Professional Documents
Culture Documents
Teori Konsep Kematian & Kematian Mendadak2
Teori Konsep Kematian & Kematian Mendadak2
KEMATIAN MENDADAK
Teori konsep kematian
• Mati somatis (mati klinis)
Terhentinya fungsi SSP, kardiovaskuler, pernapasan yg menetap (irreversible).
Tdk ditemukan refleks, EEG datar, nadi tdk teraba, denyut jantung tdk terdengar, tdk ada gerak
pernapasan, pd auskultasi tdk terdengar suara napas.
• Mati seluler (mati molekuler)
Kematian organ/jar tubuh, timbul bbrp saat setelah kematian somatis.
Daya tahan hidup masing2 organ/jar berbeda penting dlm transplantasi.
Cth: SSP mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit, otot mengalami mati seluler dalam 4 jam,
dll
• Mati serebral
Kerusakan kedua hemisfer otak yg irreversible kec batang otak & serebelum, sedangkan sistem
pernapasan & kardiovaskuler msh berfungsi dgn bantuan alat.
• Mati otak (mati batang otak)
Kerusakan seluruh isi neronal intrakranial yg irreversible, temasuk batang otak & serebelum.
Seseorang scr keseluruhan tdk dpt dinyatakan hidup lagi alat bantu dpt dihentikan.
Simpson’s Forensic Medicine 13th ed
Simpson’s Forensic Medicine 13th ed
SUDDEN DEATH
• Cardiovascular system
Disease of the heart
a. Coronary artery disease
- Narrowing of the lumen of a coronary artery (stenosis) by atheroma may
lead to chronic ischaemia of the muscle supplied by that artery If the
myocardium becomes ischaemic become electrically unstable
abnormal heart rhythm.
- The oxygen requirement of the myocardium is dependent upon the heart
rate; an increase in heart rate* will lead to an increase in myocardial
oxygen demand owing to restriction of blood flow through the stenotic
vessel, the myocardium distal to the stenosis will become ischaemic.
- Ischaemia does not invariably lead to
myocardial infarction, it just has to be
sufficiently severe to initiate a fatal
arrhythmia and, if the region
rendered ischaemic includes one of
the pace-making nodes or a major
branch of the conducting system, the
risk that rhythm abnormalities will
develop is greatly increased
- Coronary thrombosis underlies most
of the complications of coronary
artery atherosclerosis, including
unstable angina, acute myocardial
infarction and sudden cardiac death
but such thrombi are found with
variable frequency at autopsy –
between 13% and 98%
• Hypertensive heart disease
- Long-standing hypertension can result in cardiac remodelling, manifested
by left-ventricular hypertrophy (and cardiomegaly)
- Hypertensive heart disease frequently coexists with coronary artery
atherosclerosis, increasing the potential for the development of fatal
arrhythmias at times of cardiovascular ‘stress’
• Aortic stenosis
- Aortic stenosis is a disease that classically affects older individuals with
calcified tricuspid aortic valves, but may also be seen in younger people
who have a congenital bicuspid aortic valve
- In aortic stenosis, myocardial perfusion is worsened by the narrow valve,
which results in a lower In aortic stenosis, myocardial perfusion is
worsened by the narrow valve, which results in a lower.
• Primary myocardial disease
- They include conditions where there is a structural abnormality of the
heart that is visible to the ‘naked eye’ and/or under the microscope
(myocarditis and the ‘cardiomyopathies’) and those conditions having
no recognizable morphological/structural abnormality (the
‘channelopathies’).
- Myocarditis occurs in many infective diseases, such as diphtheria and
viral infection, including influenza. Complications, including sudden
death, associated with the infection may occur some days or even
weeks after the main clinical symptoms.
• Disease of the arteries The most
common lesion of (extracardiac)
arteries associated with sudden
death is the aneurysm.
a. Atheromatous aneurysm of the
aorta
- They are formed when the elastic
component of the aortic wall
underlying an atheromatous plaque
is damaged and blood under
pressure is able to ‘balloon’ the
weakened wall
- The wall of the aneurysm is
commonly calcified and the lumen is
commonly lined by old laminated
thrombus
• Dissecting aneurysm of the aorta
- The damage caused by an atheromatous plaque can also result in an
intimal defect and weakening of the media, allowing blood from the lumen
to ‘dissect’ into this weakened arterial wall
- Once the dissection has started, the passage of blood under pressure
extends the dissection along the aortic wall.
