Professional Documents
Culture Documents
Infant Respiratory Distress Syndrome (Irds)
Infant Respiratory Distress Syndrome (Irds)
1710211131
DEFINITION
Kondisi dimana jumlah surfaktan kurang
memadai, tegangan membran
permukaan udara-air (darah) menjadi
tinggi yang berisiko tinggi menyebabkan
kolapsnya
Penyakit ini sering disebut penyakit
membran hialin ( Hyaline Membrane
Disease)
ETIOLOGY
occurs when there is not enough
surfactant in the lungs immaturity of
the lungs
It can also result from surfactant protein
genetic disorder (The hydrophobic SP-B
and SP-C lung function and
pulmonary homeostasis after birth ;
mutation adenosine triphosphate (ATP)–
binding casette gene (ABCA3) )
RISK FACTOR
The greatest risk factor for respiratory
distress syndrome is prematurity,
although the syndrome does not occur
in all premature newborns.
Other risk factors include maternal
diabetes, cesarean delivery, and
asphyxia.
EPIDEMIOLOGY
60-80% 26-28 weeks
15-30% 32-36 weeks
RDS EVALUATION WITH DOWNE’S
SCORE
PHYSICAL EXAMINATION
Tachypnea
Expiratory grunting (from partial closure
of glottis)
Subcostal and intercostal retractions
Cyanosis
Nasal flaring
LAB FINDING
Blood gases show respiratory and metabolic
acidosis along with hypoxia
Chest radiographs of a newborn infant with
respiratory distress syndrome reveal bilateral,
diffuse, reticular granular or ground-glass
appearances; air bronchograms; and poor
lung expansion. The cardiac silhouette may be
normal or enlarged. Cardiomegaly may be the
result of prenatal asphyxia, maternal diabetes,
patent ductus arteriosus (PDA), an associated
congenital heart anomaly, or simply poor lung
expansion
Chest radiographs in a premature infant with respiratory distress
syndrome before and after surfactant treatment. Left: Initial
radiograph shows poor lung expansion, air bronchogram, and
reticular granular appearance. Right: Repeat chest radiograph
obtained when the neonate is aged 3 hours and after surfactant
therapy demonstrates marked improvement.
Oxygenation and CPAP
Oxygen was the primary therapeutic
mode before the introduction of CPAP
administered via a hood or nasal canula
or in the isolette
Oxygenation and CPAP
CPAP keeps the alveoli open at the end
of expiration, decreasing the right-to-left
pulmonary shunt, often administered
using nasal prongs
Oxygenation and CPAP
CPAP alat u/ mempertahankan
tekanan positif pada saluran napas
selama pernapasan spontan. Dimana
EFEKNYA :
Meningkatkan kapasitas paru
Mencegah kolaps alveolus
Meningkatkan compliance
Mempertahankan surfactant
Mendukung jalan napas & diafragma
Menstimulasi pertumbuhan paru
Positive End Expiratory Pressure
(PEEP)
Used to maintain end-expiratory
pressure & improve oxygenation. PEEP
yang optimal mencegah kolaps alveolar
dan tidak menyebabkan overdistensi. ,
meningkatkan Functional Residual
Capacity (FRC) sehingga memperbaiki
ratio ventilasi perfusi, Level PEEP yang
dipakai biasanya 5-7 cmH2O
Konsentrasi Oksigen Inspirasi
(FiO2)
Kebutuhan O2 bayi tergantung dari
PaO2 atau SpO2. Pada bayi prematur :
kadar PaO2 yang ingin dicapai antara
50-80 mmHg
kadar SpO2 antara 88-92%
Alesan di mulai 30% O2 sangat
toksik pada paru, khususnya FiO2 >70%
Trus ada rumusnya buat nentuin kadar
FiO2 dan susah di mengerti, sumpah
Surfactant Replacement Therapy
mengurangi angka kematian dari sindrom
gangguan pernapasan sekitar 50%.
Terapi surfaktan dini pada neonatus kecil
yang diikuti dengan ekstubasi CPAP
Pada 4 penelitian acak berpembanding,
dimana dibandingkan efektifitas pemberian
surfaktan sebagai terapi dini dan surfaktan
sebagai terapi akhir, didapatkan
kesimpulan bahwa pada bayi yang lahir
kurang bulan, yang tidak mendapatkan
kortikosteroid antenatal, surfaktan
sebaiknya diberikan secepat mungkin
Surfactant Replacement Therapy
Surfaktan alami bisa didapat dan
paru sapi ataupun dari babi
yangpurifikasinya meliputi proses
ekstraksi menggunakan pelarut organik
sehingga protein yang hidrofilik seperti
surfaktan protein-A (SP-A) dan surfaktan
protein D (SP-D ) akan terbuang, jadi
yang tertinggal hanya material yang
mengandung lipid dan sejumlah kecil
protein hidrofobik yaitu SP-B dan SP-C.
Surfactant Replacement Therapy
Surfaktan sintetis pertamakali
diproduksi tahun 1980. Surfaktan ini
hanya mengandung
dipalmitoiylphosphatidylcholine
(DPPC), sebagai zat permukaan aktif
yang utama, Akhir-akhir ini surfaktan
sintetis mengandung campuran
berbagai fosfolipid permukaan aktif dan
zat spreading
REFERENCE
Embriology Langman – Respiratory System
Respiratory Distress Syndrome (RDS) Medscape -
https://emedicine.medscape.com/article/976034-overview
Hyaline Membrane Disease – Respiratory Distress
Syndrome - https://www.stlouischildrens.org/conditions-
treatments/hyaline-membrane-disease-hmd-respiratory-
distress-syndrome
Ventilasi Mekanik Pada Neonatus Spesialis IKA FK Unair
- http://spesialis1.ika.fk.unair.ac.id/wp-
content/uploads/2017/03/PGD06_Ventilasi-Mekanis-pd-
neoQ.pdf
CPAP UNPAD - http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2014/07/CPAP.pdf
Dr. Poernomo Rev-Pemberian CPAP Dan Surfaktan Dini -
https://www.scribd.com/doc/173964843/2-Dr-Poernomo-
Rev-Pemberian-CPAP-Dan-Surfaktan-Dini
REFERNCE
Terapi Oksigen pada Neonatus departemen
IKA FKUI-RSCM -
https://slideplayer.info/slide/3758684/
Terapi Oksigen dr Heri dwi Purnomo Sp.An,
FK UNS -
https://slideplayer.info/slide/3098598/
Terapi Surfaktan pada HMD Jurnal kedokteran
dan kesehatan, volume 3, no. 3, oktober 2016
Aspek Praktis Nutrisi Parenteral pada Anak -
Sari Pediatri, Vol. 3, No. 4, Maret 2002
Pathophysiology of Respiratory Distress
Syndrome – SYMPOSIUM : Neonatology -
Nicole pickerd