New Trend and Issue of Hiv-Aids Treatment

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 62

NEW TREND AND ISSUE

OF HIV-AIDS TREATMENT
Muchlis Achsan Udji Sofro
Anggota Panel Ahli HIV Kemenkes RI
Kuliah Pakar FIKK Universitas Muhammadiyah Semarang
11 Desember 2019

1
DR Dr Muchlis Achsan Udji Sofro, SpPD-KPTI


Pemalang, 19 Maret 1963
• Pembina Utama : IV-E
• Isteri: DR Dr Retnaningsih SpS-K, KIC. Anak: Annisa Laras SPsi
• Amanah:
• Ketua KSM Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi
• Kepala Divisi Tropik Infeksi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP
• Ketua Tim HIV RSUP Dr Kariadi
• Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kemenkes RI
• Anggota Panel Ahli HIV Kementrian Kesehatan RI

• HP: 08122916803 email: muchlis.aus@gmail.com

2
SITUASI CAKUPAN PENGOBATAN

Target of PLHIV on ART by 2020 (red) and current estimated coverage (blue)
40% estimated
300,000 PLHIV
258,340
250,000

200,000 186,165

142,699
150,000
129,490 125,589
108,479
100,000 91,369

63,066
77,748 115,782
50,400
50,000 39,418
31,190
19,572 24,002
10,616 16,063
2,029 4,440 6,653
-
2,005 2,006 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 2,016 2,017 2,018 2,019 2,020
Proyeksi Infeksi Baru HIV sd 2025
(AEM projection 2012)

Pencegahan?

4
Perjalanan penyakit HIV

muchlis aus HIV 2019 5


HIV masuk kedalam tubuh di awal infeksi

• 24 jam sete;ah
paparan  virus
masuk atau ditangkap
dendritic cells di
mukosa
membran/kulit

• Terjadi dalam 2 hari


pertama infeksi

muchlis aus HIV 2019 6


• Infeksi menjalar ke
seluruh jaringan dalam 3
hari
• Infeksi menyebar ke
macrofag jaringan
mengaktifkan CD4 sel
dalam limfonodi
• Masuk dalam peredaran
darah
• Masuk ke dalam organ

muchlis aus HIV 2019 7


Acute (Primary) HIV: Window Period

Window Period

Window
Window Period
Period == Time
Time between
between infection
infection and
and detectable
detectable HIV
HIV antibodies
antibodies
PRIMARY (ACUTE) HIV

Acute (Primary) HIV: Symptomatic Disease

Acute Illness

Symptomatic
Symptomatic Disease
Disease Often
Often Precedes
Precedes Positive
PositiveAntibody
Antibody Test
Test
PRIMARY (ACUTE) HIV

Clinical Manifestations of Primary HIV Infection

N =160

From: Vanhems P, et al. AIDS. 2000;14:375-81.


HIV dalam cairan tubuh

Air Ketuban
Darah
sperma
Cairan bersama
Semen
18,000 Cairan

Air liur
11,000
Vagina Cairan
7,000 Amnion Air Liur
4,000 Saliva
1

Rerata jumlah partikel HIV dalam 1 ml cairan tubuh tsb


Sofro, MAU 2019 11
Penularan HIV harus ada 3 Pilar

Pintu Keluar Pintu masuk


Mucosa yang rusak Perantara Mucosa yang rusak
Vagina Darah Vagina
Ujung Penis Cairan Vagina Ujung Penis
Anus Cairan Sperma Anus

muchlis aus HIV 2019 12


Di RSDK
51Isteri HIV + Mengapa:
51 Suami HIV – 1. Mukosa Penis suami tidak rusak (IMS -)
(negatif) 2. Suami Hanya hub sex dengan isteri

