Unas Maret 101-130

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 61

SOAL UNAS MARET 2021

101-130
A
101. Pemeriksaan audiometri segera menjadi normal kembali setelah Menier’s
disesase secara klinis membaik, hal ini bisa terjadi karena tuli pada penderita
Menier’s disease disebabkan oleh
a. Kenaikan kadar Na+ yang berlebihan di endolymphe
b. Terganggunya pompa kalium
c. Perubahan kepekatan endolymphe
d. Kerusakan membrane basilaris sehingga tidak mampu bergetar
e. Kerusakan strereocilla
Answer : A. Meniere's is an inner ear disorder that affects hearing and balance. Although Meniere's
disease can affect people of any age, people in their 40s and 50s are much more likely to experience
it. This condition is considered to be chronic and there is no cure, but there are various treatment
strategies that will minimize the effect on your life and relieve symptoms. 
Meniere's disease can cause hearing loss, including mid- and low-frequency hearing loss, meaning
low-pitched sounds may be harder to hear (men's voices compared to women's voices, or the bass in
music, for example). A person also might be more sensitive to higher-pitched sounds and find them
uncomfortable. However, Meniere's disease is unpredictable and the hearing loss may not affect low
frequencies, but instead high frequencies. Often the hearing loss comes and goes, making it harder
to diagnose. 
Dietary changes may decrease the amount of fluid in the inner ear, which can weaken the symptoms
of the disease. Reduce salt intake: Salt helps the body to retain water, so reduce intake of sodium-
rich beverages and foods. Drink less caffeine: Caffeinated beverages can make symptoms like
tinnitus worse, so it is best to decrease the amount of this stimulant in your diet.
D
102. Seorang anak usia 3 tahun dibawa ke dokter THT dengan keluhan suara parau
selama 2 bulan. Tidak ada batuk, tidak demam, nafas agak sesak. Anak cukup aktif, gizi
baik, tidak tampak sakit. Anak tersebut anak pertama dari seorang ibu dengan riwayat
partus lama. Si ibu sudah kawin cerai sebanyak lima kali dan baru mendapat anak pada
perkawinan terakhir. Dugaan penyakit anak diatas adalah:
a. Laringitis tuberkulosa
b. Laringitis jamur
c. Kista laring
d. Papiloma laring
e. Polip laring
Answer : D. Papiloma laring merupakan tumor jinak proliferatif yang sering dijumpai di saluran
nafas anak, dapat menyebabkan sumbatan saluran nafas yang dapat mengakibatkan kematian.
Papiloma laring dijumpai 80% pada anak-anak kelompok usia dibawah 7 tahun. Penyakit ini
paling sering dijumpai pada anak-anak di bawah usia 12 tahun yaitu juvenile-onset recurrent
respiratory papillomatosis (JORRP) dan bisa dijumpai pada usia 20-40 tahun yaitu adult-onset
respiratory papillomatosis (AORRP).
Etiologi papiloma laring tidak diketahui dengan pasti. Diduga Human Papilloma Virus (HPV) tipe
6 dan 11 berperan terhadap terjadinya papiloma laring. Beberapa keadaan diduga berperan
sebagai faktor predisposisi seperti keadaan ekonomi rendah, higiene yang buruk, infeksi saluran
nafas kronik, kelainan imunologis, dan terdapatnya kondiloma akuminata pada ibu. Diduga ada
hubungan antara infeksi HPV genital pada ibu hamil dan papiloma laring pada anak. Hal ini
terbukti dengan adanya HPV tipe 6 dan 11 pada kondiloma genital.
