Presjur Kusta

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 16

American Journal of Clinical and Experimental Medicine doi: 10.11648/j.ajcem.20170504.

15

Suci Budhiani, Sri Vitayani Muchtar, Safruddin Amin

Oleh :
Ranum Bela Septiana
J130185032
Abstrak

Background : Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium leprae, yang
merupakan bakteri intraseluler obligat.
Purpose : Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat interleukin-12 dan interleukin-4 pasien kusta
multibasiler sebelum dan sesudah terapi kombinasi Rifampicine Ofloxacine Minocycline (ROM) selama tiga
bulan.
Methods : Penelitian ini menggunakan desain observasional analitik dengan metode penelitian kohort pra dan
pasca pengobatan prospektif. Sampel diambil di poliklinik Rumah Sakit Umum Pusat Perawatan Kulit dan Rumah
Sakit Ibnu Sina. Pemeriksaan sampel dilakukan di laboratorium NECHRI, Rumah Sakit Pengajaran Universitas
Hasanuddin. Sampel adalah sepuluh pasien baru tipe kusta MB. Sampel darah diambil sebelum dan sesudah
terapi ROM selama tiga bulan. Tingkat interleukin-12 dan interleukin-4 dinilai menggunakan teknik ELISA.
Conclusion : Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada perubahan signifikan pada tingkat interleukin-12 dan
interleukin-4 pada pasien kusta multibasiler sebelum dan sesudah terapi ROM selama tiga bulan.
Introduction

Kusta adalah penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri


Mycobacterium Leprae, bakteri intraseluler obligat. Penyakit ini ditandai dengan
progresifitas lambat, infektivitas tinggi dan patogenisitas rendah. Klasifikasi kusta
ada dua, yaitu pausibaciler dan multibasiler.

Sumber infeksi utama yang dicurigai adalah pasien multibasiler, yang membawa
banyak bakteri di kulit mereka, dan mampu menularkan bakteri dalam jumlah
besar dari hidung, dengan rata-rata 107 per hari. Peran pentingnya sistem
kekebalan dalam kusta ditunjukkan oleh manifestasi klinis dan ditentukan oleh
sistem kekebalan inang.
Material and Method

Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di poliklinik Perawatan Kulit Rumah Sakit Umum Pusat, dan Rumah Sakit Ibnu Sina di
mana sampel dikumpulkan, dan laboratorium NECHRI Rumah Sakit Universitas Hasanuddin untuk
pengukuran sitokin menggunakan teknik ELISA, dari April 2016 - Juli 2016.

Desain san Variabel Penelitian


Ini adalah penelitian observasional analitik dengan metode kohort pra dan pasca pengobatan prospektif.
Variabel penelitian terdiri dari: variabel independen (M. Leprae dan kekebalan tubuh), variabel terkontrol
(ROM dan usia), dan variabel dependen (IL-12 dan IL-4).

Populasi dan Sampel


Populasi penelitian adalah pasien kusta MB yang baru didiagnosis (klasifikasi WHO) dan mengunjungi
poliklinik umum rumah sakit poliklinik umum Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar, Perawatan Kulit Rumah
Sakit Umum Pusat, Rumah Sakit Tajuddin Khalid, Rumah Sakit Ibnu Sina dan rumah sakit jaringan lainnya.
Sampel penelitian adalah seluruh populasi yang memenuhi kriteria inklusi. Sampel diambil secara
berurutan, dengan jumlah total 10 pasien.
Pengumpulan data
Semua pasien yang memenuhi syarat dicatat untuk identitas lengkap (nama,
nomor registrasi, usia, jenis kelamin, alamat), riwayat medis dan pemeriksaan
fisik untuk menegakkan diagnosis kusta MB. Sebelum foto perawatan diambil,
pasien diminta untuk membaca dan menandatangani informed consent. Sampel
darah diambil dua kali, pertama sebelum pengobatan dan kedua setelah 3 bulan
pengobatan dengan ROM dengan dosis masing-masing 600 mg, 400 mg, 100 mg
untuk menentukan tingkat IL-12 dan IL-4 menggunakan teknik ELISA.

Analisis Data
Data diolah menggunakan SPSS versi 23 dan disajikan dalam bentuk tabel atau
grafik. Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan uji Wilcoxon dengan
nilai signifikansi p <0,05.
Result

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat IL-12 dan IL-4 sebelum dan
sesudah tiga bulan pengobatan dengan ROM tidak berbeda secara signifikan.
Jumlah pasien sepuluh dan semuanya adalah laki-laki (100%). Dari literatur, laki-
laki memiliki prevalensi lebih tinggi dari kusta tipe MB. Ini mungkin disebabkan
laki-laki lebih rentan terhadap kusta tipe MB dibandingkan dengan perempuan,
sehingga ada lebih banyak pasien laki-laki yang mengunjungi klinik dermatologi
atau rumah sakit untuk mencari pengobatan
Table 1. Comparison of IL-4 Level Before and After 3 Months Treatment with ROM.