Kesetiaan terhadap Isteri


Tidak selalu menularkan;
MINUM OBAT TERATUR
Hubungan seks yang aman

muchlis aus HIV 2019 13


KLASIFIKASI HIV/ AIDS

Stadium IV
Stadium III

Stadium II

Stadium I

Sofro, MAU 2019 14


15
PEDOMAN NASIONAL PELAYANAN
KEDOKTERAN
TATALAKSANA HIV
KMK RI No. HK.01.07/MENKES/90/2019

Sofro, MAU 2019 16


DIAGNOSIS HIV
• Diagnosis infeksi HIV pada anak berusia <18 bulan
 Diagnosis definitif infeksi HIV anak usia <18 bulan:
 hanya gunakan tes virologis (DNA HIV dan RNA HIV )
 Spesifitas PCR RNA HIV  100% saat lahir, usia 1, 3, dan 6 bulan
 Uji serologis tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis definitif
infeksi HIV pada anak berusia <18 bulan karena terdapat transfer transplasental
antibodi maternal terhadap HIV

PNPK Tata laksana HIV 2019


17
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS
HIV
 Pasien diberikan konseling pasca-diagnosis dengan penekanan
pada:
 Kepatuhan minum obat,
 Efek samping ARV atau terjadinya sindrom inflamasi rekonstitusi
imun (immune reconstitution inflammatory syndrome/IRIS)
 Komplikasi ARV jangka panjang dan interaksi dengan obat lain,
 Monitoring klinis dan laboratorium rutin termasuk jumlah CD4.
 Setelah dilakukan konseling, pasien diminta persetujuan
tertulis/informed consent terapi ARV jangka panjang.
PNPK Tata laksana HIV 2019
18
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS
HIV
• Sebelum inisiasi ARV lakukan penilaian klinis dan pemeriksaan penunjang untuk
menentukan stadium HIV dan pemilihan panduan kombinasi ARV:
 Tes cepat mikobakterium (GeneXpert MTB/RIF) atau pengecatan BTA dan X
Foto thoraks jika tidak memiliki alat GeneXpert
 Pemeriksaan darah lengkap
 CD4  untuk pemberian profilaksis infeksi oportunistik
 HbsAg, Anti HCV
 Tes fungsi hati dan ginjal
 Tes kehamilan  pada wanita usia subur
 Viral load  untuk prognosis dan memantau respon terapi
 VDRL atau TPHA  pada pasien dengan risiko penyakit infeksi menular
seksual
PNPK Tata laksana HIV 2019
19
Prinsip 4 S
• Start
• Memulai terapi ARV pada ODHA baru, belum pernah menerima sebelumnya
• Restart: memulai kembali setelah berhenti sementara
• Substitute
• Mengganti salah satu/ sebagian komponen ART dengan obat lini yang sama
• Switch
• Mengganti semua rejimen ART (beralih lini)
• Stop
• Menghentikan pengobatan ARV

20
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS
HIV
 ARV diindikasikan pada semua ODHA berapapun jumlah CD4
 ODHA tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV dimulai segera dalam 7
hari setelah diagnosis dan penilaian klinis.
 Pada ODHA sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk
memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil
 ODHA dengan TB:
 pengobatan TB dimulai terlebih dahulu,
 dilanjutkan pengobatan ARV sesegera mungkin 8 minggu pertama pengobatan
TB

PNPK Tata laksana HIV 2019


21
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS
HIV
 ODHA dengan TB dan imunosupresi berat (CD4 <50 sel/μL)  2 minggu
pertama pengobatan TB  minggu ke 3 ARV dimulai
 ODHA dengan meningitis kriptokokus tidak direkomendasikan Terapi ARV dulu
karena dapat meningkatkan mortalitas.
 Terapi ARV ditunda hingga 4-6 minggu pasca-pemberian terapi anti-jamur

PNPK Tata laksana HIV 2019


22
PANDUAN TERAPI ARV LINI
PERTAMA
• Panduan terapi ARV lini pertama orang dewasa, termasuk ibu hamil
dan menyusui, terdiri atas 3 panduan ARV.

