Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 55

EKONOMI SUMBERDAYA HUTAN

Oleh: Prof.Dr.Ir. Abdul Rauf, MP


(Fakultas Pertanian USU)

Ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia


dalam memanfaatkan sumberdaya hutan
agar fungsinya dapat dipertahankan dan
ditingkatkan dalam jangka panjang

Penerapan Ilmu Ekonomi di dalam


kegiatan Kehutanan
Pengertian Dasar:
 Hutan  lapangan bertumbuhan pohon-pohon
yang secara keseluruhan merupakan persekutuan
hidup alam hayati beserta alam lingkungannya
dan yang ditetapkan pemerintah sebagai hutan.
 Kehutanan  segala pengurusan yang berkaitan
dengan hutan, meliputi kegiatan-kegiatan yang
bersifat biologis (reboisasi, penghijauan,
silvikultur) (KPH), hingga berbagai kegiatan
administrasi pengurusan hutan (Dinas).
 Hutan merupakan hamparan
flora dan fauna, tanah dan
organismenya, berbagai jenis
mineral, air dan udara segar yang
merupakan syarat bagi
berlangsungnya kehidupan.

 Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945,


mengisyaratkan :
Pengelolaan hutan sebagai
kekayaan negara, harus
diarahkan untuk tetap
memperhatikan fungsi ekologi,
fungsi produksi, fungsi sosial,
dan fungsi ekonomi, baik bagi
masyarakat maupun negara.
Daratan Indonesia = ± 189,15 juta ha
Kawasan hutan = ± 143,57 juta ha (76%)
Berdasarkan TGHK 1983:
• Hutan lindung = ± 30,32 juta ha (16%)
• Hutan konservasi = ± 18,73 juta ha (10%)
• Hutan produksi = ± 64,39 juta ha (34%)
• Hutan produksi yang
dapat dikonversi= ± 30,13 juta ha (16%)
Sifat-sifat Khas SDH
• Proses produksi SDH tergantung alam (produk tidak
homogen)
• Proses produksi berlangsung lama  produk yang
dipanen apakah sudah sebagai produk akhir atau masih
sebagai modal yang sedang dalam pertumbuhan
• Hasil hutan terutama kayu tidak sama umur dan
volumenya dalam luasan yang sama
• SDH memiliki potensi produksi beragam (barang dan
jasa secara bersamaan)  joint products
• Managemen lebih komplek
• Banyak komoditi serbaguna hutan belum diukur nilainya
secara tepat oleh hukum permintaan dan penawaran
1.Lahan, tanah
Sumberdaya & air
2.Vegetasi &
Ekonomi Komponen
Hutan Hayati
3.Lingkungan
1.Tangible (Kentara): Kayu
& Non-kayu (Rotan,
Getah, Madu,
Buah-buahan, dll)
Hasil Hutan 2.Intangible (Tidak
Kentara): Perlindungan
tanah, Pelestarian SD.Air,
Penjernih Udara, Produk
pariwisata, dll
• Produksi, Penawran,
Permintaan, biaya produksi,
harga  Kajian Ekonomi Mikro
 Barang dan jasa HH yang
menguntungkan unit dan
pelaku usaha
Ruang Lingkup ESDH
• Kesempatan kerja, Pendapatan
produk domestik,
Pertumbuhan ekonomi 
Kajian Ekonomi Makro 
Memanfaatkan SDH untuk
sebesar-besar kemakmuran
rakyat
ESDH: Prinsip Ekonomi
 Prinsip Ekologi

Berlandaskan pada pertanyaan:


 Mengapa suatu jenis pohon harus ditanam
 Kapan suatu jenis pohon harus dipanen
 Bagaimana menentukan pemanfaatan hasil
hutan (baik barang maupun jasa)
Mengapa Suatu Jenis Pohon Harus Ditanam

• Memiliki nilai ekonomi tinggi


• Jenis pohon sudah langka tetapi memiliki
banyak manfaat
• Memiliki nilai ekologis:
– Pohon pionir
– Pohon penyerap dan penyimpan air
Kapan suatu jenis pohon harus dipanen
• Mencapai batas umur biologis
• Spesifikasi produk hilir
• Keseimbangan dengan nilai ekonomis

