Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 100

IMMUNOLOGICAL ASPECT

OF IMMUNIZATION

dr. Firdaus Hamid, Ph.D


Author: Dr. Julius Roma, SpA
Immunization  the way to increase someone’s
immunity to a certain cause of disease  if exposed to
the germ  maybe not ill or mildly ill
AIM OF IMMUNIZATION (VACCINATION)

1. To reduce the number of illness (morbidity)

2. To reduce the number of deaths (mortality)

3. To reduce the number of disability (sequelae)

4. Noble : eradication of certain disease

small pox  eliminated

PIN  polio and measles  ?


Passive immunity : immunity from outside, short

duration, congenital or artificial

Active immunity : from the body itself after exposure

to some antigen, whether it’s naturally / artificially

(vaccination); last longer / lifetime


 Passive immunization
transfer of anti (antibody or immunity cell) non immune
person
 Natural passive immunity

Mother’s immunity  placenta  foetus


Antiviral, antitoxin, antibacterial
Mother’s immunity  breast milk  baby
Colostrum >> permanent breast milk
Spesific immunity: E. Coli, Shigella, Polio, etc
Non spesific immunity :
Lisozyme, Lactoferin, Interferon, etc
Cell mediated immunity ?
 Artificial passive immunity
Heterolog antibody
From horse
Can induce allergic reaction
( Type I or III serum sickness)
First SKIN TEST/ EYE TEST
Negative  direct injection
Positive  desensitization
Directly : neonates or new to desensitization
action
 Homolog antibody  Gammaglobulin
Immune serum globulin ( Human Normal
Immunoglobulin/ HNI )
From healthy donor (without noticing
vaccination procedure, recovery time)
Tourist to tropical region
ITP, Kawasaki disease, Steven Johnson
Syndrome
Guillain Barre Syndrome
Specific human immune serum
Immunized donor
Tetanus immune globulin
Rabies immune globulin
Hep. B immune globulin
 Active immunization/vaccination:
The body made the anti essence after
getting stimulus from the outside, ex:
natural infection or vaccination. Natural
infection including symptomatic or
asymptomatic
SOURCE OF ANTIGEN  VACCINE
Vaccine :

 Bacteria/ virus:

 Patogenicity (-) but immunogenicity (+)

 Toxoid :

 toxicity (-), immunogenicity (+)


IMMUNIZATION
Passive Active
 Route - Parenteral - Parenteral
- Oral

 Immnune effect - Immediately after immunization - After a few time


- Acute - Prolong

 Age - Immediately after delivery - A few time


(HBIG) or exposure / exposure or after
passive immunization

 Side effect - Frequent (heterolog) - Rare

 Indication - Therapeutic - Prevention


- Prevention
Effective vaccine

1. Induction of the appropriate shape of immunity

2. Stable in reservation, especially living vaccine

3. Enough immunogenicity  dead vaccine often

need adjuvant
VACCINATION IMMUNE RESPONSE

1. Primary immune response (PIR) :

First exposure to antigen

Long lag phase

Especially IgM

Forming memory cells (B cell & T cell)


2. Secondary immune response (SIR) :

The next exposure with the same antigen

Shorter lag phase (memory cell formed)

Especially IgG & sel T active

Forming many effector cells and memory cells

SIR  give adequate response to the same antigen


exposure in the future

“BOOSTER”  to maintain the effective immune


response
VACCINATION IMMUNE RESPONSE
INFLUENCED BY

1. Host Immune Status


Maternal immunity can reduce immune response,
example antibody to measles
Age  < 2 months and old person less response
Immune status  immune deficiency :
 R/ immunosupression
 Congenital immune deficiency
 Severe illness
Nutritional status  malnutrition