- The commonest site of origin of a dissecting aneurysm is in the thoracic
aorta and the dissection usually tracks distally towards the abdominal
region, sometimes reaching the iliac and even the femoral arteries.
- In fatal cases, the track may rupture at any point, resulting in haemorrhage
into the thorax or abdomen it can dissect proximally around the arch
and into the pericardial sac, where it can produce a haemopericardium,
cardiac tamponade and sudden death.
Respiratory System
• Bronchial Asthma
• Deaths from acute bronchial asthma
are infrequent with increasingly
effective pharmacological control of
this chronic condition.
• The ‘naked eye’ autopsy findings
include hyper-inflated lungs and mucus
plugging of the airways by tenacious,
viscous mucus.
• Microscopy of the lungs commonly
reveals chronic airway remodelling,
with basement membrane thickening,
goblet cell and smooth muscle
hyperplasia, and super-imposed airway
inflammation with eosinophils
Gastrointestinal System
• Jarak ekstrim
• Stabilitas giroskopik peluru bisa hilang dan misil mulai goyang dan jatuh luka lebih
ireguler
• Luka Tembak Keluar
• Biasanya luka membalik keluar dengan pecahan terbagi
stellate appearance
• Bisa tidak ada kelim api, jelaga, atau kesat
• Jika bentuk peluru berubah atau pecah atau terdapat
pecahan tulang luka bisa lebih besar, ireguler, dan multipel
• Tepi yang abrasi lebih luas dari luka masuk
• Keparahan luka tembak tergantung pada:
• Besar dan bentuk anak peluru
• Balistik (kecepatan, energi kinetik, stabilitas anak peluru)
• Kerapuhan anak peluru
• Kepadatan jaringan sasaran
• Vurnerabilitas jaringan sasaran
• Kondisi yang mengubah gambaran luka tembak dengan cepat:
• Luka terbuka yang sudah mengering
• Proses pembusukan tubuh
• Penyembuhan dari luka itu sendiri
• Intervensi tenaga medis
• Intervensi bedah
• Intervensi oleh personel/ orang yang tidak profesional
• Pencucian atau pembersihan luka setelah korban mati
PEMERIKSAAN FORENSIK
Autopsi
• Pemeriksaan terhadap tubuh mayat, meliputi pemeriksaan bagian
luar maupun dalam
• Tujuan:
• Menemukan proses penyakit dan atau adanya cedera
• Melakukan interpretasi atas penemuan-penemuan tersebut
• Menerangkan penyebab serta mencari hubungan sebab-akibat antara
kelainan yang ditemukan dengan sebab kematian
Jenis-Jenis Autopsi
• Autopsi klinik
• Seseorang menderita penyakit → dirawat di RS → meninggal
• Autopsi forensik / autopsi medikolegal
• Terhadap mayat seseorang
Autopsi Klinik
• Dilakukan terhadap mayat seseorang yang menderita penyakit, dirawat di RS tetapi kemudian meninggal
• Tujuan :
• Menentukan sebab kematian yagn pasti
• Menentukan apakah diagnosis klinik yang dibuat selama perawatan sesuai dengan diagnosis postmodern
• Mengetahui korelasi proses penyakit yang ditemukan dengan diagnosis klinis dan gejala-gejala klinik
• Menentukan efektivitas pengobatan
• Mempelajari lazim suatu proses penyakit
• Pendidikan para mmahasiswa kedokteran dan para dokter
• Mutlak diperlukan izin dari keluarga terdekat mayat yang bersangkutan
• Autopsi klinik lengkap
• Pembukaan rongga tengkorak, dada dan perut/ panggul, melakukan pemeriksaan terhadap seluruh alat-alat dalam/organ
• Autopsi klinik parsial
• Terbatas pada satu/dua organ tertentu
• Needle necroscopy terhadap organ tubuh tertentu pemeriksaan histopatologik