D
103. Seorang laki umur 50 th merasa telinga kiri berdenging sejak 2 thn yang lalu terus
menerus, semakin berat, sejak 1 tahun yang lalu merasa pendengaran berkurang. Pada
pemeriksaan otoskopi: dalam batas normal, pemeriksaan penunjang: audiogram telinga
kiri tuli sensorineural, pemeriksaan impedance dalam batas normal, pemeriksaan OAE:
telinga kanan dan kiri: pass, diagnose yang paling mungkin pada kasus ini adalah:
A. Gangguan vaskularisasi stria vaskularis
B. Ototoksik
C. Otosklerosis
D. Acustic neuroma
E. Gangguan pada batang otak
Answer : D. Acoustic neuroma, also known as vestibular schwannoma, is a noncancerous and usually
slow-growing tumor that develops on the main (vestibular) nerve leading from your inner ear to your
brain. Branches of this nerve directly influence your balance and hearing, and pressure from an
acoustic neuroma can cause hearing loss, ringing in your ear and unsteadiness.
Acoustic neuroma usually arises from the Schwann cells covering this nerve and grows slowly or
not at all. Rarely, it may grow rapidly and become large enough to press against the brain and
interfere with vital functions.
Signs and symptoms of acoustic neuroma are often subtle and may take many years to develop. They
usually arise from the tumor's effects on the hearing and balance nerves. Pressure from the tumor
on adjacent nerves controlling facial muscles and sensation (facial and trigeminal nerves), nearby
blood vessels, or brain structures may also cause problems.
Common signs and symptoms of acoustic neuroma include:
◦ Hearing loss, usually gradual — although in some cases sudden — and occurring on only one side
or more pronounced on one side
◦ Ringing (tinnitus) in the affected ear
◦ Unsteadiness, loss of balance
◦ Dizziness (vertigo)
◦ Facial numbness and very rarely, weakness or loss of muscle movement
E
104. Seorang anak umur 5 tahun dirujuk ke unit gawat darurat dengan keluhan batuk,
pilek selama 5 hari yg lalu. Demam subfebris. Seharian kemaren batuk bertambah
berat sampai muntah. Sejak tadi pagi suara parau dan nafas mulai sesak. Sudah diberi
OBH Combi tetap tidak membaik. Anak tidak tampak sakit berat, tidak sianosis. Suara
parau, terdengar stridor inspirasi ringan. Dugaan penyakit anak tersebut:
a. Laringitsi difteri
b. Laringitis akut
c. Benda asing laring
d. Epiglotitis akut
e. Laringotrakeobronkitis
Answer : E. Croup refers to an infection of the upper airway, which obstructs breathing and
causes a characteristic barking cough.
The cough and other signs and symptoms of croup are the result of swelling around the voice
box (larynx), windpipe (trachea) and bronchial tubes (bronchi). When a cough forces air through
this narrowed passageway, the swollen vocal cords produce a noise similar to a seal barking.
Likewise, taking a breath often produces a high-pitched whistling sound (stridor).
C
105. Seorang pria 20 th mengalami nyeri tenggorok persisten dan didapatkan faringitis yang
disertai pembesaran tonsil dan adenopati servikal. Tindakan yang dilakukan:
a. Kultur tenggorok
b. Biopsi
c. Tonsilektomi
d. FNAB
e. CT Scan
Answer : C. Tonsillopharyngitis is acute infection of the pharynx, palatine tonsils, or
both. Symptoms may include sore throat, dysphagia, cervical lymphadenopathy, and
fever. Diagnosis is clinical, supplemented by culture or rapid antigen test. Treatment
depends on symptoms and, in the case of group A beta-hemolytic streptococcus,
involves antibiotics.
Tonsillopharyngitis is usually viral, most often caused by the common cold viruses
(adenovirus, rhinovirus, influenza, coronavirus, and respiratory syncytial virus), but
occasionally by Epstein-Barr virus, herpes simplex virus, cytomegalovirus, or HIV. In
about 30% of patients, the cause is bacterial. Group A beta-hemolytic streptococcus
(GABHS) is most common, but Staphylococcus aureus, Streptococcus
pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae, and Chlamydia pneumoniae are sometimes
involved. Rare causes include pertussis, Fusobacterium, diphtheria, syphilis, and
gonorrhea.