 Cellular response decreasing

 Spesific humoral response decreasing

Immune deficiency  contraindication of living

vaccine

2. Host genetical factor  well responder, enough & low


3. Vaccine quality and quantity :

a. Ways of administration

Polio Sabin vaccine  local/systemic immunty

Polio Salk vaccine  systemic immunity

b. Dosage  suggestive dose

c. Frequency & administration interval

d. Vaccine type  living vaccine > dead vaccine

e. Adjuvant : increasing vaccination immune


response

f. Reservation influencing the vaccine potency


Imunisasi Anak
Pendahuluan

The hepatitis B
virus The measles virus

Bordetella
Corynebacterium pertussis
diphtheriae Clostridium tetani
Imunisasi
 Memberikan proteksi terhadap penyakit
infeksi spesifik (penyakit yang dapat
dicegah oleh imunisasi)
 Hak anak
 Orangtua, tenaga kesehatan menjamin
imunisasi tersedia untuk semua anak
Imunisasi
 Pasif

 Aktif
Imunisasi Pasif
 Imunitas pasif : mendapat antibodi
yang telah terbentuk
 Antibodi ibu ditransfer melalui plasenta
selama trimester ke3.
Contoh : tetanus toxoid pada ibu hamil
akan menurunkan kejadian tetanus
neonatorum
Imunisasi Pasif
 Immunoglobulin manusia untuk
perlindungan terhadap campak
 Imunoglobulin spesifik untuk
perlindungan terhadap tetanus,
diphtheria, hepatitis B, rabies.
(CMV, varicella)
Imunisasi Aktif
 Antigen yang diberikan akan
menimbulkan respon imun mirip
seperti infeksi alamiah
 Memori imunologis seumur hidup
 Perlindungan seumur hidup terhadap
penyakit
Imunisasi Aktif
Menggunakan:
 Seluruh organisme (hidup atau mati)
 Komponen organisme (vaksin subunit,
vaksin polisakarida)
 Modifikasi produk organisme infeksi
(vaksin toxoid)
 Manufaktur komponen organisms
(vaksin rekombinan)
Vaksin Ideal
 Memberikan perlindungan terhadap
penyakit infeksi
 Memberikan proteksi seumur hidup
 Tidak ada efek simpang
 Perlu diberikan hanya sekali
 Dapat diberikan secara kombinasi
Vaksin Ideal (2)
 Mudah pemberiannya dan tidak sakit
 Stabil dalam pelbagai kondisi
penyimpanan
 Punya masa penyimpanan yang
panjang
 Mudah dan murah untuk diproduksi
Bakteri Virus
 hidup : BCG  Hidup : OVP, campak,
varicella parotitis,
rubela, yellow fever
 Inaktif : difteri,
pertusis,  Inaktif : infuenza, IVP,
tetanus,kolera,pneum rabies, hepatitis A,
okokus, Hepatitis B
meningokokus, Hib,
Thypoid
PPI

Program Pengembangan Imunisasi :


 BCG
 Hepatitis B
 DTP
 Polio
 Campak
Jadwal Imunisasi IDAI 2006

* Umur < 9 tahun yang mendapat vaksin influenza pertama kalinya harus mendapat 2 dosis
dengan interval minimal 4 minggu
Jadwal imunisasi 2010
BCG

• Vaksin BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan.


• Bila vaksin BCG akan diberikan sesudah umur 3 bulan, perlu
dilakukan uji tuberkulin.
• Bila uji tuberkulin pra-BCG tidak dimungkinkan, BCG dapat
diberikan, namun harus diobservasi dalam 7 hari.
• Bila ada reaksi lokal cepat di tempat suntikan (accelerated local
reaction), perlu dievaluasi lebih lanjut (diagnostik TB).
Hepatitis B

Vaksin Hepatitis B pertama diberikan dalam waktu 12


jam setelah lahir.
DTP – Polio

• Vaksin Polio-0 (OPV) diberikan saat kunjungan pertama.


