Cardiac Arrest

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

13 MARET 2018

“CARDIAC ARREST”
(HENTI JANTUNG)
PENGERTIAN:

 Henti Jantung (cardiac arrest) adalah suatu keadaan


dimana sirkulasi darah berhenti akibat kegagalan jantung
untuk berkontraksi secara efektif. Secara klinis, henti
jantung itu ditandai dengan tidak adanya nadi dan tanda-
tanda sirkulasi lainnya.

 Serangan jantung mendadak adalah hilangnya fungsi


jantung secara mendadak pada orang yang
didiagnosis mungkin atau tidak mengidap penyakit
jantung. Waktu dan cara kematian yang tak terduga. Hal
ini terjadi segera atau segera setelah gejala muncul (AHA
Guidelines For CPR and ECC, 2010).
HENTI JANTUNG SENDIRI DAPAT DISEBABKAN OLEH 4 IRAMA EKG, YAITU:

1. Fibrasi Ventrikel (VF).

2. Takikardi Ventrikel tanpa nadi


(VT).

3. PEA (Pulse Electrical Activity).

4. Asistol.
 Pertanyaan muncul, apa yang mesti dilakukan jika ada
penderita atau pasien yang mengalami henti jantung (cardiac
arrest)? Jawabannya adalah dengan mengikuti algoritma henti
jantung. Jika kita menemukan ada penderita henti jantung,
segera minta pertolongan dengan orang terdekat Anda. Segera
lakukan resusitasi jantung paru. Jangan lupa berikan oksigen
dan pasang monitor. Jika gambaran di monitor adalah
gambaran: VT atau VF segera RJP selama 2 menit dan pasang
akses IV. Siapkan epinefrin tiap 3-5 menit, pertimbangkan alat
bantu napas jalan lanjut. Jika masih ada gambaran shockable
(VT/VF) ulangi lagi RJP selama 2 menit, lalu berikan amiodaron
dan atasi penyebab yang reversibel.
 Jika tidak ada tanda-tanda kembalinya sirkulasi spontan (ROSC: return of
spontan circulation) : atau ada gambaran Asistole /PEA maka segera RJP
2 menit, pasang akses IV, epinefrin tiap 3-5 menit, pertimbangkan alat
bantu jalan napas lanjut, jika irama tidak shockable RJP 2 menit lagi dan
atasi penyebab yang reversibel. Jika irama masih tetap tidak shockable
(Asistole/PEA) maka kembali ke protap awal, yaitu: segera RJP 2 menit,
pasang akses IV, epinefrin tiap 3-5 menit, pertimbangkan alat bantu jalan
napas lanjut.
 Sebagai tambahan: jika menemukan pasien dewasa dengan VF atau VT
tanpa nadi diberikan energi kejutan 360 joule pada defibrator monofasik
atau 200 joule pada defibrator bifasik.Pada anak, energi kejut diberikan
dengan dosis 2-4 joule/kgBB dan tidak melebihi energi yang diberikan
kepada penderita dewasa.
Penggunaan defibrator untuk tindakan kejut listrik tidak diindikasikan pada
pasien dengan asistol atau PEA.
FAKTOR-FAKTOR RISIKO :
1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Merokok
4. Penyakit jantung yang mendasari
5. Lain-lainnya
6. Faktor pencetus
MANIFESTASI KLINIS:
 Organ-organ tubuh akan mulai berhenti berfungsi akibat tidak
adanya suplai oksigen, termasuk otak.
 Hypoxia cerebral atau ketiadaan oksigen ke otak, menyebabkan
korban kehilangan kesadaran (collapse).
 Kerusakan otak mungkin terjadi jika cardiac arrest tidak ditangani
dalam 5 menit, selanjutnya akan terjadi kematian dalam 10 menit.
 Napas dangkal dan cepat bahkan bisa terjadi apnea (tidak
bernafas).
 Tekanan darah sangat rendah (hipotensi) dengan tidak ada denyut
nadi yang dapat terasa pada arteri.
 Tidak ada denyut jantung.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK:
 Elektrokardiogram
 Tes darah
 Elektrolit Jantung
 Test Obat
 Test Hormon
 Imaging tes
 Ekokardiogram
 Electrical system (electrophysiological) testing and
mapping
 Ejection fraction testing
 Coronary catheterization (angiogram)
PENATALAKSANAAN:
Pasien yang mendadak kolaps ditangani melalui 5 tahap,
yaitu:
 Respons awal
 Penanganan untuk dukungan kehidupan dasar (basic life
support)
 Penanganan dukungan kehidupan lanjutan (advanced
life support)
 Asuhan pasca resusitasi
 Penatalaksanaan jangka panjang
ASUHAN KEPERAWATAN
Kasus :
Seorang mahasiswa laki-laki berusia 20 tahun sedang merokok di parkiran kampus. Tiba-tiba dadanya sesak dan dia tidak sadarkan diri. Pasien di bawa
kerumah sakit Kasih Ibu Saba Gianyar, Setelah di cek nadi carotisnya tidak ada.
ANALISA DATA Data Analisa Masalah Keperawatan
DS: Cardiac arrest Gangguan Perfusi serebral
DO: - kemampuan pompa jantung menurun
- Warna kulit pucat - Curah Jantung menurun
- Kulit Dingin - Suplai O2 ke otak tidak terpenuhi
- CRT > 2 detik
DS: Cardiac arrest Gangguan perfusi jaringan
DO: - kemampuan pompa jantung menurun
- Cianosis kuku dan bibir - Curah Jantung menurun
- Suplai O2 ke jaringan tidak terpenuhi
DO: Cardiac arrest Gangguan pertukaran gas
DS: - kemampuan pompa jantung menurun
- Nilai GDA tidak normal - Curah Jantung menurun
- Terlihat distress pernafasan - Suplai O2 ke seluruh tubuh menurun
- Kebutuhan O2 di paru-paru tidak
Terpenuhi
DS: Cardiac arrest Penurunan curah jantung
DO: - kemampuan pompa jantung menurun
- Tekanan darah tidak ada - Curah Jantung menurun
- nadi perifer tidak teraba
DIAGNOSA KEPERAWATAN :
1. Penurunan Curah Jantung
2. Gangguan perfusi cerebral
3. Gangguan Perfusi Jaringan
4. Gangguan pertukaran gas
 INTERVENSI
1. Penurunan curah jantung b.d kemampuan pompa jantung menurun
Tujuan : Meningkatkan kemampuan pompa jantung
 Kriteria hasil :
a. Nadi perifer teraba
b. Tekanan darah dalam batas normal
No NIC NOC
1 Lakukan Pijat Jantung untuk mengaktifkan kerja pompa jantung

