Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 31

Fakultas Kedokteran Universitan Hasanuddin Makassar

HIPPOCRATES OATH
I swear by Apollo Physician and Asclepios and Hygeia and Panacea and all the
gods and goddesses, making them my witnesses, that I will fulfill according to
my ability and judgment this oath and this covenant:
To hold him who has taught me this art as equal to my parents and to live my
life in partnership with him, and if he is in need of money to give him a share of
mine, and to regard his offspring as equal to my brothers in male lineage and to
teach them this art - if they desire to learn it - without fee and covenant; to give
a share of precepts and oral instruction and all the other learning to my sons
and to the sons of him who has instructed me and to pupils who have signed
the covenant and have taken an oath according to the medical law, but no one
else.
Saya bersumpah demi Dewa Apollo, Asclepios, Hygea dan Panacea serta seluruh
Dewa Dewi Saya akan memenuhi sumpah ini sesuai kemampuan dan penilaian
Saya.
Memperlakukan guru yang mengajarkan ilmu ini kepada saya sebagai orang tua
Saya sendiri dan menjalankan hidup ini bermitra dengannya dan apabila ia
membutuhkan uang saya akan memberikan dan anak keturunannya saya anggap
Sebagai saudara sendiri,dan akan mengajarkan kepada mereka ilmu ini bila
Mereka berkehendak tanpa biaya atau perjan jian memberikan persepsi dan
instruksi saya dalam pembelajaran kepada anak saya dan anak guru saya dan
Murid2 yang sudah membikin perjanjian dan mengucapkan sumpah ini sesuai
Hukum kedokteran dan tidak kepada yang lain
I will apply dietetic measures for the benefit of the
sick according to my ability and judgment; I will
keep them from harm and injustice.
I will neither give a deadly drug to anybody who
asked for it, nor will I make a suggestion to this
effect. Similarly I will not give to a woman an
abortive remedy. In purity and holiness I will guard
my life and my art.
I will not use the knife, not even on sufferers from
stone, but will withdraw in favor of such men as are
engaged in this work.
Whatever houses I may visit, I will come for the benefit of the
sick, remaining free of all intentional injustice, of all mischief
and in particular of sexual relations with both female and
male persons, be they free or slaves.
What I may see or hear in the course of the treatment or even
outside of the treatment in regard to the life of men, which on
no account one must spread abroad, I will keep to myself,
holding such things shameful to be spoken about.
If I fulfill this oath and do not violate it, may it be granted to
me to enjoy life and art, being honored with fame among all
men for all time to come; if I transgress it and swear falsely,
may the opposite of all this be my lot.
Demi Allah, saya bersumpah bahwa :
Saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan perikemanusiaan;
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan
pernyataan terima kasih yang selayaknya;
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang berhormat dan ber-
moral tinggi, sesuai dengan martabat pekerjaan saya;
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan;
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena
pekerjaan saya dan karena keilmuan saya sebagai dokter;
Saya akan memelihara dengan sekuat tenaga martabat dan tradisi luhur
jabatan kedokteran;
Saya akan memperlakukan teman sejawat saya sebagai mana saya
sendiri ingin diperlakukan;
Dalam menunaikan kewajiban terhadap penderita, saya akan berikhtiar
dengan sungguh-sungguh supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbang an keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau
kedudukan sosial;
Saya akan menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan;
Sekalipun diancam, saya tidak akan mempergunakan pengetahuan ke-
dokteran saya untuk sesuatu yang bertentangan dengan hukum
perikemanusiaan;
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan
Hubungan dokter dan pasien adalah
hubungan luhur berdasarkan prinsip
kepercayaan yang didukung sikap
profesional. Kaidah untuk hubungan tersebut
diatur dalam kode etik kedokteran indonesia
( KODEKI 2012)
KODE ETIK
KEDOKTERAN INDONESIA
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
sumpah dokter
Sumpah tidak hanya dipertanggungjawabkan kepada sesama manusia tetapi juga kepada Tuhan
Ingatlah bahwa Tuhan melihat apa yang ada dihatimu

