)/ HAIN test
pada tahun 2011. Menerapkan secara bertahap rapid
diagnostic test terkini yaitu GenExpert pada tahun 2012
untuk pemeriksaan TB MDR dan TB HIV.
 Keterlibatan Expand TB untuk mensupport pengadaaan
dan penggunaan alat (MGIT 960 dan HAIN) beserta reagen
dan bahan habis pakai lainnya untuk BBLK Surabaya dan
Lab Mikrobiologi RS Persahabatan pada tahun 2011
 Penandatanganan kerjasama dengan FIND EXPAND TB-
Indonesia untuk mempercepat adaptasi dan penerapan
new diagnostic methode (metode diagnostik baru di
Indonesia) mulai 2011 sampai Desember 2013

4. Akreditasi Rumah Sakit


 Masuknya pengendalian TB dengan strategi DOTS dalam
SPM (Standar Pelayanan Minimal ) rumah sakit yang
merupakan komponen akreditasi RS. Saat ini sedang dalam
finalisasi penyusunan dan akan mulai dilaksanakan akhir
2011
5. Programmatic Management of Drug Resistent Tuberculosis
(PMDT)
 Penerapan dan pengembangan layanan PMDT/ TB MDR secara
bertahap di tingkat nasional. Dimulai pada tahun 2011
dengan 5 site dan pada tahun 2014 diharapkan tersedia 1
(satu) layanan TB MDR disetiap provinsi
 Penguatan pencegahan timbulnya TB MDR dengan :
◦ Mendorong regulasi penggunaan OAT lini satu dan lini kedua secara
rasional untuk mencegah TB MDR.
◦ Peningkatan akses pelayanan DOTS berkualitas melalui PPM (Public
Private Mix)

6. Meningkatkan Peran Ikatan Dokter Indonesia (IDI)


 Dokter Praktik Swasta (DPS) dan spesialis untuk terlibat
secara aktif dalam pengendalian TB dengan melakukan
diagnosis dan pemeriksaan standar, pemantauan kepatuhan
dan kepatuhan berobat serta melaporkan notifikasi kasus TB
dalam sistem surveillance.
 Keterlibatan DPS dalam pengendalian TB akan akui dalam
bentuk pemberian kumulatif kredit poin dalam perpanjangan
STR (Surat Tanda Register)/SIP (Surat Ijin Praktik).
7. Peningkatan upaya pemberdayaan kesehatan masyarakat
melalui :
 Mengintegrasikan materi pencegahan dan pengendalian
tentang TB untu kader untuk meningkatkan pengetahuan
tentang TB sehingga dapat mendeteksi dini kasus TB di
masyarakat, melakukan rujukan pengobatan.
 Melakukan penguatan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat
(UKBM) yang ada disetiap wilayah berdasarkan pemantauan
wilayah setempat ( berbasis evidence based )
 Pendekatan pengendalian tuberkulosis melalui local base
initiative atau upaya inovasi bersifat lokal seperti Ninik
Mamak (Sumatera Barat), Tuhapeut (Aceh), Banjar (Bali).
 Peningkatan pemberdayaan masyarakat dengan dukungan
pendanaan berupa small grant.
 Penguatan kelompok terdampak TB dalam bentuk jejaring
orang terdampak TB yang akan menjadi bagian dari
komunitas dengan fungsi advokasi untuk kesinambungan
dana dan kebijakan yang berorientasi kepada pasien serta
komunikasi dan informasi kepada masyarakat.
8. Hubungan Media
 Penguatan koordinasi program TB dengan media
melalui intensifikasi forum jejaring dengan media.

9. Kesinambungan dan Penguatan Program


 Melanjutkan dan memperkuat program yang sudah
berjalan dengan baik selama ini seperti : layanan
DOTS di Puskesmas, kolaborasi TB HIV, TB anak, TB
di penjara, logistik, peningkatan kualitas SDM dalam
penanggulangan TB.

10. Perkembangan Terkini


 Mengikuti perkembangan terkini dalam diagnostik
dan pengobatan TB, TB HIV, TB MDR/XDR dan
melakukan akselerasi penemuan terkini dalam TB.

You might also like