• Harus terdiri dari 2 obat kelompok NRTI + 1 obat kelompok NNRTI:

PNPK Tata laksana HIV 2019 23


Obat Antiretroviral
yang tersedia di Dunia

 NRTI NNRTI PI
zidovudine (ZDV) nevirapine (NVP) saquinavir (SQV)
didanosine (ddI) efavirenz (EFV) ritonavir (RTV)
zalcitabine (ddC)* delavirdine (DLV)* indinavir (IDV)
Rilpivirin
stavudine (d4T) NtRTI nelfinavir (NFV)
lamivudine (3TC) tenofovir (TFV) amprenavir (APV)
abacavir (ABC) FI lopinavir/r (LPV/r)
emtricitabine enfuvirtide (ENF) Atazanavir (ATV)
(FTC)
* Tidak lagi diproduksi
Bagaimana memilihnya?
24
Viral zinc-finger
nucleocapsid
proteins

Fusion Viral protease


inhibition

RNA RNA
Proteins
Reverse RT
transcriptase
RNA
RNA
DNA
RT Viral regulatory
proteins
DNA

DNA Provirus

Viral integrase
25
NRTI Obat ARV Lini 1 NNRTI
NRTI

ZDV:Zidovudin NVP: Nevirapin


Pedoman ART: Indonesia 2011

3TC:Lamivudin
RILPIVIRIN
atau

FTC: Emtricitabin

TDF: Tenovofir EFV: Efaviren


PNPK Tatalaksana HIV 2019

26
Dosis obat ARV Lini 1
2x 300 mg/ hari
ZDV
Zidovudin

2x 150 mg/ hari, atau


3TC 1x 300 mg/ hari
Lamivudin

1 x 300 mg/ hari


TDF
Tenofovir

1x 200 mg/ hari (Dosis awal untuk 14 hari)


NVP 2x 200 mg/ hari (Setelah 14 hari dan tidak ada ruam kulit)
Nevirapin

EFV 1x 600 mg/ hari (malam)


Efavirens

27
 TDF+3TC(atau FTC)+EFV dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT) 
pilihan panduan terapi ARV lini pertama

 Jika TDF+3TC(atau FTC)+EFV dikontraindikasikan atau tidak


tersedia, pilihannya:
 AZT+3TC+EFV (lamivudine-zidovudine-efavirenz)
 AZT+3TC+NVP (lamivudine-zidovudine-nevirapine)
 TDF+3TC(atau FTC)+NVP (tenovofir-emtricitabine- nevirapine)

 TDF+3TC(atau FTC)+EFV (lepasan) dapat digunakan sebagai alternatif


paduan terapi ARV lini pertama

28
Beberapa antiretroviral di Indonesia

29
Pertahankan Kombinasi ARV yang
sudah berhasil (The Wining Team)

• Lamivudin-zidovudine-Nevirapin
• Lamivudin-zidovudine-Evafiren

• Jika: Viral load tidak terdeteksi , CD4: normal


•  Tidak harus diganti FDC/KDT

30
30 Mengapa harus diberikan 3 kombinasi obat ARV?

25
Monotherapy
% 20 No therapy
perkembangan
pasien Dual therapy
15

10

Triple therapy
5 Viral load

0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15

bulan
31
Pertimbangan Pemberian ART
• COMPASSION : Kepedulian
• COMBINATION : Kombinasi
• COMPLACENCY: Kenyamanan
• COMPLIANCE : Kepatuhan
• TOXICITY : Toksisitas

32
Subtitusi:
Alasan Mengganti Obat
• Toksis
• Gagal Terapi

33
Toksisitas ARV lini pertama dan pilihan obat substitusi
ARV Tipe Toksisitas Faktor Risiko Pilihan Substitusi Lini I
TDF Disfungsi Penyakit ginjal Dewasa: AZT
tubulus ginjal Underweight Anak: AZT atau ABC
Sindroma Lansia Jangan berikan TDF jika
Fanconi DM eGFR <50 mL/menit
HT
Penggunaan obat nefrotoksik lain atau boosted PI
AZT Anemia atau Anemia atau neutropenia sebelum terapi Dewasa: TDF atau AZT
neutropenia CD4 ≤ 200 sel/uL(dewasa) dosis rendah
berat Anak: ABC atau TDF
EFV Toksisitas SSP Sudah ada gangguan mental sebelumnya EFV dosis rendah 400
ARV dikonsumsi siang hari mg/24 jam kecuali ibu
Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver atau koinfeksi dengan hamil dan TB.
hepatitis B atau Hepatitis C Atau NVP atau Rilpivirin
atau LPV/rd
NVP Hepatotoksik Penyakit liver EFV600
Hipersensitivitas Koinfeksi Hep B atau Hep C Jika tidak mentoleransi
obat CD4 >250 sel/uL pada wanita, >400 sel/uL pria beri EFV400 RPV/ LPV/rd