IL-4 (pg/ml)

Before After

Mean 27.86 21.15

Median 18.71 13.67

Standart Deviation 32.43 24.92

Range 5.05-115.90 5.63-89.02


Table 2. Comparison of IL-12 Level Before and After 3 Months
Treatment with ROM.

IL-12 (pg/ml)

Before After

Mean 390.72 315.35

Median 289.28 296.49

Standart Deviation 311.14 105.83

Range 133.25-1210.8 204.41-572.51


Discussion

Dalam penelitian ini, sebagian besar pasien berusia 46-60 tahun. Studi dari
Paraiba Federal University menunjukkan bahwa kusta memiliki frekuensi tertinggi
pada usia yang lebih tua. Insiden ini mungkin disebabkan oleh periode inkubasi
panjang kusta, dengan durasi rata-rata 2-7 tahun. Penjelasan lain pada fenomena
ini adalah bahwa kusta yang terjadi pada penduduk yang lebih tua yang tinggal di
daerah endemik sering disebabkan oleh infeksi ulang atau superinfeksi dari orang-
orang yang pernah mengalami kusta subklinis di masa lalu, namun mereka
mengalami penurunan respon imun terhadap bakteri M. Leprae.
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang didiagnosis dengan kusta tipe
MB. Hal ini ditandai dengan imunitas yang rendah dengan respon humoral Th-2, dan
mRNA yang dihasilkan terutama IL-4, IL-5 dan IL-10. Sitokin ini diduga berkontribusi
terhadap kekebalan tidak responsif dan kegagalan aktivasi makrofag pada kusta,
sehingga tidak mampu menahan pertumbuhan bakteri.
.

Sel-sel dari sistem kekebalan tubuh menghasilkan sitokin sebagai respon terhadap
rangsangan antigenik. Dalam hal ini, sitokin pasien kusta dihasilkan sebagai respons terhadap
rangsangan imun oleh antigen M. leprae, dan ketika antigen ini berkurang setelah pengobatan,
produksi sitokin juga menurun dan mungkin berkurang ke tingkat normal seperti pada subjek yang
sehat jika antigen ini benar-benar berkurang.
Interleukin-4 pertama kali dikenal sebagai sitokin penting dalam pengembangan respons Th-
2, sedangkan IL-12 mewakili respons Th-1. Dalam penelitian ini, tidak ada perbedaan yang
signifikan pada tingkat IL-4 atau IL-12 sebelum dan sesudah pengobatan dengan ROM selama tiga
bulan. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Bandjar (2015) yang menyelidiki efek pengobatan
MDT-MB setelah tiga bulan pada level IL-12 dan IL-4. Hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor :
1. Pasien dalam penelitian ini menderita kusta borderline yang status kekebalannya sangat tidak
stabil
2. Beberapa pasien memiliki Th0 sedangkan yang lain dengan tipe klinis yang sama memiliki
respon Th1 atau Th2
3. Durasi pengobatan dalam penelitian yang hanya dilakukan selama tiga bulan
Conclussion and Suggestion

Peneliti menyimpulkan bahwa tingkat IL-12 dan IL-4 tidak berbeda secara signifikan
setelah pengobatan dengan ROM selama tiga bulan. Ini mungkin karena faktor termasuk status
kekebalan pasien tidak stabil dan memiliki pola sitokin campuran (Th0) karena mereka dalam
bentuk borderline, dan durasi penelitian yang singkat yang hanya tiga bulan.
Disarankan untuk melakukan penelitian lanjutan untuk mengevaluasi tingkat IL-12 dan IL-
4 secara bertahap setelah 6, 9 dan 12 bulan pengobatan pasien kusta MB. Penyaringan sampel yang
lebih ketat harus dilakukan untuk mengurangi semua keterbatasan penelitian ini yang diharapkan
akan menghasilkan hasil yang lebih akurat.
Kelebihan dan keterbatasan

Keterbatasan penelitian ini adalah durasi penelitian yang singkat, tidak ada
kontrol, tidak ada klasifikasi histopatologi, dan tidak ada skrining untuk malnutrisi dan
penyakit seperti infestasi parasit, alergi rinitis, asma bronkial dan dermatitis atopik,
maka pengaruh kondisi ini terhadap peningkatan atau penurunan kadar sitokin tidak
dapat dihindari.
Penelitian ini adalah yang pertama untuk mengevaluasi efek terapi ROM pada
profil sitokin pasien kusta MB. Namun, karena keterbatasannya, hasilnya belum
mewakili efektifitas ROM. Dengan demikian, penelitian lebih lanjut dengan skrining
yang lebih ketat diperlukan.
UNDERLYING PROCESS
M. Leprae

Sistem imun
(makrofag)

CD4

TH1 TH2

IFN gamma Giant cell IL-4


IL-2 IL-5
IL-7 IL-10
IL-12
IL-15
Menghambat sel TH1
IL-18

Tuberculoid pole (TT) Kegagalan aktivasi makrofag

Penurunan pertumbuhan Tidak mampu menahan pertumbuhan bakteri M. Leprae


bakteri M. Leprae

Inflamasi

You might also like