Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 26

Keracunan

Makanan

SIGIT WIDYATMOKO
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Gastrointestinal Decontamination
 If more than 60 minutes has passed, induced
emesis and gastric lavage are relatively
ineffective
 Emesis
 Using syrup of ipecac is a convenient and fairly
effective way to evacuate gastric contents if given
very soon after ingestion
 Indications: in conscious, cooperative patients and for
promptness
 Contraindications: drowsy, unconscious, or
convulsing patients, and who have ingested kerosene
or other hydrocarbon, corrosive poisons, or rapidly
acting convulsants
 Gastric Lavage
 More effective for liquid poisons or small pill
fragments than for intact tablets
 Most effective when started within 60 minutes after
ingestion
 Indications: removal or ingested poisons when
emesis is refused
 Contraindications: stuporous patients or comatose
 Activated Charcoal
 Effectively adsorbs almost all drugs and poisons
 Indications: used for prompt adsorption of drugs or
toxins in the stomach and intestine. As effective as or
more effective than ipecac or gastric lavage
 Contraindications: stuporous, comatose, or
convulsing
 technique: 60-100 g orally or via gastric tube
 Catharsis
 used by some toxicologist for stimulation of
peristalsis to hasten the elimination of unabsorbed
drugs and poisons and the activated charcoal slurry
 Technique: magnesium sulfate 10% 2-3 ml/kg; or
sorbitol 70% 1-2ml/kg.
Definisi Keracunan Makanan
 Sindroma yang ditandai dengan gejala
mual, muntah, diare, sampai dengan
dehidrasi syok setelah makan dan minum
 Terjadi akibat makan makanan yang
tercemar kuman atau toksin
 Kuman biasanya stafilokokkus dan E Coli
 Dapat terjadi pada 1 orang maupun KLB
Tidak Termasuk Dalam Kelompok ini

 Penyakit infeksi tertentu: tifoid, kolera,


disentri
 Alergi makanan
 Gangguan pencernaan karena tidak
tahan terhadap lemak, cabai, asam
Beberapa Etiologi
 Toksin atau kuman yang berkembang di
usus (Salmonella)
 Toksin yang dibuat diluar tbuh
(Stafilokokkus, clostridium)
 Racun dalam makanan sendiri (As, Pb,
Jengkol, kerang)
Penyebab Makanan Beracun

 Tercemar bahan kimia (pestisida, lapisan


bahan kaleng)
 Ditambah zat kimia tertentu (penyedap,
pemanis, pewarna, pengawet)
 Mengandung zat kimia alami (sianida,
jengkol, jamur)
 Tercemar mikroba (salmonella,
clostridium, tempe bongkrek)
Diagnosis

 Anamnesis
 Pemeriksaan fisik: derajat dehidrasi
 Laboratorium: elektrolit, ureum creat
 Dugaan etiologi:
 Cepat (1/2 sd 6 jam): zat kimia
 6-12 jam: racun
 12-48 jam: kuman
Staphylococcal Food Poisoning
 Terjadi akibat makanan basi , terkontaminasi
toksin yang diproduksi stafilokokkus,
menimbulkan diare dan muntah
 Kuman membuat toksin, jadi bukan karena
kumannya
 Makanan yang mudah terkena: susu, puding,
ikan
 Klinis: onset 2-8 jam, mual, muntah, abdominal
cramping, diare, sakit kepala
 Menghilang sendiri < 12 jam
Terapi

 Setiap orang yang punya infeksi kulit


jangan menyajikan makanan
 Terapi simptomatik
 Rehidras
E coli Poisoning
 Disebut juga traveller’s diarrhea atau
hamburger disease
 ETEC: enterotoksin producing strain E
Coli yang menjadi penyebab terbanyak
travellers diarhea.
 Hamburger disease atau Haemorrhagic
Colitis : disebabkan karena daging yang
dimasak pada hamburger tidak terbakar
sempurna, penyakit ini disebabkan oleh
bakteri E.coli 0257:H7.
 Toksin E.coli terkadang dapat menyebabkan
penyakit yang berbahaya khususnya pada anak –
anak dan orang tua, yang disebut Hemolytic
Uremic Syndrome (HUS).
 Penyakit yang dapat timbul : gagal ginjal, anemia,
dan pendarahan internal.
 Willderness diarrhea (WD) atau Wilderness
Acquired Diarrhea (WAD) : terjadi diare disaat
para traveller berada dilingkungan liar, tetapi
mereka masih berada di negaranya sendiri. Jadi,
diare ini disebabkan oleh makanan atau
minuman yang para traveller makan atau minum
terkontaminasi oleh lingkugan.
Cara mencegah travelers’
diarrhea
1. Perhatikan makanan yang anda makan.
2. Makanan harus dimasak dengan baik dan
disajikan dalam keadaan hangat,
3. Hasil makanan dari air keran dan air es yang
tidak disaring juga mempunyai resiko tinggi untuk
terkontaminasi.
4. Produk minuman atau makanan yang dari kaleng
aman untuk di konsumsi.
5. Jangan makan di sembarangan tempat.
6. Sering mencuci tangan dengan sabun.  dapat
menekan penyebaran racun.
Keracunan Sianida
 HCN: bahan fumigasi dan sintesis kimia
dalam industri kimia
 Dalam bentuk gas masih dipakai untuk
eksekusi mati di AS
 Dalam biji buah: apel, cherri, pir,
apricot/plum gkuang
 Tanaman tertentu: gadung, talas,
singkong, bengkoan, gembli
Patogenesis
 HCN menghambat kerja sistem sitokrom
oksidase yang penting untuk pemakaian
O2 dalam sel
 Efek: meningkatkan respirasi (akibat efek
HCN pada pusat pernapasan dan carotid
body)
 Efek selanjutnya timbul kelumpuhan
pada seluruh tubuh
Diagnosis

