Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 32

JASMINE KARTIKO PERTIWI

PENDEKATAN
PSIKOSOSIAL PASCA
BENCANA
Dampak Psikologis Bencana
 Ketakutan
 Kecemasan akut
 Perasaan mati rasa secara emosional
 Kesedihan mendalam
 Dampak jangka panjang : depresi,
psikosomatis, konflik
Gambaran dampak bencana
Gambaran dampak bencana
Emotional recovery
Guiding Principles

 No one who experiences a disaster is


untouched by it.
 Most people pull together and function
during and after a disaster, but their
effectiveness is diminished.
 Mental health concerns exist in most
aspects of preparedness, response and
recovery.
 Disaster stress and grief reactions are
“normal responses to an abnormal
situation.”
 Survivors respond to active, genuine interest
and concern.
 Disaster mental health assistance is often more
practical than psychological in nature (offering a
phone, distributing coffee, listening,
encouraging, reassuring, comforting).
 Disaster relief assistance may be confusing to
disaster survivors. They may experience
frustration, anger, and feelings of helplessness
related to Federal, State, and non-profit
agencies’ disaster assistance programs. They
may reject disaster assistance of all types
Survivor Needs & Reactions
 A concern for basic survival
 Grief over loss of loved ones and loss of
valued/meaningful possessions
 Fear and anxiety about personal safety and physical
safety of loved ones
 Sleep disturbances, often including nightmares and
imagery from the disaster
 Concerns about relocation and the related isolation or
crowded living conditions
 A need to talk, often repeatedly, about events and
feelings associated with the disaster
 A need to feel one is a part of the community and its
recovery efforts
Reactions that Signal Possible Need for
Mental Health Referral
 Disorientation (dazed, memory loss, unable to give
date/time or recall recent events…)
 Depression (pervasive feeling of hopelessness &
despair, withdrawal from others…)
 Anxiety (constantly on edge, restless, obsessive fear of
another disaster…)
 Acute psychosis (hearing voices, seeing visions,
delusional thinking…)
 Inability to care for self (not eating, bathing, changing
clothing or handling daily life)
 Suicidal or homicidal thoughts or plans
 Problematic use of alcohol or drugs
 Domestic violence, child abuse or elder abuse
Common Disaster Worker Stress Reaction
Behavioral and Emotional Responses/Symptoms

 Anxiety, fear
 Grief, guilt, self-doubt, sadness
 Irritability, anger, resentment, increased conflicts
with friends/family
 Feeling overwhelmed, hopeless, despair,
depressed
 Anticipation of harm to self or others; isolation or
social withdrawal
 Insomnia, Gait change
 Hyper-vigilance; startle reactions, Crying easily
 Gallows humor
 Ritualistic behavior
Hal yg perlu diperhatikan dlm program
psikososial :
 Koordinasi rutin antarlembaga
 Membangun sistem komunikasi
 Pendidikan & pelatihan bagi tenaga kemanusiaan
 Menjaga kelompok primer
 Pemberdayaan para penyintas/survivor
 Menciptakan dukungan sosial
 Membangun kembali kekuatan masy : tradisi &
komunitas
 Mengenali budaya lokal & nilai2 personal
 Mengijinkan penyintas melihat makam yg telah
meninggal
Perspektif Dampak Bencana

 Level individu
 Level komunitas

 Tahapan penanganan bencana


Dampak Psikologis Individu
Tahap Tanggap Darurat
 Kecemasan berlebihan
 Rasa bersalah, Numbing (kondisi mati
rasa scr psikologis)
 Tertegun, Linglung, Bingung, Apatis
 Tatapan mata kosong
 Ketidakstabilan emosi & pikiran
 Ketenangan yg semu
Dampak Psikologis Individu
Tahap Pemulihan
 Kekecewaan & kemarahan
 Akut stres pasca trauma, gangguan :
emosi, pikiran, tubuh, perilaku
 Post trauma stress disorder, berupa :
reecsperience, avoidance, hyperarusal
 Generalized anxiety disorder
 Dukacita ekstrim
 Post trauma depresi
Dampak Psikologis Individu
Tahap Rekonstruksi
 Risiko bunuh diri
 Kelelahan kronis
 Ketidakmampuan utk bekerja
 Kehilangan minat dlm kegiatan sehari2
 Kesulitan berpikir logis
 Penuh kebencian, kemarahan &
antisosial
Dampak Psikologis Komunitas
1. Menciptakan masy peminta, saling
curiga → merusak nilai2 luhur masy
2. Pemberian bantuan tdk terpola yg
menempatkan penyintas sbg obyek →
merusak etos kerja & ketergantungan pd
donatur
3. Butuh kontribusi tokoh agama utk
menghidupkan aktivitas & ritual agama
Faktor yg mempengaruhi kerentanan
psikologis
 Tingkat keparahan bencana
 Jenis bencana (alam >< manusia)
 Jenis kelamin & usia
 Kepribadian
 Ketersediaan jaringan & dukungan sosial
 Pengalaman sebelumnya
Aktifitas Psikososial Tahapan Bencana
 Tanggap darurat-pasca dampak langsung
- emotional first aid, menyatukan keluarga & masy,
menghidupkan aktifitas rutin anak
 Tahap pemulihan
- menghidupkan kembali aktifitas sosial & ritual masy
 Tahap pemulihan akhir