Bagaimana menentukan manfaat hasil hutan


• Sesuai permintaan pasar
• Nilai ekonomi jenis produk (kayu, non-kayu,
atau jasa)
1. Memberi arahan tentang:
a. komoditi apa yang akan
diusahakan,
b. produk apa yang akan
dihasilkan,
c. Berapa volume/jumlahnya
d. Kapan ditanam,
Peranan ESDH dalam
e. Kapan dipanen
Pengelolaan Hutan f. Bagaimana cara memanen
g. Berapa harga jual
2. Efisiensi dan optimalisasi
pengelolaan hutan 
menguntungkan dan berkelanjutan
3. Pertimbangan dalam konservasi
dan rehabilitasi hutan
illustrasi

1. Alokasi dana harus


efisien dalam mencapai
tujuan,
2. Harus menguntungkan
Pertimbangan Ekonomi masyarakat di sekitar
pada Program GNRHL hutan  hutan lestari
masyarakat sejahtera
3. Harus mendorong
perekonomian nasional
dan regional
1. Penyediaan devisa untuk
membangun sektor lain,
2. Penyediaan kawasan dan
lahan untuk
pembangunan sektor lain
Peranan SDH sebagai
(terutama perkebunan,
Penggerak Perekonomian
industri, dan pariwisata)
3. Pelayanan jasa
lingkungan hidup dan
lingkungan sosial
masyarakat
Nilai Ekonomi Hasil Hutan  Nilai manfaat
suatu barang atau jasa hutan bagi
manusia)

BP
N=
JV
N = Nilai Ekonomi Hasil Hutan (Rp/unit volume)
BP = biaya pengadaan hasil hutan (Rp/pengambilan)
JV = jumlah volume hasil hutan (unit volume/pengambilan)
Kemampuan sektor kehuatanan dalam perolehan devisa
(menyerap investasi) sejak dilakukan pengusahaan hutan dan
industri kehutanan (Nugraha dan Rudianto, 2008):

No. Bentuk dan Lapangan Investasi US$ Milyar %


1 Industri pulp dan kertas 16,0 57,62
2 Kayu lapis 3,30 11,88
3 HPH 3,28 11,81
4 HTI 3,00 10,80
5 Kayu gergajian dan kayu olahan 1,03 3,71
6 Meubel 0,80 2,88
7 Perekat 0,19 0,68
8 Kerjinan 0,17 0,61
TOTAL INVESTASI 27,77 100,00
1. Kayu merupakan produk
multiguna
2. Konsumsi hasil hutan (kayu
dan non-kayu) relatif stabil
dari waktu ke waktu
3. Investasi usaha relatif kecil
Sifat Produk SDH
4. Memiliki forward linkage dan
sebagai Penggerak
backward linkage yang kuat
Perekonomian
dengan sektor ekonomi
lainnya
5. Mendorong perkembangan
perekonomian pedesaan
6. Usaha dan teknologi industri
hasil hutan relatif mudah
1. Kegiatan budidaya hutan
(penanaman, pemeliharaan,
dan perlindungan hutan)
2. Kegiatan pemanenan hasil
hutan
Peranan SDH dalam
3. Kegiatan industri hasil hutan
Penyediaan Lapangan
4. Kegiatan jasa sektor
Kerja
kehutanan  perdagangan
hasil hutan, transportasi,
pariwisata, pendidikan dan
konsultan pembangunan
kehutanan
Sektor Kehutanan diperkirakan menyerap
tenaga kerja sebanyak 21,5 juta orang
(Alam, dkk., 2009):