Treatment of Tonsillopharyngitis
◦ Symptomatic treatment
◦ Antibiotics for GABHS
◦ Tonsillectomy considered for recurrent GABHS
E
106. Seorang wanita, berusia 25 tahun, datang ke klinik THT dengan keluhan utama hidung
beringus yang sudah diderita sejak berusia 10 tahun. Pemeriksaan fisik pada hidung penderita
tampak supratip krista, pembesaran konka inferior dan konka media dengan warna mukosa pucat
kebiruan. Terdapat riwayat atopi keluarga. Manakah diagnosa yang paling mungkin pada kasus
diatas ?
A. Rinitis okupasional
B. Rinitis vasomotor
C. Rinitis hormonal
D. Rinitis atrofikan
E. Rinitis alergi
Answer : E. Allergic rhinitis, also known as hay fever, is a type of inflammation in the nose which
occurs when the immune system overreacts to allergens in the air. Signs and symptoms include a
runny or stuffy nose, sneezing, red, itchy, and watery eyes, and swelling around the eyes. The
fluid from the nose is usually clear. Symptom onset is often within minutes following allergen
exposure and can affect sleep, and the ability to work or study. Some people may develop
symptoms only during specific times of the year, often as a result of pollen exposure. Many
people with allergic rhinitis also have asthma, allergic conjunctivitis, or atopic dermatitis.
The characteristic symptoms of allergic rhinitis are: rhinorrhea (excess nasal secretion), itching,
sneezing fits, and nasal congestion and obstruction. Characteristic physical findings include
conjunctival swelling and erythema, eyelid swelling with Dennie–Morgan folds, lower eyelid
venous stasis (rings under the eyes known as "allergic shiners"), swollen nasal turbinates, and
middle ear effusion.
B
107. Seorang pria, berusia 20 tahun, datang ke klinik THT dengan keluhan utama hidung tersumbat
yang sudah dideritanya sejak berusia 10 tahun. Penderita juga mengeluhkan hidung beringus,
bersin, gatal hidung, terutama bila cuaca dingin. Pemeriksaan fisik pada hidung penderita tampak
supratip krista, pembesaran konka inferior dan konka media dengan warna mukosa pucat kebiruan.
Pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan IgE serum 1250 IU/mL. Manakah substansi
dibawah ini yang menjadi penyebab utama dari hidung tersumbat yang dialami pada kasus diatas
A. Serotonin
B. Histamin
C. Bradikinin
D. Leukotrien
E. Prostaglandin
Answer : B. The pathophysiology of AR is complex, comprising an early- and late-phase allergic
response. The process is triggered by exposure to allergens such as pollen, mites, and/or animal
dander that are recognised by antigen-specific immunoglobulin E (IgE) receptors on mast cells
and basophils in presensitised individuals. The early-phase reaction is characterised by mast cell
degranulation. This phase is associated with the rapid onset (over a period of minutes) of acute
nasal symptoms (i.e. sneezing and rhinorrhoea) and the emergence of ocular symptoms (i.e.
itching, redness, and watering). These symptoms are caused by histamine release, particularly
from mast cells in the nasal mucosa. This early-phase histamine release, together with the
effects of other potent pro-inflammatory cytokines (e.g. leukotrienes) and eicosanoids (e.g.
prostaglandins and kinins) also increases vascular permeability, leading to oedema formation.
B
108. Perikondritis dapat disebabkan oleh:
a. Proteus mirabilis
b. P. aeruginosa
c. Enterobacter
d. S. aureus
e. Semua jawaban di atas benar
Answer : B. Perichondritis is inflammation of the perichondrium, a layer of connective
tissue which surrounds cartilage. A common form, auricular perichondritis (perichondritis
auriculae) involves infection of the pinna due to infection of traumatic or surgical wound or the
spread of inflammation into depth (eg. Infected transcartilaginous ear piercings). It may lead to
severe deformation of the pinna if not treated vigorously with IV antibiotics. The causative
organism is usually Pseudomonas aeruginosa. A rare form is laryngeal perichondritis
(perichondritis laryngis). It develops suddenly due to an injury, virulent organisms or
compromised immune status of the host, and also affects cartilage of the larynx. This may result
in deformations and stenoses.