Autopsi Forensik/Autopsi Medikolegal
• Terhadap mayat seseorang berdasarkan peraturan UU
• Tujuan
• Membantu dalam hal penentuan identitas mayat
• Menentukan sebab pasti kematian, memperkirakan cara kematian serta memperkirakan saat kematian
• Mengumpulkan serta mengenali benda-benda bukti untuk penentuan identitas benda penyebab serta identitas pelaku
kejahatan
• Membuat laporan tertulis yang objektif dan berdasarkan fakta dalam bentuk visum et repertum
• Melindungi orang yang tidak bersalah dan membantu dalam penentuan identitas serta penuntutan terhadap orang yang
bersalah
• Perlu surat Permintaan/ Pembuatan visum et repertum dari pihak penyidik, izin keluarga tidak diperlukan
• Mutlak perlu pemeriksaan lengkap
Teknik Autopsi
• Teknik Virchow • Teknik Ghon
1. Pembukaan rongga tubuh 1. Setelah rongga tubuh dibuka,
2. Organ-organ dikeluarkan utk organ leher & dada, organ
diperiksa pencernaan bersama hati & limpa,
organ urogenital diangkat keluar
• Teknik Rokitansky sbg 3 kumpulan organ (bloc)
1. Rongga tubuh dibuka
2. Organ dilihat & diperiksa dgn
melakukan beberapa irisan in situ
3. Organ dikeluarkan dlm kumpulan2
organ (en bloc)
Teknik Letulle
1. Rongga tubuh dibuka 7. Aorta diputus di atas muara a.renalis
2. Organ leher, dada, diafragma & perut dikeluarkan 8. Rectum dipisahkan dari Sigmoid
sekaligus (en mase)
9. Organ urogenital dipisahkan dr organ lain
3. Kepala diletakkan di atas meja dgn permukaan
10. Bag proksimal jejunum diikat pd dua tempat,
posterior menghadap ke atas
kemudian diputus antara dua ikatan tsb & usus
4. Plexus coeliacus & kelenjar para aortal diperiiksa dpt dilepaskan
5. Aorta dibuka sampai arcus baorta & Aa. renales 11. Esofagus dilepaskan dr trakea
kanan & kiri dibuka serta diperiksa
12. Vena cava inferior serta aorta diputs di atas
diafragma
Pemeriksaan Luar
• Label mayat
• Label dari pihak kepolisian
• Labek identifikasi dari Instalasi Kmar Jenazah Rumah Sakit
• Catat : warna, bahan label, apakah terdapat materai/segel, isi dari lebel
• Tutup mayat
• Jenis/bahan, warna, corak
• Bila ada pengotoran, catat letak dan jenis/bahan pengotorannya
• Bungkus mayat
• Jenis/bahan, warna, corak, ada bahan yang mengotori, tali pengikat bila ada
(jenis/bahan tali, cara pengikatan, serta letak ikatan)
Pemeriksaan Luar
• Pakaian
• Pakaian pada tubuh sebelah atas sampai bawah, lapisan terluar sampai
terdalam
• Bahan, warna dasar, corak/motif dari tekstil, bentuk/model, ukuran,
merk/penjahit, cap binatu, monogram/inisial serta tambalan/ tisikan bila ada
• Bila ada pengotoran/robekan ukur letak yang tepat dengan koordinat,
serta ukuran pengotoran atau perobekan yang ada
• Pakaian korban kekerasan : disimpan untuk barang bukti
• Bila ada saku : periksa dan catat isinya
• Perhiasan
• Jenis, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial
Pemeriksaan Luar
• Benda disamping mayat
• Misal tas atau bungkusan
• Tanda kematian (catat waktu/saat dilakukannya pemeriksaan)
• Lebam mayat
• Letak/distribusi, warna, intensitas
• Kaku mayat
• Distribusi, derajat pada beberapa sendi, spasme kadaverik
• Suhu tubuh mayat (termometer rektal, catat suhu ruangan juga)
• Pembusukkan
• Kulit perut kanan bawah berwarna kehijau-hijauan
• Kulit ari terkelipas, pembuluh superfisial melebar berwarna biru-hitam, atau tubuh menggembung