• 15,09 juta orang di kawasan hutan produksi


• 4,31 juta orang di kawasan suaka alam dan
pelestarian alam
• 3,9 juta orang di kawasan hutan lindung dan
kawasan konservasi
• 0,2 juta orang di kawasan hutan wisata
1.Perlindungan plasma
nutfah
Peranan SDH dalam 2.Mempertahankan
Pelayanan Jasa keanekaragaman hayati
Lingkungan 3.Pariwisata  Ekowisata
4.Pemeliharaan tata air
5.Pembersih udara
Bentuk pemanfaatan (transfer nilai)
keanekaragaman hayati hutan:
• Pengkajian/penelitian dan pengembangan
• Penangkaran
• Perburuan
• Perdagangan
• Peragaan
• Pertukaran
• Budidaya tanaman obat dan tanaman hias
• Pemenuhan hobby
Transfer nilai sumberdaya air dari kawasan hutan:
• Pengendalian banjir
• Sumber air irigasi dan waduk
• Sumber air pembangkit tenaga listrik
• Sumber air domestik dan industri
• Transportasi air
• Rekreasi
• Perikanan
• Pengendalian pencemaran air
• Pengendalian tanaman dan hewan air
• Drainase dan pengembangan rawa
• Pengendalian sedimen
• Pengendalian intrusi air laut
• Pengendalian kekeringan dan pengembangan air tanah
HUTAN MEMITIGASI PERUBAHAN IKLIM

Fenomena perubahan iklim global yang


terjadi karena meningkatnya
konsentrasi gas rumah kaca di amosfer
sebagai akibat dari perubahan
tataguna lahan, penggunaan bahan
bakar fosil dan emisi dari sektor
industry (IFCA, 2008).

Hutan sebagai Komponen penting dalam


menyerap dan menyimpan gas rumah kaca
karbon dioksida (CO2) dalam suatu ekosistem
atau lingkungan hidup
STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

“Dalam kerangka
CDM, REDD (Reducing
Pembuatan Hutan Emission from Deforestation
Tanaman and Degradation) dan REDD+
(+ fiksasi karbon) Indonesia
sangat berpotensi dan
memiliki peluang yang sangat
tinggi mengingat
ketersediaan sumberdaya
Menyerap Gas Alat Mitigasi hutannya yang melimpah” .
Rumah Kaca Pembangunan Perubahan
CO2 Hutan Iklim
“Untuk hutan tanaman
dengan jenis cepat tumbuh,
kisaran biomasa yang
dihasilkan sampai tanaman
berumur 8-10 tahun adalah
Clean Development Mechanism 100-150 ton per ha, setara
dengan 225 ton CO2 per ha”.
Peranan sektor kehutanan sebagai penggerak
perekonomian (sebagai “Emas Hijau”) mulai
menurun sejak:

KTT Bumi Rio de Jeneiro, 1992


• Konvensi perubahan iklim bertujuan menstabilkan
konsentrasi gas rumah kaca pada tingkat aman
Protokol Kyoto, 1997
• Mekanisme CDM (Clean Development Mechanism)
• Penerapan pembangunan berkelanjutan
menggunakan komoditas Certified Emission
Reduction (CER)
Alternatif dalam mempertahankan “emas
hijau”:

• Pembangunan Hutan Tanaman (Silvikultur) 


mengatasi ketimpangan pasokan bahan baku
dengan kebutuhan industri perkayuan

• Peningkatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) 


rotan, madu, getah, buah, tanaman obat,
tanaman hias, pangan dan pakan.
Hutan Tanaman Industri (HTI) berbasis
pohon bernilai ekonomi tinggi, berpotensi
HHBK:
• Pengembangan tanaman dan industri obat-obatan 
silvomedicine
• Pengembangan tanaman pangan  agroforsetry
(agrosilvikultural)
• Pengembangan pakan dan atau ternak  silvopastural 
industri pupuk organik
• Produksi air sumber kehidupan (konservasi mata air) atau
air dalam kawasan HTI sebagai media tumbuh ikan 
silvofishery
• Pengembangan lebah madu  apikultural
Memproduksi Hasil Hutan
Fungsi Produksi:
Q = f (L, M, TK, E)
• Q = tingkat output
• L = lahan
• M = modal
• TK = tenaga kerja
• E = Enterpreneur
Produksi Jasa Sumberdaya Hutan
A. Ekonomi Penggunaan Ganda (Multiple Use)
SDH:
1) Multiple Use Joint Production:
– Technically fixed proportion  antar produknya
memiliki ratio yang konstan  contoh: pohon
penghasil getah (Pinus, Jelutung, Karet)  getah
dipanen sebelum kayu layak (mencapai umur) panen
– Technically variable proportion  antar produknya
memiliki ratio bervariasi  contoh: pohon dan
ternak, pohon dan tanaman obat, dll
2) Multiple Use Interpretation:
• Membagi kawasan hutan menjadi unit-unit
pengelolaan  unit produk utama (primary
use) dan unit produk sampingan (secondary
use)