Pasal 2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya
sesuai dengan standar profesi yang tertinggi
Sesungguhnya Allah menyukai orang yang melaksanakan pekerjaan apa saja yang dikerjakan dengan
sebaik-baiknya

Pasal 3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh
dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan
kemandirian profesi.
Pasal 4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang
bersifat memuji diri.
Tuhan tidak menyukai orang yang sombong dan tidak menerima pengabdian orang yang
riya
Pasal 5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan
daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk
kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
persetujuan pasien
Pasien mempunyai hak atas dirinya, Cuma mungkin ia tidak tahu mana yang terbaik baginya

Pasal 6
Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam
mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik
atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan
hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7
Seorang dokter harus memberi surat keterangan dan
pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya
Dusta dan tidak jujur adalah sifat orang munafik

Pasal 7a
Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan
pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral
sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan
atas martabat manusia
Tuhan mencintai hambanya yang tulus mengabdi dan rajin menyebarkan kasih sayang

Pasal 7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien
dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia
ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi,atau yang
melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal 7c
Seorang dokter harus menghormati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya,
dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan
pasien
Pada diri setiap orang melekat hak orang lain, hak isterinya, hak anaknya, hak tetangganya dan hak
masyarakat. Setiap muslim wajib berbuat adil

Pasal 7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi
hidup makhluk insani
Kehidupan adalah anugerah tertinggi dan paling berharga bagi manusia. Siapa yang yang mencabut tidak
dengan kebenaran wajib membayar dengan nyawanya sendiri. Siapa yang menyelamatkan seseorang
sama dengan menyelamatkan orang lain seluruhnya

Pasal 8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan
kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan
kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif),
baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan
pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal 10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala
ilmu dan ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak
mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas
persetujuan pasien, ia wajib merujuk pasien kepada dokter yang
mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut
Setiap muslim harus tulus mengerjakan pekerjaannya sebagai pengabdian kepada Tuhan dan harus
selalu sadar atas keterbatasan ilmu dan kemampuannya

Pasal 11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan pada pasien
agar senantiasa dapat berhubungan dengan keluarga dan
penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal 12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu
yang diketahuinya tentang seorang pasien, bahkan
juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Barang siapa yang menutup aib saudaranya ia akan ditutupkan aibnya oleh Tuhan

Pasal 13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat
sebagai suatu tugas perikemusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lain yang bersedia dan mampu
memberikannya.
Menemukan orang yang butuh pertolongan merupakan kesempatan beramal kebajikan kepada sesama
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal 14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana ia sendiri ingin diperlakukan
Siapa yang menjelekkan orang lain sesungguhnya ia menjelekkan dirinya. Siapa yang memuliakan orang
lain sesungguhnya ia telah dimuliakan

Pasal 15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman
sejawat, kecuali dengan persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis
Sesungguhnya rezeki itu dari Tuhan Yang Mahakaya. Dia pemberi rezeki yang terbaik dan memberi rezeki
dari hal yang tak diduga kepada hambanya yang bertaqwa
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal 16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat
bekerja dengan baik
Kesehatan adalah nikmat Tuhan yang harus disyukuri dengan menjaga dan memeliharanya. Agama
mengajarkan menjaga keseimbangan kepentingan pribadi dan sosial

Pasal 17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan
Setiap orang harus selalu menyadari keterbatasan ilmu dan kemampuannya sehingga wajib menuntut
ilmu dari ayunan sampai ke liang lahad
PERBUATAN YANG DIANGGAP
MELANGGAR
DISIPLIN KEDOKTERAN
1. Melakukan praktek kedokteran dengan tidak
kompeten
2. Tidak merujuk pasien kepada dokter atau dokter gigi
lain yang memiliki kopetensi sesuai
3. Mendelegasikan pekerjaaan kepada tenaga kesehatan
tertentu unuk melaksanakan pekerjaan tersebut.
4. Menyediakan dokter atau dokter gigi penganti
sementara yang tidak memiliki dan wewenang yang
sesuai, atau tidak melakukan pemberithuan perihal
penggantian tersebut.
29. Melaksanakan pelayanan medik tidak sesuai dengan Standar
Prosedur Operasional (SOP) atau Standar Pelayanan Medik (SPM)
yang telah disepakati
Sanksi