A
109. Seorang laki-laki 25 th datang dengan keluhan nyeri mata kanan bila melirik ke kanan.
Riwayat keluar cairan dari telinga kanan sejak SD. Pemeriksaan telinga kanan didapatkan
sekret berbau, perforasi atik. Penyebarannya adalah :
a. Subperiosteal retroaurikular
b. Trombosis lateral
c. Nervus facialis pars horizontal
d. Temporomandibular joint
e. LCS
Keradangan akut pada rongga mastoid dimulai dengan adanya mukosa yang hiperemis, kemudian terjadi udim mukosa yang
disertai infiltrat lekosit yang secara bertahap dapat menjadi purulen. Adanya blokade dari aditus ad antrum akibat udim
mukosa akan menghambat drainase pus yang terjadi di antrum mastoid dan selule mastoid ke kavum timpani.
Pengumpulan pus yang terjadi di antrum mastoid dan selule mastoid akan menyebabkan peningkatan tekanan di daerah
tersebut. Peningkatan tekanan ini juga akan mengakibatkan gangguan pada vaskularisasi tulang interselule. Keadaan inilah
yang akan menjadi pemicu timbulnya dekalsifikasi dan resorbsi tulang interselule sehingga timbul destruksi pada korteks
mastoid.
Destruksi yang terjadi akan membentuk suatu rongga yang besar, kemudian akan diisi oleh pus. Pus akan mendesak ke luar
hingga ke bagian perios, maka dinamailah abses subperiosteal.8-9 Komplikasi subperiosteal akibat otitis media kronik lebih
sering disebabkan karena adanya blokade aditus ad antrum oleh jaringan granulasi dan kolesteatom. Blokade ini akan
menghambat aliran pus dari rongga mastoid ke kavum timpani.
Pengumpulan pus di dalam rongga mastoid akan menyebabkan tekanan dalam rongga tersebut meningkat.
Peningkatan tekanan di dalam rongga mastoid ini merupakan pemicu terjadinya destruksi dari dinding lateral korteks
mastoid (trigonum Macewen’s) yang sebelumnya telah mengalami erosi oleh jaringan kolesteatom maupun oleh jaringan
granulasi. Pus akan mendesak ke luar dari rongga mastoid melalui dinding lateral korteks mastoid yang telah mengalami
destruksi ke perios, maka terjadilah abses subperiosteal
A
110. Seorang pria, berusia 40 tahun, datang ke klinik alergi dengan keluhan utama hidung
beringus sejak 5 tahun yang lalu. Penderita juga mengeluh hidung tersumbat, hidung gatal,
bersin, terutama setelah menghirup debu. Penderita bekerja sebagai supir bis. Hasil
laboratorium menunjukkan IgE serum 1520 IU/mL. Manakah antihistamin di bawah ini yang
paling cocok untuk mengobati pasien di atas?
a. Cetirizin hidroklorida
b. Klorfeniramin maleat
c. Promethazin hidroklorida
d. Tripelennamin hidroklorida
e. Difenhidramin hidroklorida
Cetirizine adalah antihistamin non-penenang yang bekerja dengan cara
memblokir reseptor histamin H1 pada sel. Histamin merupakan bahan
kimia yang bertanggung jawab atas reaksi alergi yang terjadi di tubuh,
misalnya pembengkakan selaput hidung, bersin, dan mata gatal.
Memblokir atau menghambat reseptor histamin H1 akan mencegah
pelepasan zat tersebut di dalam tubuh.
Tidak seperti antihistamin generasi pertama, cetirizine dan antihistamin
generasi kedua lainnya tidak langsung masuk ke otak dari darah. Itu
sebabnya, umumnya rasa kantuk akan berkurang. Namun, dibanding
antihistamin generasi kedua lainnya, cetirizine lebih dapat menyebabkan
kantuk setelah dikonsumsi.