• Tidak membagi kawasan ke dalam unit-unit


pengelolaan  lebih mengutamakan
kombinasi produk yang memberikan
penerimaan bersih semaksimal mungkin
Ekonomi Jasa Lingkungan Hutan
• Jasa lingkungan hutan  jasa yang diberikan oleh
ekosistem hutan yang nilai dan manfaatnya dapat
dirasakan langsung maupun tidak langsung oleh
stakeholders
– Wisata alam/rekreasi
– Perlindungan sistem hidrologi
– Kesuburan tanah
– Pengendalian erosi dan banjir
– Keindahan
– Keunikan
– Kenyamanan
– Pendidikan, penelitian dan pengembangan
• Pemanfaatan jasa lingkungan  kegiatan
bisnis (usaha) yang tidak merusak/mengurangi
fungsi pokok ekosistem hutan:
– Usaha rekreasi hutan (wisata alam)
– Usaha olahraga tantangan
– Usaha pemanfaatan air
– Usaha carbon trade
– Usaha penyelamatan hutan dan lingkungan
(penangkar bibit, fauna dan flora)
Kuantifikasi nilai manfaat jasa lingkungan
hutan:
• Willingness to pay  kesediaan pemanfaat jasa
lingkungan hutan untuk membayar
• Travel cost method  metode biaya perjalanan
wisata/pemandu olahraga tantangan
• Beneficiary pays principles  prinsip membayar
bagi pemanfaat/penerima jasa lingkungan
• Voluntary pays principles  prinsip membayar
secara sukarela
Kategori Nilai Ekonomi SDH (Munasinghe, 1993)

NILAI EKONOMI TOTAL

NILAI PENGGUNAAN NILAI NON-PENGGUNAAN

NILAI PENGGUNAAN NILAI PENGGUNAAN NILAI NILAI NILAI


LANGSUNG TIDAK LANGSUNG PENGGUNAAN KEBERADAAN LAIN-LAIN
ALTERNATIF

HASIL YANG DAPAT MANFAAT NILAI NILAI NILAI


DIKONSUMSI LAIN MASA DEPAN PENGETAHUAN WARISAN

- MAKANAN - FUNGSI EKOLOGIS - BIODIVERSITY - HABITAT


- BIOMASSA - PENGENDALIAN BANJIR - KONSERVASI SDA - SPESIES LANGKA
- REKREASI - PERLINDUNGAN BADAI - HABITAT
- KESEHATAN
TEV = f (DUV, IUV, OV, BV, EV)
TEV = UV + NUV atau
TEV = (DUV + IUV + OV) + (BV + EV)

• TEV = Total Economic Value


• UV = Use Value
• NUV = Non Use Value
• DUV = Direct Use Value
• IUV = Indirect Use Value
• OV = Option Value
• BV = Bequest Value
• EV = Existence Value
Nilai ESDH  bersumber dari berbagai
manfaat yang diperoleh masyarakat

Tahapan penilaian ESDH


• Tahap I: Identifikasi kondisi biofisik SDH dan
kondisi Sosbud
• Tahap II: Kuantifikasi setiap indikator nilai berupa
barang hasil hutan, jasa fungsi ekosistem hutan,
serta atribut hutan dalam kaitannya dengan
budaya setempat
• Tahap III: Penilaian ESDH terhadap indikator
kuantitas
Tahapan Kegiatan Penilaian Ekonomi SDH (Fahutan IPB, 1999)

Identifikasi Biofisik Hutan


dan Sosbud Masyarakat:
- Barang hasil hutan
- Jasa ekosistem hutan

Penilaian Biofisik/Kuantifikasi
Identifikasi Manfaat Indikator Nilai
(menurut ruang dan waktu)

