Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 23

ASKEP PASCA BENCANA

JESIKA PASARIBU
MASALAH KESEHATAN JIWA PADA
BENCANA

Fisik
Lingkungan

Pikiran

Masalah psikososial pasca


bencana
Social reactions Cognitive reactions
• Withdrawal • Loss of faith
• Irritability • Impaired memory/concentration
• Interpersonal conflict • Confusion/disorientation
• Avoidance • Intrusive thoughts/memories
• Dissociation/denial
• Impaired decision-making
• Reduced confidence/self-esteem
• Hypervigilance

Emotional reactions
• Shock/numbness Physical reactions
• Fear/anxiety • Insomnia
• Helplessness/hopelessness • Hyperarousal
• Survivor/performance guilt • Headaches
• Anger • Somatic complaints
• Anhedonia • Reduced appetite
• Reduced libido
• Reduced energy

DISASTER

REAKSI NORMAL PADA BENCANA


Risk and vulnerability factors
Pre-traumatic factors
• Riw. Kekerasan seksual dimasa kecil
• Trauma dan kehilangan yang tidak diselesaikan
• Riw. NAPZA
• Gg psikiatri sebelumnya
• Status sosek dan pendidikan rendah
• Masalah saat ini
• Perempuan
• Usia muda dan tua

Peri-traumatic factors
• Suddenness and unexpectedness
Post-traumatic factors • Perceived or genuine threat to life (self
• Severe acute psychological reactions or others)
• Lack of social/family supports • Exposure to grotesque scenes and
• Adverse reactions from others (e.g. sensory experiences
blame or rejection of suffering) • Proximity (relationship)
• Survivor or performance guilt • Extensive personal loss
• Man-made disaster
• Extended exposure (e.g. trapped)
PHASES OF RESPONSE TO DISASTER
PRE DISASTER POST DISASTER
PERIOD PERIOD

Preparation
and Planning Impact Phase
Phase

Treat and
Early
Warning
Postimpact
Phase

Recovery
Phase
PRE DISASTER PERIOD-Preparation and
Planning Phase
• Tujuan disaster planning :
Edukasi dan
– Mendukasi individu agar dapat berespon dan
bertindak efektif saat bencana pengetahuan
tentang
– Mencegah/meminimalkan injuri dan korban
bencana
– Meminimalkan kerusakan bangunan/infrastruktur
meningkatkan
– Penatalaksanaan/penanganan respon
bencana yang
adaptasi
efektif setelah bencana
– Memfasilitasi kondisi setelah bencana kepada saat
sebelum bencana terjadi
PRE DISASTER PERIOD- Treat and
Warning Phase
• Individu menyadari bahwa bencana akan
terjadi
• Respon individu bervariasi, mulai dari
merencanakan pengungsian sampai
menyangkal bencana)
POST DISASTER PERIOD-Impact Phase
• Terjadi beberapa jam setelah bencana atau beberapa
hari post bencana
• During this phase individuals are commonly shocked,
horror-struck or numbed.
• Individuals may be at further risk because of their
inability to protect themselves.
• Panic is not common: it is observed in about 10% and is
more likely when individuals are trapped and helpless
(Durodie & Wessely, 2002).
• Reaksi dipengaruhi oleh :
– Tingkat perkembangan dan kematangan
– Pengalaman sebelumnya
• Peran perawat psikiatri masih minimal karena
korban belum menunjukkan adanya masalah
psikiatri. Perawat dapat berperan dalam
pendampingan korban, sosialisasi
penatalaksanaan masalah psikologis (mis stres,
berduka, dll). Perlu menyiapkan tim, strategi yang
tepat. Alat bantu leaflet kepada korban bisa
dioptimalkan.
• Tugas utama fase ini : penyelamatan, kesediaan
makanan/minuman, kenyamanan (fisik) dan
keamanan
POST DISASTER PERIOD-
Early Postimpact
• Terjadi beberapa hari sampai 2-3 bulan post bencana
• Berbagai respon muncul (dari mulai syok, berduka,
depresi, sampai mencari dukungan)
• Respon adaptif berupa : saling membantu (mutual
support), berbagi pengalaman, saling menguatkan
• Waspada terhadap timbulnya krisis
• Biasanya masalah psikiatri muncul beberapa hari atau
minggu setelah bencana
• Survivor dapat mengalami ‘honeymoon’phase
merasa sangat bersyukur masih hidup
• Peran perawat : supportive counseling
KRISIS (Caplan)
Suatu keadaan (fisik, kognitif, emosi)
dimana individu secara total
• Tidak mampu mengontrol dirinya
• Tidak mampu berfungsi dalam kehidupan sehari-hari
• Merasa teranggu dengan situasi tersebut