34
Efek samping ARV

35
Rilpivirin (RPV)
 Rilpivirin (RPV): obat alternatif pada ODHA yang tidak dapat mentoleransi EFV
(efavirenz) dan NVP (nevirapine)
 RPV sebaiknya tidak digunakan pada ODHA dengan CD4 < 200 sel/μL atau viral
load > 100.000 kopi/mL karena efektivitasnya lebih rendah pada kondisi
tersebut
 Harus diminum bersama makanan (minimal 390 kalori)
 absorpsinya akan berkurang pada pasien yang menggunakan obat penurun asam
lambung 
 penghambat pompa proton (proton pump inhibitor) dikontraindikasikan 
 Antasida dapat digunakan minimal 2 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian
RPV,
 agonis reseptor H2 minimal 12 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian RPV
36
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN
TERAPI ARV
Pemantauan dalam 6 bulan
pertama terapi ARV:
 keberhasilan terapi ARV,
 efek samping ARV dan
substitusi ARV,
 deteksi masalah terkait
kepatuhan,
 menentukan kapan terapi
ARV harus diganti ke lini
selanjutnya.

37
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN
TERAPI ARV
Lanjutan…

38
KEGAGALAN TERAPI ARV

39
40
41
42
Alasan Switch therapy ke lini ke 2
• Gagal Terapi
• Setelah ditelusuri : minum obat ARV Teratur
• Jika minum obat tidak teratur  edukasi kepatuhan minum obat ARV
(jangan beralih ke lini dua dulu)

43
Switching to
second line drugs in Indonesia

LPV/r:
TDF(Tenovofir)/ Lopinavir/
3TC (Lamivudin)
AZT(Zidovudin ritonavir
(ALUVIA)

44
2 th Terapi ARV
Berpotensi “drop out”

45
Tantangan Pengobatan: Berhenti Minum Obat (Penelitian LTFU, Sofro MAU dkk, 2019)

Alasan utama pasien (Internal):


1. Merasa sehat,
2. Bosan minum ARV
3. Efek samping ARV
4. Kurangnya keterbukaan dengan keluarga tentang status HIV
Akar Masalah: Stigma terhadap penyakit HIVèpasien belum buka status,
pilihan regimen ARV terbatas.

Alasan pasien (Eksternal) :


1. Petugas tidak ramah
2. Waktu tunggu lama
3. Waktu layanan sama dengan jam kerja pasien/luar kota
4. Stigma petugas terhadap ODHA, SOP layanan belum sesuai
46
PPP untuk pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan
Jenis Pajanan HIV positif Kelas 1* HIV positif Kelas 2* Tidak diketahui HIV negatif
HIV Asimtomatis atau diketahui HIV Simtomatis, AIDS, serokonversi akut,
beban viral rendah (y.i. <1500) atau diketahui beban viral tinggi
(mis, pasien meninggal & tidak dapat
dilakukan tes darah)

Perlukaan kulit

Kurang berat Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum buntu, luka di dasar dengan PPP‡♪ PPP
permukaan)
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Lebih berat Pengobatan dengan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum besar berlubang, luka
tusuk dalam, nampak darah pada
3 –obat PPP dengan PPP‡♪ PPP
alat, atau jarum bekas dipakai pada 3 –obat PPP
arteri atau vena)