- diklat kpd masy ttg ketangguhan, mengembangkan layanan


berbasis komunitas
 Tahap rekonstruksi
- melanjutkan program ketangguhan, mempertahankan
hotline, diklat relawan lokal
Gejala stres pd anak
Hal yg dilakukan saat bersama anak :
 Bersikap tenang
 Membuat kegiatan yg teratur & rutin
 Membuat gambar/menulis cerita
bencana → segera lakukan DEBRIEFING !!
 Gunakan bahasa yg sederhana & dpt
dimengerti anak
 Meyakinkan bhw si Anak dlm keadaan aman

Hindari memberikan intervensi jk Ft`s sdg


lelah, tertekan, stres
Assesment Psikososial
 Rasa aman
 Kondisi kesehatan mental
 Kearifan lokal
Teknik Meredakan Emosi
1. Pegang tangan atau pundak penyintas yang
sedang kehilangan kendali atas emosinya,
pegang agak kuat agar dia menyadari
kehadiran kita
2. Jika penyintas berusaha menjatuhkan
tubuhnya, atau memukul dirinya sendiri,
segera peluk penyintas erat-erat.
Sebaliknya jika penyintas hanya menangis,
jangan memeluk penyintas, karena akan
membuat penyintas menangis semakin lama
Teknik Meredakan Emosi
3. Berikan instruksi dengan jelas dan tegas agar
penyintas memperhatikan nafasnya, katakan “tarik
nafas....,keluarkan.... tarik nafas...., keluarkan....”
Katakan hal tersebut berulang-ulang sambil terus
memegang lengan atau pundak penyintas, hingga 2-3
menit. Biasanya pada awal penyintas tidak
memperhatikan instruksi kita dan terus menangis,
namun setelah 2-3 menit penyintas akan tersugesti
mengikuti pola nafas yang kita buat
Teknik Meredakan Emosi
4. Dalam memegang penyintas, terkadang perlu penekan
agak kuat, kemudian dikendorkan atau dibelai dengan
agak kuat, tujuannya agar penyintas menyadari
kehadiran kita
5. Jika penyintas sudah sudah mengikuti pola nafas yang
kita instruksikan, katakan agar penyintas fokus pada
nafas. “Jangan pikirkan yang lain, hanya pikirkan nafas
yang keluar dan masuk, tarik nafas.....keluarkan, tarik
nafas...keluarkan”, katakan hal ini berulang-ulang
Teknik Meredakan Emosi
6. Jika penyintas sudah semakin tenang dan dapat
mengendalikan emosinya. Instruksikan untuk
mengucapkan sesuatu yang memiliki asosiasi positip
setiap kali melepaskan nafasnya, misalnya : Istighfar,
Allah, Damai, Tenang, ataupun kata-kata positip yang
lain.
Mendengarkan sebagai cara
untuk membantu pemulihan

Bagaimana??
Pertolongan pertama untuk
mengatasi panik ?
Stimulasi Neokorteks
 Stimulasi dilakukan dgn mengajak anak
berpikir & menggerakkan tubuhnya
 Langkah:
1. Ft`s tenang & tdk panik
2. Latih stimulasi neokorteks dgn mengatakan &
melakukan sesuatu yg menenangkan
Teknik Relaksasi Orang Dewasa
 Relaksasi otot
 Relaksasi visual/imajinasi
 Relaksasi pernapasan
Teknik Relaksasi Anak
Stimulasi dgn bermain & berimajinasi
 Sensor tubuh
 Doa & sholawat
 Menghirup bunga
 Teriakan penghalau singa
 Mengeluarkan racun
 Menyanyikan lagu
 Membentuk benda
 Tempat rahasia
 Berimajinasi dengan awan
Kegiatan Rekreasional
 Kegiatan seni → kearifan lokal
 Pertunjukan drama & boneka
 Menyampaikan, membaca, mendengar &
menulis cerita
 Bermain & permainan → terstruktur &
terprogram mengajarkan nilai2 tertentu
 Olahraga
TERIMA KASIH

You might also like