Professional Documents
Culture Documents
Kuliah DM (S-04) 17-02-2021
Kuliah DM (S-04) 17-02-2021
Kuliah DM (S-04) 17-02-2021
1. International Diabetes Federation. Time to Act. 2001. http://www.idf.org/webdata/docs/Diabetes%20and%20CVD.pdf. Accessed February 28, 2012.
2. Seaquist ER. Diabetes. 2010;59:4-5.
Klasifikasi Diabetes
Diabetes can be classified into the following general categories:
1. Type 1 diabetes (due to autoimmune ß-cell destruction, usually
leading to absolute insulin deficiency)
2. Type 2 diabetes (due to a progressive loss of ß-cell insulin
secretion frequently on the background of insulin resistance)
3. Gestational diabetes mellitus (GDM) (diabetes diagnosed in the
second or third trimester of pregnancy that was not clearly overt
diabetes prior to gestation)
4. Specific types of diabetes due to other causes, e.g., monogenic
diabetes syndromes (such as neonatal diabetes and maturity-
onset diabetes of the young [MODY]), diseases of the exocrine
pancreas (such as cystic fibrosis and pancreatitis), and drug- or
chemical-induced diabetes (such as with glucocorticoid use, in the
treatment of HIV/AIDS, or after organ transplantation)
Patogenesis DMT1
Sekitar 5-10% dari semua tipe DM
Biasanya terjadi pada masa anak-anak
Reaksi otoimun akibat radang pada sel beta (insulitis)
misalnya oleh virus
Ditemukan antibodi yaitu: Islet Cell Antibody (ICA),
Insulin Autoantibody (IAA), Glutamic Acid Decarboxilase
Antibody (GADA)
Genetik terkait dengan HLA tertentu: DR3 dan DR4. Di
Jepang dan Cina DR3/DRw9
Bentuk lain: idiopatik
Kadar insulin absolut rendah (absolute hypoinsulinemia)
Patogenesis DMT2
Faktor Genetik
– ~ 90% kembar identik menderita DMT2
– Variasi prevalensi berdasarkan etnik. Banyak pada suku Pima
Indian dan penduduk kepulauan Nauru di pasifik, sedikit di
Cina.
Faktor Lingkungan
– Terkait pola hidup (makanan, aktivitas, kegemukan)
– Perubahan prevalensi pada etnik yang bermigrasi : Jepang yang
migrasi ke Hawaii 12%; Jepang yang menetap di Hiroshima =
7%
Patogenesis DMT2
Gangguan kerja insulin (resistensi insulin):
Usia
Kapan saja > 30 tahun
Berat Badan
Umumnya kurus Gemuk
Onset dari
tanda/gejala Cepat Bertahap
Gejala
Hiperglikemi, ketosis Sedikit gejala klasik
Diagnosis
Insulin
Insulin resistance
Inadequate
β-cell
function Insulin secretion
Microvascular changes
Macrovascular changes
Prediabetes
NGT Diabetes
(IFG/IGT)
Decreased
Increased
Impaired Incretin Effect
Insulin Secretion Lipolysis
Islet a-cell
Increased
Decreased Glucose
HGP
Uptake
Neurotransmitter
Skrining (penapisan)
Skrining dilakukan untuk mengidentifikasi
adanya diabetes pada seseorang yang belum
ada gejala diabetes agar segera mendapatkan
pengobatan
Studi observasi menunjukkan bahwa orang yang
terdiagnosis diabetes pada waktu skrining
memiliki hasil pengobatan yang lebih baik
dibandingkan yang berobat secara tiba-tiba
karena sudah ada gejala diabetes.
1. Edukasi (Education)
2. Terapi nutrisi medis (Medical Nutrition
Therapy)
3. Olah raga (Physical Exercise)
4. Obat-obatan (Pharmacology)
20
1. Edukasi dan Suport
1. Dilakukan pada waktu diagnosis
2. Dilakukan setiap tahun untuk mengevaluasi hasil
edukasi, nutrisi, dan kondisi/kebutuhan emosional
pasien
3. Apabila timbul berbagai faktor yang mempengaruhi
manajamen diri pasien
4. Ketika ada perubahan terapi
Materi Edukasi dan Suport
Dukungan dan nasehat positif terhadap pasien
Informasi mengenai penyakit
Pendekatan untuk mengatasi masalah
Diskusikan program pengobatan yang akan dilakukan
Kompromi dan negosiasi pengobatan
Motivasi untuk berobat
Keterlibatkan keluarga
Perhatikan kondisi fisik dan psikologis pasien
Gunakan alat bantu audiovisual (bila tersedia)
2. Terapi Nutrisi Medik
Tujuan:
1. Menunjang pola nutrisi yang sehat untuk:
– Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
– Mempertahankan kadar gula darah, tekanan darah
dan lipid darah dalam batas normal
– Menunda atau mencegah komplikasi diabetes
2. Untuk mencapai pola nutrisi yang baik dengan
mempertimbangkan budaya dan jenis makanan
setempat, ketersediaan, keinginan dan kemampuan
untuk merubah kebiasaan, serta hambatan terhadap
perubahan tersebut.