Pajanan pada lapisan Mukosa atau pajanan pada luka di kulit ¶

Pajanan dalam jumlah sedikit Pertimbangkan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
Pengobatan dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP‡ 3 –obat PPP
Pajanan dalam jumlah banyak Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. tumpahan banyak darah) dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP 3 –obat PPP

Rekomendasi 3 ARV: AZT (Zidovudin) + 3TC (Lamivudin) + LPV/rt (Aluvia) (atau Evafiren)
4 minggu
- NVP (Nevirapin) tidak dianjurkan sebagai PPP
muchlis aus HIV 2019 47
PPP untuk pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan
Jenis Pajanan HIV positif Kelas 1* HIV positif Kelas 2* Tidak diketahui HIV negatif
HIV Asimtomatis atau diketahui HIV Simtomatis, AIDS, serokonversi akut,
beban viral rendah (y.i. <1500) atau diketahui beban viral tinggi
(mis, pasien meninggal & tidak dapat
dilakukan tes darah)

Perlukaan kulit

Kurang berat Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum buntu, luka di dasar dengan PPP‡♪ PPP
permukaan)
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Lebih berat Pengobatan dengan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum besar berlubang, luka
tusuk dalam, nampak darah pada
3 –obat PPP dengan PPP‡♪ PPP
alat, atau jarum bekas dipakai pada 3 –obat PPP
arteri atau vena)

Pajanan pada lapisan Mukosa atau pajanan pada luka di kulit ¶

Pajanan dalam jumlah sedikit Pertimbangkan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
Pengobatan dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP‡ 3 –obat PPP
Pajanan dalam jumlah banyak Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. tumpahan banyak darah) dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP 3 –obat PPP

Rekomendasi 3 ARV: AZT (Zidovudin) + 3TC (Lamivudin) + LPV/rt (Aluvia) (atau Evafiren)
4 minggu
- NVP (Nevirapin) tidak dianjurkan sebagai PPP
muchlis aus HIV 2019 48
Risiko Penularan di Sarana Pelayanan
Kesehatan

Agen Cara pajanan Resiko infeksi

HBV Perkutaneus 30 %

HCV Perkutaneus 3%

HIV Perkutaneus 0.3 %

HIV Mukokutaneus 0.03 %

muchlis aus HIV 2019 49


Follow up Laboratorium
(Bila mungkin)

Waktu Jika meminum PPP Tidak meminum PPP

Data Dasar HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV


(Dalam waktu DL, Transaminase
8 hari)
Minggu ke 4 Transaminase Transaminase
DL
Bulan ke 3 HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV
Transaminase Transaminase
Bulan ke 6 HIV, HCV, HBV HIV, HCV, HBV
Transaminase Transaminase

muchlis aus HIV 2019 50


Pasca Pajanan di RSUP Dr Kariadi
• Perawat, Bidan, Dokter yang melaporkan Pasca Pajanan: 41 orang
(semua cemas)
• Tes HIV saat kejadian : non reaktif HIV semua
• Tes HIV 3 bulan : non reaktif HIV semua
• Tes HIV 6 bulan : non reaktif HIV (6)

• Jadi: Aman  tetap waspada

muchlis aus HIV 2019 51


PROFILAKSIS INFEKSI OPORTUNISTIK

 Profilaksis kotrimoksazol direkomendasi pada ODHA (termasuk wanita


hamil) dengan stadium WHO 3 atau 4 dan/atau jumlah CD4 <200 sel/μL
 Profilaksis kotrimoksazol direkomendasikan pada semua ODHA dengan TB
berapapun jumlah CD4
 Pasien HIV yang tidak terbukti TB aktif, harus diberikan profilaksis isoniazid
selama 6 bulan :
 tanpa tanda TB aktif tanpa melihat derajat imunosupresi,
 status pengobatan ARV,
 status kehamilan

52
Pentingnya Konseling tes HIV
+ terapi ARV
• Mengapa tes HIV perlu konseling pre dan post tes HIV
• Siapa yang memberikan konseling
• Apa yang perlu dikuasai oleh pemberi konseling
• Siapa yang perlu dikonseling pasca tes HIV
• Apa yang dikonseling jika HIV negative
• Apa yang dikonseling jika HIV positif
• Teknik Konseling