A
111. Pasien KNF umur 60 th, tumor sampai ke parafaring, benjolan dileher 3x3x2 cm. Pada
pemeriksaan bone survey didapatkan adanya enhancement. Apakah terapi terhadap pasien
tersebut?
a. Kemoterapi
b. Radioterapi
c. Konkomitan kemoterapi
d. Operasi
e. Kemoradioterapi
E
112. Laki-laki usia 48 th, benjolan dileher, dari nasoendoskopi tampak massa di posterolateral
nasofaring. Jenis tumor terbanyak didaerah tersebut adalah :
a. Non keratinizing carcinoma
b. Hodgkin limfoma
c. Keratinazing carcinoma
d. SCC
e. UCC
KNF berhubungan erat dengan infeksi virus Epstein-Barr dengan jenis undifferentiated menjadi
temuan histopatologi yang paling umum.
A
113. Anak datang dengan OME sudah diobati namun tidak membaik, pada pemeriksaan adenoid
tampak adenoid memenuhi nares posterior. Tatalaksana yang paling tepat terhadap pasien
adalah :
a. Pasang gromet dengan adenoidektomi
b. Pasang gromet dengan tonsilektomi
c. Pasang gromet tanpa adenoidektomi
d. Tonsilektomi
e. Adenoidektomi
Pemasangan grommet pada pasien bertujuan untuk memberikan ventilasi rongga telinga tengah dan
meningkatkan ambang batas pendengaran. Ventilasi jangka panjang pada telinga tengah juga dapat
meringankan proses inflamasi kronis yang terjadi pada mukosa telinga tengah.

Indikasi Adenoidektomi 
• Adenoidektomi efektif menurunkan insidensi otitis media efusi dan
sinusitis, serta memperbaiki fungsi tuba akibat penurunan respon inflamasi
dan polusi di sekitar nasofaring
Indikasi Adenoidektomi pada Otitis Media
• Adenoidektomi dengan atau tanpa tonsilektomi, seringkali ditujukan untuk
pencegahan terjadinya otitis media. Paradise et al. telah memperlihatkan
perbedaan signifikan dari angka serangan otitis media akut pada anak yang
menjalani adenoidektomi, dibanding miringotomi dan pemasangan gromet.
C
114. Penyebab terbanyak terjadinya kasus tuli kongenital adalah :
a. Rubela
b. CMV
c. Toxoplasma
d. Herpes
e. Ototoxic
Toksoplasmosis tersebar hampir di seluruh dunia karena toksoplasma pada hakekatnya mampu
menginfeksi setiap sel pejamu yang berinti. Sekitar 85 persen wanita usia produktif di Amerika
Serikat mengalami infeksi akut parasit Toxoplasma gondii. Insidens toksoplasmosis kongenital
tergantung proporsi wanita hamil yang terinfeksi toksoplasma selama kehamilan. Estimasi infeksi
kongenital di Amerika Serikat berkisar antara 1 per 3000 sampai 1 per 10.000 kelahiran.
Berdasarkan data studi regional, 400 sampai 4.000 kasus toksoplasmosis kongenital terjadi di
Amerika Serikat setiap tahunnya.2
A
115. Pasien dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan otoskopi tampak
perforasi di daerah atik, dengan tuli konduktif 40 dB. Operasi yang dilakukan adalah :
a. Timpanomastoidektomi
b. Modified mastoidektomi radikal
c. Mastoidektomi radikal
d. Simple mastoidektomi
e. Tympanoplasty
Timpanoplasti Yaitu tindakan operasi telinga untuk memperbaiki gendang telinga (membran
timpani) dengan atau tidak disertai memperbaiki telinga tengah serta tulang pendengaran.
Gendang telinga yang diperbaiki adalah gendang telinga yang berlubang, karena trauma atau
infeksi.Telinga yang terinfeksi biasanya disertai dengan keluhan telinga berair.
Mastoidektomi adalah tindakan operasi dengan cara membuka tulang mastoid yaitu tulang di
belakang telinga untuk membuang jaringan yang terinfeksi serta terjadi pembusukan tulang.