Klasifikasi Nilai
Penilaian Ekonomi Manfaat SDH
Teknik dan Metode Penilaian ESDH:
• Teknik berbasis pasar
– Pendekatan harga pasar (Market Prices)
– Pendekatan harga bayangan (Shadow Prices)
– Metode appraisal
• Teknik berbasis non-pasar
– Model biaya perjalanan (Travel Cost Method)
– Metode harga Hedonik
– Pendekatan fungsi produksi
– Penilaian kontingensi (Contingent Valuation)
– Pendekatan hubungan antar barang (Related Goods Approach)
– Penilaian berdasarkan biaya (Cost-Based Valuation)
Teknik Pemilihan Metode Penilaian Nilai Guna (Fahutan IPB, 1999)

Data Demand & Supply Ya Metode Manfaat Bersih


Tersedia Lengkap (Net Social Benefit Methods)
Tidak
Ya Metode Harga Pasar
Produk Dijual di Pasar (Market Prices Methods)
Tidak
Harga Penggantian
Hasil Produk Merupakan Ya (Surrogate Prices):
Produk Akhir Harga substitusi
Harga substitusi tidak langsung
Tidak Biaya opportunitas tdk langsung
Biaya relokasi
Hasil Produk Merupakan Ya Nilai Produksi:
Produk Antara Pendekatan Fungsi Produksi
Teknik Pemilihan Metode Penilaian Sumberdaya Alam
(Fahutan IPB, 1999):
Metode Perlindungan Asset
Mempunyai Fungsi (Protection of Assets):
Ya
-Biaya pemulihan
Perlindungan
- Biaya Rehabilitasi
Tidak - Biaya kehilangan produksi
- Biaya Pembangunan Tambahan
Nilai Fungsi atau atribut Ya
Direfeksikan dalam nilai Hedonic Pricing Methods
Lahan atau harga lainnya
Tidak Nilai Produksi:
Ya
Mendukung Produksi Pendekatan Fungsi Produksi
Faktor Pendapatan Bersih
Tidak
Ada harga pasar untuk barang Ya Harga Penggantian:
yang mempunyai fungsi Harga substitusi
Harga substitusi tidak langsung
Tidak
Fungsi atau atribut tidak dapat Ya Penilaian Kontingensi
didekati baik dengan transaksi (Continget Valuation)
Kasus: Identifikasi Nilai Manfaat Hutan Kemiri Rakyat (HKR)
(Alam, dkk., 2009):

NILAI MANFAAT HUTAN

NILAI GUNA NILAI NON-GUNA

NILAI PELESTARIAN
NILAI PENGGUNAAN NILAI PENGGUNAAN
LANGSUNG TIDAK LANGSUNG

Nilai Kayu Nilai Air

Nilai Buah Nilai Air Irigasi

Pangan, dll Penyerapan Carbon


Kasus: Identifikasi Nilai Manfaat Hutan Kemiri Rakyat (HKR):
a. Menghitung Nilai Manfaat Penggunaan Langsung  Harga Pasar
b. Menghitung Nilai Manfaat Penggunaan Tidak Langsung:

1) Nilai Air Rumah Tangga:


HADI = BPADI/KDI
HADI = harga/biaya pengadaan air per orang (Rp/thn)
BPADI = biaya pengadaan air seluruh responden (Rp/thn)
KDI = total anggota keluarga seluruh responden (orang)

2) Nilai Air Untuk Pertanian:


NAP = Hst x Lsi
NAP = nilai air pertanian (Rp/thn)
Hst = biaya pengadaan air pada sawah tadah hujan (Rp/ha/thn)
Lsi = luas sawah irigasi (ha)
3) Nilai Penyerapan Carbon:
NPc = L x Kc/Hc
NPc = nilai penyerapan carbon hutan kemiri (Rp/thn)
L = luas hutan kemiri (ha)
Kc = kemampuan penyerapan carbon hutan kemiri (ton/ha/thn)
Hc = harga carbon (Rp/ton)

