Anggota: Abednego Siagian Agung Vinel Putra S. Depari Niko Mahyudi

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 19

Kelompok 4

Anggota:
Abednego siagian
Agung vinel putra s. depari
Niko mahyudi
HAKEKAT PENDIDIKAN

1.Pengertian pendidikan
Pendidikan ialah proses pengubahan sikap dan tata
laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran
dan pelatihan (kamus besar bahasa Indonesia 1991)
Menurut john dewey pendidikan merupakan proses
pembentukan kemampuan dasar yang fundamental,
baik menyangkut daya pikir atau daya intelektual,
maupun daya emosional atau perasaan yang
diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada
sesamanya.
Hakekat pendidikan ialah proses
kegiatan mengubah prilaku individu
kearah kedewasaan dan kematangan
dalam arti yang seluas-luanya, baik
melalui pemberdayaan dan rekayasa,
maupun pembebesan belenggu
kebodohan, kemiskinan, rendah diri,
serta perbudakan (nursed
sumaatmadja. 2002)
2.Tujuan pendiddikan
Tujuan pendidikan yang merupakan suatu pernyataan
yang jelas akan meupakan suatu pernyataan yang jelas
akan merupakan dasar uatama bagi pemilihan metode,
bahan atau materi pendidikaan, dan pemilihan alat-alat
untuk menilai apakah pendidikan itu telah terlaksanakan
dengan baik atau telah berrhasil. Robert f. mager(dalam
M. Ngalim Purwant. 2003) menjelaskan ada tiga alasan
pokok mengapa pendidik harus memperhatikan atau
merumuskan tujuan pendidikannya.
Pertama, dengan merumuskan tujuan pendidikan dengan
jelas, maka pendidik akan dapat memilih dan merancang
bahan pembelajaran, alat, dan metode yang tepat untuk
digunakan dalam pendidikan ata pembelajaran.
Kedua, keberhasilan pembelajaran ditentukan
oleh pencapaian hasil sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam hal ini, perlu dilakukan
asesmen untuk menilai pencapaian tujuan.
Ketiga, bila tujuan tidak dirumuskan, sudah tentu
pendidik akan mengalami kesulitan dan bahkan
tidak akan dapat mengorganisasikan materi atau
bahan pelajaran dan kegiatan-kegiatan serta
usaha-usaha peserta didik dalam pencapaian
tujuan pembelajaran.
Hirarki tujuan pendidikan dapat dibedakan
menurut luas dan sempitnya isi tujuan itu yang
sekaligus berkaitan dengan jauh dekatnya jarak
waktu untuk mencapai tujuan pendidikan
tersebut.
Berdasarkann luas dan sempitnya
isi tujuan serta jauh dekatnya
jarak waktu untuk mencapai
tujuan pendidikan tersebut, maka
dapat disusun menurut hirarkinya
seperti berikut ini; tujuan
pendidikan nasioanal, standar
kompetensi lulusan , kompetennsi
inti, kompetensi dasar, dan
indikastor.
1. Tujuan pendidikan nasional. Tujuan ini berlaku untuk
seluruh lembaga pendidikan yang diselenggarakan oleh
Negara. Tujuan pendidikan nasional atau Negara Indonesia
tercantum dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003
tentang system pendidikan national; pendidikan bertujuan
untuk berkembangnya potensi pesrta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang
maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan
bertanggunng jawab.
2. Standar kompetensi lulusan. Tujuan ini merupakan
tujuan masig-masing lembaga atau jenis tingkatan
sekolah. Tujuan ini tercantum didalam kurikulum
sekolah/lembaga pendidikan yang menggabarkan prilaku
atau performance yang harus dimiliki peserta didik
setelah selesai belajar disekolah tersebut.
3. Kompetensi inti. Kompetensi inti merupakan tingkat
kemampuan untuk mencapai standar kompetensi
lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada
setiap tingkat kelas atau progam yang menjadi landasan
pengembangan kompetensi dasar. Yang mencakup sikap
spiritual, sikap social, pengetahuan, dan keterampilan.
4. Kompetensi dasar. Kompetensi dasar merupakan
tingkat kemampuan dalam konteks muatan
pembelajaran, pengalaman belajar, atau mata
pelajaran yan mengacu pada kompetensi inti.
5. Indicator. Karena tujuan inilah yang langsung dimiliki
pesrta didik setelah seelesai pembelajaran, maka
perumusan tujuan ini harus jelas, spesifik, terukur, dan
berupa hasil belajar, prilaku atau performance peserta
didik yang mencakup aspek sikap spiritual, sikap social,
pengtahuan, dan keterampilan.
3. Pilar pendidikan
UNESCO mengemukakan bahwa pendidikan disokong
empat pilar yang disebut dengan empat pilar pendidikan
yakni; learning to know, learning to do, learning to be, dan
learning to live together.
a. Learning to to know salah satu pilar untuk mengetahui
banyak hal yanjg sangat diperlukan dalam hidup dan
kehidupan manusia.
b. Learning to do salah satu pilar pendidikan yang
menekankan pada aktivitas kemampuan untuk
melakukan atau mengaktualisasikan dalam kehidupan
dan kehidupanya apa yang diketahuinya.
c. Learning to be merupakan pilar pendidikan
yang mengembangkan kepribadin dirinya sendiri
dan mampu berbuat dengan kemandirian yang
lebih besar, perkembangan dan tanggung jawab
pribadi.
d. Learning to live together merupakan pilar
pendidikan yang mengacu pada pembinaan dan
pemmbentukan kemampuan untuk menghidupi
kehidupan bersama dengan orang lain.