Membuat individu menghindar/lari dari ketidaknyamanan


STRATEGI DALAM IMPLEMENTASI INTERVENSI
KRISIS
• Dengarkan klien dan anjurkan mengungkapkan
perasaan terhadap peristiwa
• Identifikasi masalah yang mengakibatkan klien minta
pertolongan
• Bantu klien untuk mengetahui krisis yang terjadi
membantu klien menerima kenyataan
• Intervensi diberikan pada saat yang cepat dan tepat
• Ditujukan langsung pada faktor presipitasi
• Minimalkan ketidakseimbangan emosional
STRATEGI DALAM IMPLEMENTASI INTERVENSI
KRISIS
• Maksimalkan support system
• Penyelesaian masalah dengan segera
ajarkan cara/koping baru
• Buat bersama klien daftar strategi alternatif
penyelesaian masalah
• Bantu klien melaksanakan keputusan yang
diambil
• Berdiskusi tentang persepsi klien tentang
kemampuannya
TEKNIK INTERVENSI KRISIS
• KATARSISeksplorasi perasaan thd peristiwa
• KLARIFIKASI
– Tujuan : klien dapat mengekspresikan lebih jelas hubungan
peristiwa yang terjadi. Klarifikasi membantu klien untuk lebih
mengerti permasalahan yang terjadi sehingga mengakibatkan krisis.
• SUGESTI
– Tujuan : mempengaruhi klien untuk menerima ide atau pikiran.
• REINFORCEMENT TERHADAP PERILAKU KLIEN
• SUPPORTIF
– Dilakukan saat klien memiliki pertahanan diri yang adaptif.
• MENINGKATKAN HARGA DIRI
• EKSPLORASI SOLUSI/problem solving
– Hal ini merupakan hal yang paling inti karena krisis yang dialami
haru segera diatasi.
POST DISASTER PERIOD-Recovery
Phase
• Dimulai dari 2-3 bulan sampai beberapa tahun
post bencana
• Tujuan fase recovery : mengembalikan kondisi
individu kepada kondisi sebelum terjadi
bencana
• Survivor dapat melewati fase krisis, menjadi
lebih realistis, belajar mengatasi masalah
sendiri, melakukan resolusi/adaptasi yang
adaptif
Faktor risiko yang mempersulit fase
recovery
• Persipan kurang selama masa persipan
• Tingkat beratnya dan durasi dari paparan bencana,
• Paparan terhadap kematian massal, kekerasan, kerusakan, injury
• Kematian orang yang dicintai
• Kerusakan lingkungan yang berat
• Lokasi terisolasi
• Kelelahan berat, gangguan tidur, paparan trauma lain
• Kemiskinan, tidak memiliki rumah, masalah pernikahan,
ketidakstabilan keluarga
• Perasaan bersalah
• Ada masalah psikososial sebelum bencana
• Perempuan, usia anak dan lansia
Mental health triage

Observasi tanda-tanda panik : palpitasi, gememtaran, bicara


cepat, sulit bernafas, agitasi, perilaku tidak teratur (erratic
behaviour), preokupasi pada kondisi survival

Observasi tanda berduka mendalam : menangis tersedu sedan,


‘mati rasa’/numbness, immobilisasi, rasa bermusuhan

Intervensi keperawatan : trust, empati, menawarkan bantuan,


dukungan kehadiran fisik perawat, supportive counseling, jika
perlu rujuk ke emergensi penanganan psikiatri
The principal components of psychological
first aid
• Comfort and consolation
• Protection from further threat and distress
• Immediate physical care
• Goal-oriented and purposeful behaviour
• Helping reunion with loved ones
• Sharing the experience (but not forced)
• Linking survivors with sources of support
• Facilitating a sense of being in control
• Identifying those who need further help (triage)
STRATEGI PENANGGULANGAN DAMPAK
PSIKOSOSIAL PADA BENCANA

Kegiatan di barak pengungsian


• Kegiatan di tempat pengungsian dibagi dalam tiga yaitu
• Kelompok besar  semua pengungsi yang menempati tempat pengungsian
• Kelompok kecil  semua pengungsi yang tinggal di satu tempat
pengungsian dibagi dalam kelompok kecil
• Keluarga dan atau individu dengan kebutuhan khusus
• Selain itu kegiatan juga dapat dibagi sesuai dengan usia para pengungsi yaitu
kelompok anak, remaja, dewasa dan lansia