53
Kasus 1
• Ibu hamil diskrining HIV : reaktif (kaget, merasa tidak pernah
“aneh-aneh”)
• Suami dikonseling (pasangan)  Skrining HIV: reaktif
• Konseling: hub sex dengan pacar “resos argomulyo”
• Isteri tidak marah  menguatkan suami : tidak menyalahkan
diri sendiri.
• Tidak usah melihat “siapa yang menularkan”
• Mulai sekarang minum obat ARV dan hidup sehat
• Isteri minum obat teratur
• Anak lahir: HIV non reaktif

54
Kasus 2
• Lelaki (LSL) tes HIV
• Pengetahuan tentang HIV sudah bagus
• Mengerti risiko perilaku seks
• Hasil tes HIV: Reaktif
• Pasien punya isteri
• Disarankan : ajak pasangan hub sex dan isteri untuk tes
• Bersedia ajak isteri tapi minta dirahasiakan kalau LSL
• Alasan tertular: pernah terapi “membesarkan alat kelamin”
• Isteri: tes HIV reaktif  depresi. Konseling terus rajin minum obat.
• Anak dua: non reaktif semua
55
Kasus 3
• Pasien IMS: Sifilis  diskrining HIV
• Selalu ditanyakan: sejauh mana pengetahuan tentang HIV
• Setelah Hasil Tes jadi:
• Non Reaktif: rubah perilaku seks dan pencegahan agar tidak
menjadi Reaktif.
• Reaktif:
• edukasi kepatuhan minum obat ARV
• Manfaat minum obat ARV
• Edukasi perilaku aman untuk tidak menularkan virus HIV
• Tawarkan buka status ke pasangan (masih banyak yang menolak)
56
Kasus 4:
• Calon pengantin puteri tes HIV  reaktif
• Depresi  ingin melarikan diri tidak jadi menikah
• Khawatir calon suami meninggalkan
• Calon suami diajak konseling  tes HIV non reaktif
• Mau menerima dan tetap menikah
• “Kami saling mencintai karena Allah”  seperti Novel

57
Kasus 5
• Anggota Dewan di Kabupaten P
• Konseling pre tes dan pasca tes lancar
• Setiap bulan berobat teratur (dua tahun)
• Suatu saat: demam lama, berat badan turun
• Dirawat 2 minggu
• Meninggal dunia
• 40 hari pasca meninggal: isteri mengembalikan obat ARV di tas kresek (6
bulan tidak minum obat, padahal berobat teratur  “menyenangkan dokter”

58
Rujukan dari UTD PMI (donor darah)
• HIV reaktif dari PMI
• Ditanyakan: bersedia tes ulang? Dari PMI baru skrining
(walaupun alat periksanya bagus)
• Adakah Hubungan seks berisiko?
• HIV ulang non reaktif:
• Ulang tes HIV satu bulan lagi  non reaktif? Silakan ke PMI 3 bulan
berikutnya
• HIV ulang reaktif:
• Edukasi memulai ARV
• Tidak boleh mendonorkan darah lagi  surat balasan ke UTD PMI
59
Problema konseling:
• Konseling Pra-tes :
• Tidak jujur (sudah tahu HIV  tes lagi)
• Menyalahkan pihak tertular, padahal sebagai penular
• LSL: menyalahkan tukang cukur, tes glukotes di apotik
• Konseling Pasca tes
• Belum mau jujur kepada pasangan  penularan tinggi

60
Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2016
• HIV tanpa Komplikasi (4A: mampu diagnosis dan terapi)
• HIV dengan komplikasi (3A: mampu diagnosis dan merujuk terapi)

• Pertanyaan: apakah Pendidikan kedokteran sudah membekali ilmu


diagnosis dan terapi HIV yang memadai?

• Sudahkah dokter meningkatkan kapasitas diri agar kompeten?

61
Terimakasih

62

You might also like