B
116. Pasien dengan keluhan keluar cairan dari telinga. Pada pemeriksaan otoskopi tampak
perforasi sentral. Pasien juga mengeluhkan wajah masih simetris saat istirahat, mengangkat
alis tidak bisa, masih dapat menutup mata dengan usaha maksimal. Apakah diagnosis pasien
tersebut?
a. OMSK tipe atikoantral dengan parese n. Facialis HB 2
b. OMSK tipe tubotimpani dengan parese n. Facialis HB 3
c. OMSK tipe atikoantral dengan parese n. Facialis HB 3
d. OMSK tipe tubotimpani dengan parese n. Facialis HB 4
e. OMSK tipe atikoantral dengan parese n. Facialis HB 4
Tipe tubotimpani yaitu adanya perforasi sentral atau pars tensa dan gejala klinik yang bervariasi
dari luas dan keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini
terutama patensi tuba eustachii, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi
yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri
aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel
skuamous. Sekret mukoid kronis berhubungan dengan hiperplasia goblet sel, metaplasia dari
mukosa telinga tengah pada tipe respirasi dan mukosiliar yang jelek
A
117. Seorang wanita datang dengan keluhan pusing berputar bila menengok ke kanan. Terapi
yang tepat adalah : 
a. Manuver epley 
b. Brandt Daroff 
c. Log roll 
d. Semont 
e. Somersault 
B
118. Solid angle atau sudut padat adalah: 
a. Sudut sinodural yang sangat sempit 
b. Lokasi kanalis semisirkularis 
c. Daerah dimana terdapat prosesus breves inkus 
d. Saraf fasialis berjalan mendekati area tersebut 
e. Ad antrum mastoid
 
It’s the solid bone medial to the antrum in the angle
formed by three semicircular canalis
B
119. Pasien sering batuk pilek, dari pemeriksaan telinga tampak membran tympani bengkak
berupa bula. Diagnosis yang paling tepat pasien tersebut adalah: 
a. OMA 
b. Miringitis bulosa 
c. OME 
d. Herpas Zoster 
e. Otitis Eksterna 
E
120. Pemeriksaan yang paling baik untuk N. Laringeus Superior adalah: 
a. Anamnesis 
b. Pemeriksaan Fisik 
c. Phonoanalisis 
d. CT Scan 
e. Elektromyography 
121. Adanya gangguan dengar konduksi kita perkirakan pada hasil audiometri sebagai berikut : 
a. OAE refer,reflek akustik abnormal, masa latent pada ABR memanjang 
b. OAE refer,reflek akustik normal, masa latent pada ABR memanjang 
c. OAE pass, reflek akustik abnormal, masa latent pada ABR normal 
d. OAE pass, reflek akustik normal, masa latent pada ABR normal 
e. OAE refer,reflek akustik normal, masa latent antar gelombang pada ABR memanjang 
E
122. OMSK dengan kaku kuduk, brudinski dan kernig (+), tampak kolesteatom. Diagnosis pasien
ini adalah : 
a. OMSK jinak dengan Abses otak 
b. OMSK jinak dengan Meningitis 
c. OMSK dengan kolesteatom 
d. OMSK bahaya dengan Abses otak 
e. OMSK dengan kolesteatom + Meningitis 
A
123. Bayi 18 bulan sudah bisa : 
a. Mengikuti perintah berturutan 
b. Menunjukkan anggota tubuh 
c. Bicara 2 kata 
d. Menjawab pertanyaan 
e. Mengetahui objek yang ditunjuk 
C
124. Seorang wanita usia 27 tahun datang ke klinik THT dengan keluhan suara serak sejak 1
bulan. Sejak 2 bulan yang lalu batuk terus menerus. Pasien sudah berobat namun tidak sembuh,
tenggorokan terasa mengganjal dan sering mendehem. Pada pemeriksaan berat badan 80 kg,
pada faring tonsil T1-T1 tidak hiperemis, laring sulit dinilai. Untuk penegakan diagnosis,
pemeriksaan lanjutan yang harus dilakukan adalah
a. Indirect laryngoscopy
b. Direct laryngoscopy
c. Fiber optic laryngoscopy
d. Fiber optic Bronchoscopy
e. Fiber optic Esofagoscopy
Occasionally, patients may not tolerate the mirror laryngoscopic
examination because of a prominent gag reflex, apprehension,
or discomfort. In these circumstances, apply a mild topical
anesthetic to the throat and allow sufficient time for the
medication to take effect before reattempting the examination.
