Professional Documents
Culture Documents
New Trend and Issue of Hiv-Aids Treatment
New Trend and Issue of Hiv-Aids Treatment
New Trend and Issue of Hiv-Aids Treatment
OF HIV-AIDS TREATMENT
Muchlis Achsan Udji Sofro
Anggota Panel Ahli HIV Kemenkes RI
Kuliah Pakar FIKK Universitas Muhammadiyah Semarang
11 Desember 2019
1
DR Dr Muchlis Achsan Udji Sofro, SpPD-KPTI
•
Pemalang, 19 Maret 1963
• Pembina Utama : IV-E
• Isteri: DR Dr Retnaningsih SpS-K, KIC. Anak: Annisa Laras SPsi
• Amanah:
• Ketua KSM Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi
• Kepala Divisi Tropik Infeksi, Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK UNDIP
• Ketua Tim HIV RSUP Dr Kariadi
• Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba (KPRA) Kemenkes RI
• Anggota Panel Ahli HIV Kementrian Kesehatan RI
2
SITUASI CAKUPAN PENGOBATAN
Target of PLHIV on ART by 2020 (red) and current estimated coverage (blue)
40% estimated
300,000 PLHIV
258,340
250,000
200,000 186,165
142,699
150,000
129,490 125,589
108,479
100,000 91,369
63,066
77,748 115,782
50,400
50,000 39,418
31,190
19,572 24,002
10,616 16,063
2,029 4,440 6,653
-
2,005 2,006 2,007 2,008 2,009 2,010 2,011 2,012 2,013 2,014 2,015 2,016 2,017 2,018 2,019 2,020
Proyeksi Infeksi Baru HIV sd 2025
(AEM projection 2012)
Pencegahan?
4
Perjalanan penyakit HIV
• 24 jam sete;ah
paparan virus
masuk atau ditangkap
dendritic cells di
mukosa
membran/kulit
Window Period
Window
Window Period
Period == Time
Time between
between infection
infection and
and detectable
detectable HIV
HIV antibodies
antibodies
PRIMARY (ACUTE) HIV
Acute Illness
Symptomatic
Symptomatic Disease
Disease Often
Often Precedes
Precedes Positive
PositiveAntibody
Antibody Test
Test
PRIMARY (ACUTE) HIV
N =160
Air Ketuban
Darah
sperma
Cairan bersama
Semen
18,000 Cairan
Air liur
11,000
Vagina Cairan
7,000 Amnion Air Liur
4,000 Saliva
1
Stadium IV
Stadium III
Stadium II
Stadium I
20
TATA LAKSANA PASCA-DIAGNOSIS
HIV
ARV diindikasikan pada semua ODHA berapapun jumlah CD4
ODHA tanpa gejala infeksi oportunistik, ARV dimulai segera dalam 7
hari setelah diagnosis dan penilaian klinis.
Pada ODHA sudah siap untuk memulai ARV, dapat ditawarkan untuk
memulai ARV pada hari yang sama, terutama pada ibu hamil
ODHA dengan TB:
pengobatan TB dimulai terlebih dahulu,
dilanjutkan pengobatan ARV sesegera mungkin 8 minggu pertama pengobatan
TB
NRTI NNRTI PI
zidovudine (ZDV) nevirapine (NVP) saquinavir (SQV)
didanosine (ddI) efavirenz (EFV) ritonavir (RTV)
zalcitabine (ddC)* delavirdine (DLV)* indinavir (IDV)
Rilpivirin
stavudine (d4T) NtRTI nelfinavir (NFV)
lamivudine (3TC) tenofovir (TFV) amprenavir (APV)
abacavir (ABC) FI lopinavir/r (LPV/r)
emtricitabine enfuvirtide (ENF) Atazanavir (ATV)
(FTC)
* Tidak lagi diproduksi
Bagaimana memilihnya?
24
Viral zinc-finger
nucleocapsid
proteins
RNA RNA
Proteins
Reverse RT
transcriptase
RNA
RNA
DNA
RT Viral regulatory
proteins
DNA
DNA Provirus
Viral integrase
25
NRTI Obat ARV Lini 1 NNRTI
NRTI
3TC:Lamivudin
RILPIVIRIN
atau
FTC: Emtricitabin
26
Dosis obat ARV Lini 1
2x 300 mg/ hari
ZDV
Zidovudin
27
TDF+3TC(atau FTC)+EFV dalam bentuk kombinasi dosis tetap (KDT)
pilihan panduan terapi ARV lini pertama
28
Beberapa antiretroviral di Indonesia
29
Pertahankan Kombinasi ARV yang
sudah berhasil (The Wining Team)