Kegiatan di barak pengungsian pengganti rumah tempat tinggal


• Kegiatan yang dilakukan pada tahap pertama dapat didelegasikan kepada
tokoh masyarakat (community leader) yang berada pada kelompok besar dan
kelompok kecil, yang menyerupai ketua RW atau RT.
Kegiatan di rumah atau kembali ke desa
• Kegiatan di barak pengungsian dilanjutkan ke desa yaitu:
• Desa Siaga Sehat Jiwa disertai kader kesehatan jiwa yang
dibimbing oleh perawat kesehatan jiwa dari puskesmas
• Perawat dan dokter puskesmas dilatih tentang
pelayanan kesehatan jiwa masyarakat.
• Kegiatan pelayanan kesehatan jiwa setelah kembali ke
desa perlu dilanjutkan untuk terus melakukan
pencegahan masalah kesehatan jiwa yang dapat berlanjut
akibat bencana yang dialami
TEKNIK PENANGGULANGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
Teknik pada kelompok besar
• Jumlah pengungsi berkisar 100 sampai ribuan orang. Jumlah anggota tim relawan disesuaikan dengan
jumlah pengungsi dengan rasio satu orang banding 50-100 orang pengungsi, dan tetapkan satu orang
sebagai leader.
Kegiatan yang dilakukan adalah
• Asesmen umum tentang masalah fisik, lingkungan dan pikiran yang membuat pikiran menjadi susah.
• Mengingatkan kebersihan diri yaitu cuci tangan sebelum makan dan cuci tangan sesudah buang air. Juga
makan, minum dan istirahat yang seimbang
• Latihan nafas dalam dengan menghela nafas dari hidung dan mengeluarkannya dari mulut (kedua bibir
menyatu) dan memperhatikan mengembang dan mengempisnya perut
• Latihan relaksasi progresif dengan memperhatikan pengencangan dan pengenduran otot sambil nafas
dalam: mata, mulut, tengkuk, bahu, tangan, punggung, perut, bokong/pervis, kaki dan telapak kaki
• Latihan perfokus pada lima jari sambil mengingat kondisi tubuh yang segar; orang-orang yang
memperhatikan dan peduli; pujian/ penghargaan/ keberhasilan yang pernah dirasakan; tempat indah yang
pernah dikunjungi
• Latihan menghentikan pikiran yang susah dengan mengatakan stop setiap kali pikiran susah muncul dan
pikirkan hal positif yang masih dimiliki
• Latihan membangun interaksi dalam keluarga (suami, istri, anak), teman sekampung yang sama-sama
tinggal dipengungsian, saudara lain yang tinggal di satu tempat pengungsian.
• Melakukan ibadah dan kegiatan sosial bersama-sama
• Peran serta kegiatan di tempat pengungsian: di dapur umum, membagikan makanan, menjaga ebersihan
lingkungan
TEKNIK PENANGGULANGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
Teknik pada kelompok kecil
• Setelah selesai kegiatan kelompok besar maka dilanjutkan dengan kegiatan kelompok kecil yang
dibagi sesuai dengan kelompok usia.
• Kelompok lansia
• Kegiatan : bercakap-cakap tentang perasaan, berikan informasi tentang kegiatan yang dilakukan di
pengungsian, berbagi pengalaman masa lalu yang sukses, lakukan pendampingan untuk masalah
dan kebutuhan lansia.
• Kelompok dewasa
• Kegiatan : bercakap-cakap tentang perasaan, harapan, keinginan, hal positif yang masih dapat
disyukuri. Kelompok menjadi dukungan sosial bagi para anggota kelompok, dan membangun
harapan masa depan yang realistis.
• Kelompok remaja
• Kegiatan : olah raga, musik, tari, bernyanyi, menulis, aktivitas sosial, latihan membangun percaya
diri dan harga diri.
• Kelompok anak
• Kegiatan : bermain, menggambar, bernyanyi, menari, musik, berceritra dan olah raga, memutar
film kartun atau film anak-anak.
TEKNIK PENANGGULANGAN MASALAH
PSIKOSOSIAL PADA BENCANA
Teknik pada keluarga dan individu
• Lakukan penangan pada individu sesuai dengan
diagnosis keperawatan yang ditemukan.
• Diagnosa keperawatan yang dapat diidentifikasi:
Ansietas, PTSD, harga diri rendah (situasional/kronik),
keputusasaan, ketidakberdayaan, gangguan citra
tubuh, risiko perilaku kekerasan, halusinasi, Isolasi
sosial, risiko bunuh diri, defisit perawatan diri.
• Pertimbangkan rujukan yang diperlukan ke
Puskesmas dan RS.

You might also like