2 Berikan oksigen tambahan denganMeningkatkan sediaan oksigen untuk kebutuhan


kanula nasal/masker dan obat sesuaimiokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia.
indikasi (kolaborasi) Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan
volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas.

3 Palpasi nadi perifer Penurunan curah jantung dapat menunjukkan


menurunnya nadi radial, dorsalis pedis dan
postibial. Nadi mungkin hilang atau tidak teratur
untuk dipalpasi.

4 Pantau Tekanan Darah Pada pasien Cardiac Arrest tekanan darah menjadi
rendah atau mungkin tidak ada.

5 Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis Pucat menunjukkkan menurunnya perfusi sekunder
terhadap tidak adekuatnya curah jantung.
2. Gangguan perfusi serebral b.d penurunan suplai O2 ke otak
Tujuan : Sirkulasi darah kembali normal sehingga transport O2 kembali lancar
Kriteria hasil :
a. Pasien akan memperlihatkan tanda-tanda vital dalam batas normal
b. Warna dan suhu kulit normal
c. CRT < 2 detik.
No NIC NOC
1 Berikan vasodilator misalnya Obat diberikan untuk meningkatkan sirkulasi
nitrogliserin, nifedipin sesuai miokardia.
indikasi
2 Posisikan kaki lebih tinggi dari Mempercepat pengosongan vena superficial,
jantung mencegah distensi berlebihan dan meningkatkan
aliran balik vena
3 Pantau adanya pucat, sianosis dan Sirkulasi yang terhenti menyebabkan transport O2
kulit dingin atau lembab ke seluruh tubuh juga terhenti sehingga akral
sebagai bagian yang paling jauh dengan jantung
menjadi pucat dan dingin.
4 Pantau pengisian kapiler (CRT) Suplai darah kembali normal jika CRT < 2 detik
dan menandakan suplai O2 kembali normal
3. Gangguan pertukaran gas b.d suplai O2 tidak adekuat
Tujuan : Sirkulasi darah kembali normal sehingga pertukaran gas dapat berlangsung
Kriteria hasil :
a. Nilai GDA normal
b. Tidak ada distress pernafasan

No NIC NOC

1 Berikan O2 sesuai indikasi Meningkatkan konsentrasi oksigen


alveolar dan dapat memperbaiki
hipoksemia jaringan

2 Pantau GDA Pasien Nilai GDA yang normal menandakan


pertukaran gas semakin membaik

3 Pantau pernapasan klien Untuk evaluasi distress pernapasan


DAFTAR PUSTAKA
 PPGD basic I, Perhimpunan Kedokteran Gawat Darurat Indonesia, 2011
 PPGD basic I, Instalasi Gawat Darurat RSUP DR. Hasan Sadikin, Bandung
 Ulfah AR,. Advance Cardiac Life Sipport, Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.
Jakarta. 2003
 AHA Guidelines For CPR and ECC, 2010
 http://cardiacku.blogspot.com/2011/07/resusitasi-jantung-paru.html
 askep-net.blogspot.com/2012/03/resusitasi-jantung-paru.html, Postingan 12 Maret
2012
“TERIMAKASIH”

You might also like