Sanksi dapat berupa pencabutan


atau pembekuan hak pelaku yabg
bersifat sementara. Berat ringanya
sanksi biasanya ditentukan pemilik
kuasa berdasarkan kerugian atau
bebab yang dialami pihak korban
Tujuan pemberian sanksi
• Sebagai hukuman bagi orang yang
melanggar pelanggaran
• Sebagai sarana untuk mendidik dan
melakukan rehabilitasi
• Untuk melindungi masyarakat
• Sebagai panutan bagi anggota laindalam
kelompok yang sama dan terikan aturan
yang sama
Ketentuan Pemberian Sanksi
• Tahap pertama adalah merumuskan
tujuan sanksi yang diberikan. Sanksi harus
bertujuan mendidik pelaku dengan nilai
yang sesuai, mempertimbangkan kondisi
pelaku dan masyarakat secara luas.
Pemberian sanksi juga harus disertai
penjelasan dan penegasan agar pelaku
mengerti bahwa terdapat peraturan yang
harus ditaati
• Tahap kedua adalah menentukan berat
ringannya sanksi berdasarkan beberapa
pertimbangan: jenis pelanggaran, berat
ringannya pelanggaran berdasarkan
konsensus atau ketentuan yang berlaku,
riwayat pelanggaran, dan faktor-faktor
penyerta lain
• Tahap ketiga adalah pelaksanaan sanksi
yang konkrit dan terawasi. Sanksi yang
telah diberikan harus dievaluasi bila
terdapat pengulangan pelanggaran atau
hambatan ketika sanksi sedang
dijalankan.
Penegakan Etik Kedokteran di
Indonesia
• Penegakan Etik Kedokteran di Indonesia
Etika kedokteran Indonesia merupakan
sekumpulan nilai dan moralitas profesi
kedokteran yang tercantum dalam
KODEKI, fatwa-fatwa etik, pedoman dan
kesepakatan etik lainnya dari Ikatan
Dokter Indonesia (IDI).
• Etika kedokteran secara umum dibuat
untuk meningkatkan profesionalisme,
pengetahuan, pemahaman, penghayatan,
pengamalan kaidah dasar bioetika dan
etika kedokteran dalam profesinya
sebagai seorang dokter.
Secara khusus, etika kedokteran
dirumuskan untuk menjaga keluhuran
profesi, meredam konflik etikolegal,
penjeraan sekunder perilaku kurang
etis, dan menjaga hubungan antara
dokter dan pasien sebagai hubungan
kepercayaan.
Peran MKEK dalam Penegakan
Etika Kedokteran di Indonesia
• Penegakan, pengawasan, dan perumusan etik
praktik kedokteran dilakukan oleh MKEK
sebagai badan otonom IDI yang dibagi menjadi
tingkat pusat, wilayah, dan cabang.
• Majelis ini memiliki hak untuk menyampaikan
pertimbangan pelaksanaan etika kedokteran
dan mengusulkan secara lisan atau tertulis,
diminta atau tidak diminta kepada pengurus IDI
mengenai setiap permasalahan etika kedokteran
di wilayah jurisdiksinya masing-masing.
Kesimpulan
• Pelanggaran etik kedokteran perlu disikapi
dengan pemberian sanksi yang sesuai.
Tujuan pemberian sanksi etik sejatinya
bersifat pembinaan terhadap teman
sejawat. Majelis Kehormatan Etik
Kedokteran PB IDI telah menetapkan
prinsip, tujuan, dan ketentuan pemberian
sanksi dalam upaya penegakan etik
kedokteran di Indonesia.

You might also like