Lifestyle Management:
Standards of Medical Care in Diabetes - 2018. Diabetes Care 2018; 41 (Suppl. 1): S38-S50
2. Terapi Nutrisi Medik
Lifestyle Management:
Standards of Medical Care in Diabetes - 2018. Diabetes Care 2018; 41 (Suppl. 1): S38-S50
Pengaturan Makanan
BLOK LEMAK
30%
Gizi Seimbang
Karbohidrat 60%
Protein 15%
Lemak 25 – 30%
(lemak jenuh tidak
melebihi 10% dari total
lemak yang dikonsumsi)
Cukup vitamin & mineral.
3. Olah Raga
Bermanfaat untuk kebugaran, mengendalikan berat
badan dan meningkatkan sensitifitas insulin
Harus bersifat aerobik
Jalan kaki, bersepeda, jogging, renang
Hindari yang bersifat kompetitif
Jangan dilakukan pada saat glukosa darah masih
tinggi (belum terkendali)
26
3. Olah Raga
1. Most adults with type 1 and type 2 diabetes should
engage in 150 min or more of moderate to vigorous
intensity aerobic activity per week, spread over at
least 3 days/week, with no more than 2 consecutive
days without activity. Shorter durations (minimum
75min/week) of vigorous
2. Adults with type 1 and type 2 diabetes should engage
in 2–3 sessions/week of resistance exercise on
nonconsecutive days.
3. Olah Raga
3. All adults, and particularly those with type 2 diabetes,
should decrease the amount of time spent in daily
sedentary behavior. Prolonged sitting should be
interrupted every 30 min for blood glucose benefits.
4. Flexibility training and balance training are
recommended 2–3 times/week for older adults with
diabetes. Yoga and tai chi may be included based on
individual preferences to increase flexibility, muscular
strength, and balance.
4. TERAPI FARMAKOLOGI
Pharmacologic Therapy for Type 1 DM
32
Obat Hipoglikemik Oral
Penghambat enzim glukosidase alfa:
- Acarbose
Penghambat enzim dipeptidyl peptidase-4:
- Vildagliptin
- Sitagliptin
- Linagliptin
- Saxagliptin, dll.
Penghambat Sodium Glucose Co-Transporter 2
(SGLT 2 Inhibitor):
- Golongan gliflozin (cana-, dapa-, empagliflozin)
33
Obat hipoglikemik parenteral
• Insulin (human insulin, analog insulin):
Short acting, long acting, ultra long acting,
premixed, co-formulation
• Pramlintide
• Incretin base (GLP-1 receptor agonist short acting dan long
acting)
Contoh: Liraglutide, exenatide, lixisenatide, semaglutide
• Kombinasi ultra long acting insulin analog dengan short
acting GLP-1 receptor agonist
Contoh: Glargine-XR dan Lixisenatide (Soliqua®)
Algoritme Pengelolaan DMT2 di Indonesia
(Konsensus PERKENI 2015)
Modifikasi pola hidup sehat (makanan sehat, kendali berat badan, olah raga)
Keterangan
*Obat yang terdaftar, pemilihan dan penggunaannya
disarankan mempertimbangkan faktor keuntungan,
Jika HbAc1 >7%
Jika belum memenuhi sasaran kerugian biaya, dan ketersediaan sesuai tabel 11
dalam 3 bulan, tambahan Jika belum memenuhi
dalam 3 bulan, mulai terapi insulin ** Kolsevelam belum tersedia di Indonesia
obat ke 2 (kombinasi 2 sasaran dalam 3 bulan,
obat) atau intensifikasi terapi insulin Bromokriptin QR umumnya digunakan pada terapi
masuk ke kombinasi 3 obat
tumor hipofisis
Time
Human Insulin Basal Human Insulin Bolus
Analogue Insulin Basal Analogue Insulin Bolus
39
GLYCEMIC TARGETS
GLYCEMIC TARGETS
Glycemic Targets:
Standards of Medical Care in Diabetes - 2020. Diabetes Care 2020;43(Suppl. 1): S66-S76
Monitor Glukosa Darah
Pasien yang mendapat terapi insulin intensif
(dosis insulin multipel atau dengan pompa
insulin) harus melakukan monitor gula darah
sendiri (SMBG) pada waktu:
– Sebelum makan
– Sebelum tidur
– Sesekali posprandial
– Sebelum melakukan olah raga
– Apabila dicurigai gula darah rendah atau
sesudah mengalami hipoglikemi
Glycemic Targets: Standards of Medical Care in Diabetes - 2018. Diabetes Care 2018; 41 (Suppl. 1): S55-S64
Pemeriksaan HbA1c