4) Nilai Pelestarian:
n ΣWTPi
NPL = [ ]
i=1 JP
NPL = nilai pelestarian (Rp/thn)
WTPi = nilai kesediaan responden untuk membayar (Rp/thn)
JP = jumlah penduduk yang tercakup dalam wilayah kajian
n = jumlah responden (sample)
Nilai total manfaat hutan kemiri rakyat (HKR)
(Alam, 2007 dalam Alam, dkk., 2009)
Nilai Per Ha Share Total
No Nilai Manfaat Nilai Total (Rp/thn)
(Rp) (%)
1 Nilai kayu hutan kemiri 2.678.112.000,00 288.000,00 2,64 (13,18)*
2 Nilai buah kemiri 14.004.639.922,80 1.506.037,20 13,00 (64,95)
3 Nilai ekowisata 169.555.920,22 18.233,78 0,17 (0,83)
4 Nilai penyerapan karbon 81.180.270.000,00 8.730.000,00 79,98
5 Nilai air domestik 221.664.546,79 23.837,46 0,22 (1,09)
6 Nilai air irigasi 4.053.444.816,98 435.901,15 3,99 (19,94)
Total (+ Nilai Serapan C) 101.503.390.561,29 10.915.516,78 100,00
Total (- Nilai Serapan C) 20.323.120.561,28 2.185.516,78 (100,00)

* Persen nilai total manfaat HKR tanpa menghitung nilai serapan Karbon
Hasil perhitungan nilai ekonomi sumber daya alam di kawasan hutan Batang Toru
Jenis Barang dan Jasa Tehnik Valuasi Nilai Ekonomi/thn NPV (10%, 25 thn)
NILAI GUNA LANGSUNG      
Hasil hutan kayu Harga Pasar 7,503,650,000 75,614,581,332,79
Hasil hutan non kayu Harga Pasar 21,127,195,000 212,899,589,487.94
(kemenyan)
Hasil tambang emas Harga Pasar 66,600,000,000 671,130,865,214.08
Hasil tambang panas bumi Harga Pasar 3,306,100,212,000 4,407,139,687,941.82
(PLTP)1
Suplai air bagi kebutuhan Harga Pasar 20,622,967,200 207,818,465,769.03
rumah tangga
Suplai air bagi kebutuhan Harga Pasar 3,084,900,000 31,086,660,752.24
pertanian irigasi
Suplai air bagi pendukung Harga Pasar 38,412,246,675 387,081,746,934.07
perikanan
Potensi pariwisata Asumsi & Estimasi 370,200,000 373,052,214.75
PLTA Harga Pasar 99,257,309,253 1,000,219,877,444
Total Nilai Guna Langsung   3,563,078,680,128 35,905,286,447,750
NILAI GUNA TAK LANGSUNG Benefit Transfer 69,212,225,920 697.454.370.347
TOTAL NILAI EKONOMI   3,632,290,906,048 36,602,740,818,096.20
Skema REDD (Reducing Emission from
Deforestation and Degradation) dan Masa
Depan Ekonomi Hutan
• 26 Mei 2010, Pemerintah Indonesia menandatangani Letter
of Intent (LoI) kepada Pemerintah Norwegia, untuk
mengurangi emisi gas CO2, khususnya dari sektor kehutanan.
• Pemerintah Norwegia akan mengucurkan hibah sebesar US$
1 milliar (sekitar Rp9 triliun) secara bertahap mulai tahun
2013.
• Pasca 2013, Pemerintah Norwegia berkemungkinan akan
membayarkan dana hibahnya berdasarkan skema transaksi
perdagangan karbon yang akan disepakati pasca 2013.
Dinamika REDD
• Pertemuan para pihak (COP=Conference of Parties) setiap tahun 
memunculkan gagasan bagi negara-negara industri untuk mengganti
kewajiban penurunan karbon di dalam negerinya sendiri dengan
memberikan hibah kepada negara-negara berkembang yang
memiliki sumberdaya hutan.
• Pada COP-13  Konferensi PBB untuk Perubahan Iklim (UNFCC)
(Desember 2007 di Bali)  skema REDD mengerucut  pemberian
hibah kepada negara berkembang untuk mengurangi laju
deforestasi dan kersukan hutan dianggap mampu mengganti (offset)
kewajiban mengurangi emisi karbon di negara maju  meskipun
perundingan dan negosiasi berlangsung sangat alot
• Negara maju menjadi “pembeli karbon” yang berhasil ditambat oleh
negara berkembang melalui pengurangan laju deforestasi dan
kerusakan hutan  Negara berkembang menjadi “penjual karbon”
karena hutan dan eksosistem yang dimilinya telah berjasa dalam
menambat gas rumah kaca.
• Desember 2007: REDD  REDD+ (ditambah peningkatan
“daya tambat karbon”)