 Gambaran klinik:
 Pernapasan cepat, hipotensi, konvulsi, koma
 Keracunan akut dalam dosis tinggi:
kesadaran menurun  hipotensi  koma 
mati dalam 4 jam
 Pemeriksaan PA
 Tidak khas, pada otopsi bau blitter almond
Terapi

 Ressusitasi : O2 murni (100%),


sebaiknya dengan respirator, kalau perlu
hiperbarik
 Eliminasi:bawa penderita ke tempat
segar bila keracunan lewat gas, bila
karena makanan beri antidotum
 Antidotum:
 Amil nitrit (inhalasi), sodium tiosulfat (iv),
dicobalt edetate.
Keracunan Arsen
 Arsen: logam berat valensi 3 atau 5 berwarna
metal, terdiri 3: arsen triklorida, arsen trioksida,
gas arsine.
 Sifat: tidak berbau (kadang seperti bawang
putih), tidak berwarna, mudah larut dalam air
(panas)
 Penggunaan: tonikum, obat cacing, anti hama
tikus, herbisida, pestisida,racun semut, bahan
cat, penjernih keca, pembersih keris
 Tikus terkena racun arsen: gejala muntaber,
kekurangan cairan, meninggal dalam keadaan
kering
Efek toksik arsen
 Mempengaruhi respirasi sel dengan cara
mengikat gugus sulfhidril pada dihidrolipoat,
sehingga menghambat kerja enzim yang terkait
dengan transfer energi  dinetralisir dengan
dimercaprol (BAL, British Anti Lewisite)
 Mempunyai predileksi pada endotel pembuluh
darah, khususnya di daerah splanknik dan
menyebabkan paralisis kapiler, dilatasi, dan
peningkatan permeabilitas yang patologis.
 Efek lokal pada kapiler: kongesti, stasis,
trombosis yang menyebabkan nekrosis dan
iskemia jaringan
Gejala Keracunan Arsen
 Sindrom Paralitik Akut
 Terjadi jika korban menelan senyawa arsen dalam
jumlah besar: kolaps sirkulasi, kejang, stupor.
Kematian terjadi dalam beberapa jam. Mual muntah
tidak nyata
 Sindrom Gastrointestinal
 Gejala timbul 30 menit s.d. 2 jam setelah paparan
racun: rasa terbakar pada ulu hati,diikuti mual,
muntah, tenesmus, kembung, diare
 Kematian didahului gejala takikardi, hipotensi, kejang
dalam 1-2 hari. Kadang dalam beberapa jam
 Intoksikasi Gas Arsen
 Gas arsine (AsH3) tidak berbau saat masih
baru tetapi kemudian menjadi seperti bawang
putih
 Masa laten sampai 24 jam dilanjutkan nyeri
abdomen, hemolisis, dan gagal ginjal
 Gejala lain: mual, muntah, nyeri abdomen
Gejala Klasik Keracunan Arsen

 Kerontokan rambut: tanda keracunan kronis


 Bau napas seperti bawang
 Gejala gastrointestinal berupa diare
 Muntah akibat iritasi lambung
 Skin speckling: gambaran kulit seperti tetes
hujan pada jalan berdebu  keracunan kronis
 Kolik abdomen
 Kelainan kuku: garis Mees (garis putih melintang
pada nail bed) dan kuku yang rapuh
 Kelumpuhan umum
Tatalaksana
 Dekontaminasi usus: pemberian arang aktif
(norit), lavase
 Percepatan eliminasi: hemodialisis
 Terapi suportif: balans cairan dan elektrolit,
karena arsen menyebabkan vasodilatasi
 Antidotum: British Anti Lewisite (BAL)
merupakan antidotum untuk semua kondisi
keracunan arsen akut, kecuali pada intoksikasi
arsine. Dosis: 3-5 mg/kg BB im setiap 4 jam
selama 2 hari, lalu 3 mg/kgBB im setiap 6 jam
selama 1 hari, dilanjutkan 3 mg/kgBB im setiap 6
jam selama 1 hari

You might also like