• Lamivudin-zidovudine-Nevirapin
• Lamivudin-zidovudine-Evafiren
30
30 Mengapa harus diberikan 3 kombinasi obat ARV?
25
Monotherapy
% 20 No therapy
perkembangan
pasien Dual therapy
15
10
Triple therapy
5 Viral load
0
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
bulan
31
Pertimbangan Pemberian ART
• COMPASSION : Kepedulian
• COMBINATION : Kombinasi
• COMPLACENCY: Kenyamanan
• COMPLIANCE : Kepatuhan
• TOXICITY : Toksisitas
32
Subtitusi:
Alasan Mengganti Obat
• Toksis
• Gagal Terapi
33
Toksisitas ARV lini pertama dan pilihan obat substitusi
ARV Tipe Toksisitas Faktor Risiko Pilihan Substitusi Lini I
TDF Disfungsi Penyakit ginjal Dewasa: AZT
tubulus ginjal Underweight Anak: AZT atau ABC
Sindroma Lansia Jangan berikan TDF jika
Fanconi DM eGFR <50 mL/menit
HT
Penggunaan obat nefrotoksik lain atau boosted PI
AZT Anemia atau Anemia atau neutropenia sebelum terapi Dewasa: TDF atau AZT
neutropenia CD4 ≤ 200 sel/uL(dewasa) dosis rendah
berat Anak: ABC atau TDF
EFV Toksisitas SSP Sudah ada gangguan mental sebelumnya EFV dosis rendah 400
ARV dikonsumsi siang hari mg/24 jam kecuali ibu
Hepatotoksisitas Sudah ada penyakit liver atau koinfeksi dengan hamil dan TB.
hepatitis B atau Hepatitis C Atau NVP atau Rilpivirin
atau LPV/rd
NVP Hepatotoksik Penyakit liver EFV600
Hipersensitivitas Koinfeksi Hep B atau Hep C Jika tidak mentoleransi
obat CD4 >250 sel/uL pada wanita, >400 sel/uL pria beri EFV400 RPV/ LPV/rd
34
Efek samping ARV
35
Rilpivirin (RPV)
Rilpivirin (RPV): obat alternatif pada ODHA yang tidak dapat mentoleransi EFV
(efavirenz) dan NVP (nevirapine)
RPV sebaiknya tidak digunakan pada ODHA dengan CD4 < 200 sel/μL atau viral
load > 100.000 kopi/mL karena efektivitasnya lebih rendah pada kondisi
tersebut
Harus diminum bersama makanan (minimal 390 kalori)
absorpsinya akan berkurang pada pasien yang menggunakan obat penurun asam
lambung
penghambat pompa proton (proton pump inhibitor) dikontraindikasikan
Antasida dapat digunakan minimal 2 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian
RPV,
agonis reseptor H2 minimal 12 jam sebelum atau 4 jam sesudah pemberian RPV
36
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN
TERAPI ARV
Pemantauan dalam 6 bulan
pertama terapi ARV:
keberhasilan terapi ARV,
efek samping ARV dan
substitusi ARV,
deteksi masalah terkait
kepatuhan,
menentukan kapan terapi
ARV harus diganti ke lini
selanjutnya.
37
PEMANTAUAN SETELAH PEMBERIAN
TERAPI ARV
Lanjutan…
38
KEGAGALAN TERAPI ARV
39
40
41
42
Alasan Switch therapy ke lini ke 2
• Gagal Terapi
• Setelah ditelusuri : minum obat ARV Teratur
• Jika minum obat tidak teratur edukasi kepatuhan minum obat ARV
(jangan beralih ke lini dua dulu)
43
Switching to
second line drugs in Indonesia
LPV/r:
TDF(Tenovofir)/ Lopinavir/
3TC (Lamivudin)
AZT(Zidovudin ritonavir
(ALUVIA)
44
2 th Terapi ARV
Berpotensi “drop out”
45
Tantangan Pengobatan: Berhenti Minum Obat (Penelitian LTFU, Sofro MAU dkk, 2019)
Perlukaan kulit
Kurang berat Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum buntu, luka di dasar dengan PPP‡♪ PPP
permukaan)
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Lebih berat Pengobatan dengan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum besar berlubang, luka
tusuk dalam, nampak darah pada
3 –obat PPP dengan PPP‡♪ PPP
alat, atau jarum bekas dipakai pada 3 –obat PPP
arteri atau vena)
Pajanan dalam jumlah sedikit Pertimbangkan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
Pengobatan dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP‡ 3 –obat PPP
Pajanan dalam jumlah banyak Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. tumpahan banyak darah) dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Rekomendasi 3 ARV: AZT (Zidovudin) + 3TC (Lamivudin) + LPV/rt (Aluvia) (atau Evafiren)
4 minggu
- NVP (Nevirapin) tidak dianjurkan sebagai PPP
muchlis aus HIV 2019 47
PPP untuk pajanan HIV
Status infeksi sumber pajanan
Jenis Pajanan HIV positif Kelas 1* HIV positif Kelas 2* Tidak diketahui HIV negatif
HIV Asimtomatis atau diketahui HIV Simtomatis, AIDS, serokonversi akut,
beban viral rendah (y.i. <1500) atau diketahui beban viral tinggi