Tahapan skema REDD dan atau REDD+ antara Indonesia vs


Norwegia:
• Juni-Desember 2010  Pembentukan Badan Khusus
• Januari 2011-Desember 2013  Konsolidasi dan
Pelaksanaan (penguatan kapasitas, penyusunan, dan
implementasi kebijakan sekaligus membangun sistem
pengawasan, pelaporan, dan verifikasi tier 2)
• Pasca 2013  transaksi perdagangan karbon (Norwegia
mulai membayar)  Angin Surga??? (Brazil hingga saat
ini baru mendapatkan pembayaran US$ 200 juta dari US$
1 milyar yang dijanjikan sejak tahun 2007.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

• PDRB Konvensional (PDRB Coklat)  PDRB yang


tidak memasukkan unsur sumberdaya alam dan
lingkungan
• PDRB Semi Hijau  PDRB yang memasukkan
unsur deplisi sumberdaya alam
• PDRB Hijau  PDRB yang memasukkan unsur
deplisi dan degradasi sumberdaya alam dan
lingkungan
PDRB Hijau:
• SDA dihitung sebagai aset dan modal
• Deplisi dan degradasi SDA dihitung sebagai
biaya
• Mencerminkan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang sesungguhnya
Sektor-Sektor Dalam PDRB Hijau:
Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan
Pertamabangan dan Penggalian
Perindustrian Pengolahan
Listrik, Gas dan Air Bersih
Bangunan (Konstruksi)
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Angkutan dan Kominikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Cara menghitung PDRB Hijau Sektor Kehutanan:

• Nilai produksi hutan Rp. …………………….


• Intermediate inputs (bahan-bahan) Rp. …………………….

• Konstribusi hutan pada PDRB CoklatRp. …………………….


• Deplisi SD HutanRp. …………………….

• Konstribusi semi hijau kehutanan Rp. …………………….


• Degradasi lingkungan hutanRp. …………………….

• Konstibusi hijau kehutanan Rp. …………………….


Penghitungan Deplisi Sumberdaya Hutan

Identifikasi dan Kuantifikasi


Sumberdaya Hutan
yang Dideplesi

Valuasi
(dihitung nilai ekonominya
dengan Unit Rent)

Konstibusi Kehutanan
Semi Hijau
Menghitung Unit Rent:
• Harga produk per unit Rp. …………
• Biaya produksi per unit:
– Biaya eksploitasi per unit Rp. ………….
– Biaya pemasaran, dsb per unit Rp. …………. +
Rp. …………

• Laba kotor per unit Rp. …………


• Laba perusahaanRp. …………
(Balas Jasa Investasi)
• Unit Rent Rp. …………
Menghitung Nilai Degradasi Lingkungan

Kajian tentang Sumberdaya Alam dan Lingkungan


yang mengalami
degradasi

Mengkuantifikasi besaran atau luasan


degradasi

Memperkirakan besarnya nilai degradasi (valuasi)


Sumberdaya Alam dan Lingkunganya
Cara menilai degradasi lingkungan:
• Untuk sumberdaya ekstraktif  dapat didekati
dengan harga pasar dan unit rent
• Untuk jasa lingkungan dan jasa keanekaragaman
hayati dapat didekati dengan:
– Nilai biaya pengganti
– Nilai kesenangan (hedonik)
– Biaya perjalanan (travel cost)
– Survei (contingent valuation)  meneliti tentang
kesediaan membayar (willingness to pay) atau
kesediaan menerima ganti rugi (willingness to accept).

You might also like