• Lain-lain
• Perubahan tanatologik, misal mimmifikasi/ adipocere
Pemeriksaan Luar
• Identifikasi umum
• Jenis kelamin, bangsa/ ras, umur, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan BB,
keadaan zakar yang disirkumsisi, adanya striae albicans pada dinding perut
• Identifikasi khusus
• Rajah/ tatoo
• Letak, bentuk, warna serta tulisan, bila perlu dokumentasikan
• Jaringan parut
• Kapalan (callus)
• Kelainan pada kulit
• Kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi, eksema, kelainan lain
• Anomali dan cacat pada tubuh
Pemeriksaan Luar
• Pemeriksaan rambut
• Untuk membantu identifikasi
• Distribusi, warna, keadaan tumbuh serta sifat rambut (kasar atau lurus
ikalnya)
• Jika ada yang berlainan, diambil, disimpan dan diberi label, untuk
pemeriksaan lab lanjutan bila nantinya diperlukan
• Pemeriksaan mata
• kelopak mata, selaput lendir, bola mata, selaput lendir bola mata, kornea, iris,
pupil, lensa mata
• Pemeriksaan daun telinga dan hidung
• Bentuk, kelainan serta tanda kekerasan yang ditemukan, dari lubang telinga
atau hidung kluar cairan/darah tidak
Pemeriksaan Luar
• Pemeriksaan terhadap mulut dan rongga mulut
• Bibir, lidah, rongga mulut serta gigi geligi
• Kelainan atau tanda kekerasan, ada benda asing atau tidak
• Rongga mulut ada benda asing atau tidak
• Gigi geligi jumlah gigi yang ada, yang patah/hilang/tambalan/bungkus
logam, gigi palsu, kelainan letak, pewarnaan
• Pemeriksaan alat kelamin dan lubang pelepasan
• Kelainan/ tanda kekerasan
• Laki : sirkumsisi, kelainan bawaan, manik-manik yang ditanam dibawah kulit,
keluarnya cairan
• Wanita : keadaan selaput dara dan komisura posterior (kemungkinan
kekerasan)
Pemeriksaan Luar
• Lain-lain • Pemeriksaan terhadap tanda-tanda kekerasan/luka
• Tanda perbendungan, ikterus, warna kebiruan pada • Letak luka
kuku/ujung jari, edema/ sembab • Jenis luka
• Bekas pengobatan (kerokan, tracheotomi, suntikan, • Bentuk luka
pungsi lumbal, dll )
• Arah luka
• Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada
tubuh, kepingan atau serpihan cat, pecahan kaca, • Tepi luka
lumuran aspal, dll • Sudut luka
• Lain-lain • Dasar luka
• Sekitar luka
• Pemeriksan terhadap patah tulang
• Ukuran luka
• Letak, sifat/jenis masing2 patah tulang yang terdapat
• Saluran luka
• Lain-lain
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
DAN LAPORAN KEMATIAN
SURAT KETERANGAN KEMATIAN
• Menyatakan telah meninggalnya seseorang dengan identitas tertentu,
tanpa menyebutkan sebab kematian
• Dibuat sekurang-kurangnya berdasarkan pemeriksaan luar jenazah
• Bila kematian berkaitan dengan tindak pidana tertentu :
• Pastikan prosedur hukum telah dilakukan
• Pembedahan jenazah mungkin dibutuhkan untuk memperoleh sebab
kematian yang pasti
• Tidak boleh dibuat pada orang yang mati diduga karena peristiwa
pidana tanpa pemeriksaan kedokteran forensik terlebih dahulu
• Harus dilakukan dengan hati-hati → aspek hukumnya luas
Sampurna B, Samsu Z, Siswaja TD. Peranan ilmu forensik dalam penegakan hukum: sebuah pengantar. Jakarta; 2008.
KEKERASAN BENDA TUMPUL DAN
BENDA TAJAM
Aspek medikolegikal dari kekerasan mekanik
• Pd cedera kepala karena kelainan pada kulit kepala dan patah tulang tengkorak
• Perdarahan epidural
• Perdarahan subdural
• Perdarahan subarakhnoid
• Kerusakan selaput otak dan jaringan otak