(mis, pasien meninggal & tidak dapat
dilakukan tes darah)
Perlukaan kulit
Kurang berat Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum buntu, luka di dasar dengan PPP‡♪ PPP
permukaan)
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Lebih berat Pengobatan dengan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. jarum besar berlubang, luka
tusuk dalam, nampak darah pada
3 –obat PPP dengan PPP‡♪ PPP
alat, atau jarum bekas dipakai pada 3 –obat PPP
arteri atau vena)
Pajanan dalam jumlah sedikit Pertimbangkan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
Pengobatan dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP‡ 3 –obat PPP
Pajanan dalam jumlah banyak Dianjurkan Pengobatan Anjuran pengobatan Umumnya Tidak ada Tidak perlu
(y.i. tumpahan banyak darah) dasar dengan PPP‡♪ PPP
2 – obat PPP 3 –obat PPP
Rekomendasi 3 ARV: AZT (Zidovudin) + 3TC (Lamivudin) + LPV/rt (Aluvia) (atau Evafiren)
4 minggu
- NVP (Nevirapin) tidak dianjurkan sebagai PPP
muchlis aus HIV 2019 48
Risiko Penularan di Sarana Pelayanan
Kesehatan
HBV Perkutaneus 30 %
HCV Perkutaneus 3%
52
Pentingnya Konseling tes HIV
+ terapi ARV
• Mengapa tes HIV perlu konseling pre dan post tes HIV
• Siapa yang memberikan konseling
• Apa yang perlu dikuasai oleh pemberi konseling
• Siapa yang perlu dikonseling pasca tes HIV
• Apa yang dikonseling jika HIV negative
• Apa yang dikonseling jika HIV positif
• Teknik Konseling
53
Kasus 1
• Ibu hamil diskrining HIV : reaktif (kaget, merasa tidak pernah
“aneh-aneh”)
• Suami dikonseling (pasangan) Skrining HIV: reaktif
• Konseling: hub sex dengan pacar “resos argomulyo”
• Isteri tidak marah menguatkan suami : tidak menyalahkan
diri sendiri.
• Tidak usah melihat “siapa yang menularkan”
• Mulai sekarang minum obat ARV dan hidup sehat
• Isteri minum obat teratur
• Anak lahir: HIV non reaktif
54
Kasus 2
• Lelaki (LSL) tes HIV
• Pengetahuan tentang HIV sudah bagus
• Mengerti risiko perilaku seks
• Hasil tes HIV: Reaktif
• Pasien punya isteri
• Disarankan : ajak pasangan hub sex dan isteri untuk tes
• Bersedia ajak isteri tapi minta dirahasiakan kalau LSL
• Alasan tertular: pernah terapi “membesarkan alat kelamin”
• Isteri: tes HIV reaktif depresi. Konseling terus rajin minum obat.
• Anak dua: non reaktif semua
55
Kasus 3
• Pasien IMS: Sifilis diskrining HIV
• Selalu ditanyakan: sejauh mana pengetahuan tentang HIV
• Setelah Hasil Tes jadi:
• Non Reaktif: rubah perilaku seks dan pencegahan agar tidak
menjadi Reaktif.
• Reaktif:
• edukasi kepatuhan minum obat ARV
• Manfaat minum obat ARV
• Edukasi perilaku aman untuk tidak menularkan virus HIV
• Tawarkan buka status ke pasangan (masih banyak yang menolak)
56
Kasus 4:
• Calon pengantin puteri tes HIV reaktif
• Depresi ingin melarikan diri tidak jadi menikah
• Khawatir calon suami meninggalkan
• Calon suami diajak konseling tes HIV non reaktif
• Mau menerima dan tetap menikah
• “Kami saling mencintai karena Allah” seperti Novel
57
Kasus 5
• Anggota Dewan di Kabupaten P
• Konseling pre tes dan pasca tes lancar
• Setiap bulan berobat teratur (dua tahun)
• Suatu saat: demam lama, berat badan turun
• Dirawat 2 minggu
• Meninggal dunia
• 40 hari pasca meninggal: isteri mengembalikan obat ARV di tas kresek (6
bulan tidak minum obat, padahal berobat teratur “menyenangkan dokter”
58
Rujukan dari UTD PMI (donor darah)
• HIV reaktif dari PMI
• Ditanyakan: bersedia tes ulang? Dari PMI baru skrining
(walaupun alat periksanya bagus)
• Adakah Hubungan seks berisiko?
• HIV ulang non reaktif:
• Ulang tes HIV satu bulan lagi non reaktif? Silakan ke PMI 3 bulan
berikutnya
• HIV ulang reaktif:
• Edukasi memulai ARV
• Tidak boleh mendonorkan darah lagi surat balasan ke UTD PMI
59
Problema konseling:
• Konseling Pra-tes :
• Tidak jujur (sudah tahu HIV tes lagi)
• Menyalahkan pihak tertular, padahal sebagai penular
• LSL: menyalahkan tukang cukur, tes glukotes di apotik
• Konseling Pasca tes
• Belum mau jujur kepada pasangan penularan tinggi
60
Standar Kompetensi Dokter Indonesia 2016
• HIV tanpa Komplikasi (4A: mampu diagnosis dan terapi)
• HIV dengan komplikasi (3A: mampu diagnosis dan merujuk terapi)
61
Terimakasih
62