Sometimes the procedure simply cannot be performed; flexible
laryngoscopy should be attempted in such cases.

DOI: 10.1056/NEJMvcm0706392
C
125. Otitis eksterna nekrotikan sering juga disebut OE maligna kerena :
a. Prakondisi keganasan liang telinga
b. Pada era praantibiotik sering diakitbatkan karena keganasan dasar tengkorak
c. Infeksi dapat menyebar melalui celah santorini dan mengenai dasar tengkorak
d. Pada era praantibiotika sering menyebabkan kematian akibat penyebaran ke dasar
tengkorak
e. Semua pasien dengan OE maligna meninggal
http://journal.unair.ac.id/THTKL@malignant-otitis-externa-management-(case-report)-article-5191-media-43-category-3.html
C
126. Sialografi merupakan pilihan prosedur dalam memperlihatkan anatomi sistem duktus
glandula salivarius, kontraindikasi pencitraan ini adalah :
a. Sialedenitis rekuren
b. Sialedenitis non spesifik
c. Sialedenitis akut
d. Sjorgen’s syndrome
e. Miculicz’s syndrome
D
127. Wanita 25 th pendengaran telinga kanan menurun dibandingkan kiri sejak kurang lebih 2
bulan yang lalu. Penderita sering bersin dan pilek di pagi hari kadang hidung tersumbat
bergantian di malam hari. Pemeriksaan fisik kedua telinga tampak membran timpani intak, refleks
cahaya kanan menurun. Bila wanita tsb dilakukan pemeriksaan audiometri nada tutur :
A. Mencapai 100% pada 20 dB SL
B. Mencapai 100% kemudian turun
C. Tidak mencapai 100% pada lebih dari 30 dB SL
D. Mencapai 100% pada lebih dari 30 dB SL
E. Mencapai 100% pada lebih dari 20 dB SL
NILAI DISKRIMINASI TUTUR (NPT)

Nilai ini adalah ukuran kemampuan pasien untuk memahami ucapan. Di sini, daftar kata-kata PB   (suku
kata tunggal) dibunyikan melalui headphone ke telinga masing-masing pasien secara terpisah pada 30-40
dB di atas SRT-nya dan persentase kata-kata yang didengar dengan benar oleh pasien dicatat. Pada orang
normal dan mereka dengan gangguan pendengaran konduktif, skor tinggi 90-100% dapat diperoleh.

Gambar 22. Grafik NDT A. Pada orang Normal 100% pada 30 dB, B. Tuli Konduktif 100 % pada 70 db, C. Cochlear
SNHL, maksimal PB pada 70 dB dan menjadi kurva plateu, D. Roll Over Curve, maksimal PB pada 80 dB selanjutnya
nilai menurun jika intensitas dinaikkan
B
128. Seorang anak laki-laki datang ke IGD dengan keluhan hidung terkena bola, os nasal rendah,
septum deviasi ke kanan. Pemeriksaan yang tepat dilakukan adalah :
a. Foto polos hidung
b. Nasoendoskopi
c. CT Scan
d. Sift Test
e. MRI
Bailey BJ. Nasal fractures. In: Bailey BJ, Johnson JT, Shawn D, eds. Head and neck surgery otolaryngology.
4thed. Phyladelpia: Lippincot Williams & Wilkins; 2006.p.996-1008.
A
129. Pasien KNF pada pemeriksaan fisik didapatkan strabismus convergen, kelainan mengenai :
a. Rectus lateralis N.VI
b. N.III
c. Obliquus Superior
d. N. IV
e. N. X
 
D
130. Epitel permukaan dari kanalis akustikus eksternus termasuk permukaan luar dari membrane
timpani berasal dari :
a. Ektoderm dan mesoderm
b. Mesoderm dengan perkecualian membrane timpani
c. Ectoderm dengan pengeculaian membrane timpani
d. Ektoderm
e. Mesoderm
https://mooc.unair.ac.id/mod/page/view.php?id=15&lang=en

You might also like