4. Aliran-aliran pendidikan
a. Navitisme
Aliran ini dipelopori oleh Schopenhauer filsuf
bangsa jeman (1788-1860), yang berpendapat
bahwa manusia lahir dengan pembawaan baik
dan buruk.
Menurut kaum navitisme, pendidikan tidak
dapat mengubah sifat-sifat pembawaan, dengan
kata lain, pendidikan tidak mempunyai arti apa-
apa, merupakan pekerjaan yang sia-sia.
b. Naturalisme
Aliran ini dipelopori oleh j. j. rousseau seoraang filssuf bangsa perancis
(1712-1778). Beliau berpendapat dalam bukunya emile bahwa semua
adalah baik pada waktu baru datang dari tangan sang pencipta, tetapi
semua menjadi buruk di tangan manusia.
c. Empirisme
Aliran epirisme berpendapat berlawanan dengan penganut aliran
navitisme, karena mereka berpendapat bahwa dalam perkembangan anak
menjadi maanusia dewasa sama sekali dintentukan oleh lingkungannya.
Tokoh aliran ini adalah jhon locke (1631-1704), seorang filssuf bangsa
inggris, yang berpendapat bahwa manusia lahir kedunia ini sebagai kertas
kosong, bersih, putih, atau meja berlapis lilin (tabula rasa) yang belum ada
tulisan diatasnya. Jadi menurut john locke mnusia lahir kedunia tanpa
pembawaan.
d. Konvergensi
Tokoh aliran atau teori ini adalah William stern, seorang
ahli ilmu jiwa baangsa jerman (1871-1939). Ia
berpendapat bahwa pembaawaan dan lingkungan
kedua-duanya menentukan perkembangan manusia.
William stern berpandapat bahwa aliran navitisme dan
empirisme masing-masing terlalu ekstrim kepada
pengaruh bawaan atau bakat dan lingkungan atau
pendidikan.
5. Lingkungan pendidikan
Sertain seorang ahli psikologi amerika mengatakan bahwa yang
dimakssud dengan lingkungan (environment) melitupi semua
kondisi dalam dunia ini yang dengan cara tertentu
mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan,
perkemnbangan atau life processes kita kecuali gen-gen.
Yang disebut linkungan pendidikan adalah semua lingkungan
yang memberikan pengaruh terhaadap perkembangan
kepribadian seseorang.
Lingkungan pendidikan dapat dibagi menjadi atas lingkungan
yang bersifat sosial (yang berhubungan dengan manusia) dan
ada lingkungan yang bukan manusia tetapi alam diantaranya;
keadaan geografis, iklim, lalpangan kehidupan, hasil-hasil
budaya, dan peninggalan sejarah.
Sedangkan lingkungan manusia dapat dibagi menjadi
tiga bagian yakni, lingkungan keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan masyarakat. Karena begitu
besar pengaruh ketiga lingkungan tersebut terhadap
pertumbuhan dan perkembangan seseorang, maka ki
hajar dewantara menyebutnya dengan tri pusat
pendidikan.
Berikut ini akan dijelasan tripusat pendidikan, yakni
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan
masyarakat.
a. Lingkungan keluarga
Lingkungan keluarga adalah lingkungan pendidikn yang
pertama, karena keluargalah yang pertama menyambut
kedatangan atau kelahiran anak dan merupakan buah kasih
dari orangtua. Orang tua disebut juga sebagai pendidik yang
pertama dan utama; kelahiran anak di tengah keluarga
memberi tanggung jawab pada orangtua untuk membimbing
anak-anaknya dalam pertumbuhan dan perkembangannya.
Sesuai dengan keduduukan dan fungsinya, keluarga sebagai
lembaga pendidikan yang pertama dan utama, maka tugas
utama dari keluarga bagi pendidikan anak adalah merupakan
peletak dasar bagi pendidikan pengembangan kepribadian
anak, seperti pendidikan akhlak, norma susila, tatakrama
kehidupan, keagamaan, sopan saantun, kejujuran dan
pembentukan sifat dan sikap yang lainnya.
b. Lingkungan sekolah
Lingkungan sekolah disebut lingkungan kedua dalam
pelaksanaan pendidikan anak.sekolah merupakan satuan
pendidikan yang menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar
secara formal. Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja
dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Sekolah
bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya. Karena sebagai lembaga terhadap
pendidikan, diantaranya ssb;
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-
kebiasaan yang baik serta menanamkan budi pekerti yang
baik.
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam
masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan di rumah.
3. Di sekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika,
membenarkan yang benar atau salah, dan sebagainya.
c. Lingkungan masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan linkungan ketiga dalam
proses pembentukan kepribadian anak-anak sesuai dengan
keberadaannya. Tidak semua dari ilmu pengetahuan,
keterampilan, dan sikap dapat dikembangkan dalam
keluarga maupun oleh sekolah dalam diri anak, karena
keterbatasan dana dan kelengkapan lembaga tersebut.
Kekurangan yang dirasakan dapat diisi dan dilengkapi oleh
lingkungan masyarakat dalam membina pribadi peserta
didik secara utuh dan terpadu.pendidikan dalam
lingkungan masyarakat akan berfungsi sebagai pelengkap
(complement), pengganti(substitute) dan tambahan
terhadap pendidikan yang diberikan oleh lingkungan lain
(Dewantara. 1987: 120)

You might also like