• Bayi yang lahir di RB/RS diberikan vaksin OPV saat bayi
dipulangkan untuk menghindari transmisi virus vaksin kepada
bayi lain.
• Selanjutnya dapat diberikan vaksin OPV atau IPV.
• Vaksin DTP diberikan pada umur > 6 minggu.
• Dapat diberikan vaksin DTwP atau DTaP atau kombinasi dengan
Hep B atau Hib.
• Ulangan DTP umur 18 bulan dan 5 tahun.
• Program BIAS: disesuaikan dengan jadwal imunisasi
Kementerian Kesehatan.
Campak

 Vaksin campak atau MMR ulangan diberikan


pada umur 5-7 tahun.
 Program BIAS : disesuaikan dengan jadwal
imunisasi Kementerian Kesehatan.
BCG
BCG
 Bayi < 3 bulan
 Dosis : 0,05 ml IK / ID
 Deltoid kanan
 Jika > 3 bulan : tes Mantoux/tuberkulin
 Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
 Dikembangkan vaksin TB baru
Penyuntikan intradermal
KIPI = VAER
 KejadianIkutan Pasca Imunisasi Vaccine
Adverse Events Report
 BCG  Ulkus superfisial 3 minggu
Krusta  skar 4-8 mm

 Limfadenitis
– BCG itis
 Disseminated BCG-itis : immunodefisien
berat
DTP
DTP
 Cegahdipteria, tetanus, pertusis
 Mengandung: Dipteria toxoid,
Tetanus toxoid,
Vaksin Pertusis :
- whole cell
- aselular
DTP
 Dasar : 3 kali sejak umur 2 bulan
interval 4-8 mg
 Ulangan

- 18-24 bl
 5-7 tahun
 12 tahun (program BIAS: DT)
Kontraindikasi DTP
 Absolut:
1. Riwayat reaksi anafilaksis
2. Ensefalopati (penyakit saraf akut berat
dengan kejang lama dan/atau gangguan
kesadaran dan/atau gangguan neurologis
fokal )
Kontra indikasi DTP
• Specific precaution:
1. Riwayat hiperpirexia
2. Hypotonic hyporesponsiveness
dalam 48 jam
3.Menangis terus menerus > 3 jam
4.Riwayat kejang dalam 3 hari
setelah imunisasi
Rekomendasi DTP
 DTP 1 : umur 2-4 bulan
 DTP 2 : umur 3-5 bulan
 DTP 3 : umur 4-6 bulan
 DTP 4 : umur 1 ½ - 2 tahun
 DTP 5 : umur 5 tahun
 DT 6 : umur 12 tahun
Table 2. Approximate rates of adverse event occurring within 48 hours DTP
vaccination
Event Frequency

Local

redness, swelling, pain 1 in 2-3 doses


Mild/moderate systemic

fever, drowsiness, fretfulness 1 in 2-3 doses


vomiting, anorexia 1 in 5-15 doses
More serious systemic

persistent crying, fever 1 in 100-300 doses


collapse, convulsions 1 in 1750 doses
acute encephalopathy 1 in 100,000 doses
permanent neurological deficit 1 in 300,000 doses
Polio
Polio
 Cegah : poliomielitis
Flaccid paralysis (Lumpuh layu), nyeri
di punggung dan ekstremitas.
 Vaksin polio :
Vaksin virus hidup (Sabin) : oral
Vaksin virus mati (Salk) : parenteral
Kontra indikasi Polio – OPV
 Suhu > 38,5º C
 Kortikosteroid, radiasi
 Keganasan
 Infeksi HIV or keluarga
 Saudara atau anggota keluarga yang
kontak dengan anak imunokompromais
Rekomendasi Polio
 Polio
1 : lahir
 DPT 1 + Polio 2: umur 2-4 bulan
 DPT 2 + Polio 3: umur 3-5 bulan
 DPT 3 + Polio 4: umur 4-6 bulan
 DPT 4 + Polio 5: umur 1 ½ - 2 tahun
 DPT 5 + Polio 6: umur 5 tahun
 DT 6 : umur 12 tahun
Hepatitis B
Hepatitis B
 Cegah hepatitis B

Vaksin Hepatitis B :
 Vaksin derivat plasma
 Vaksin rekombinan
Hepatitis B
 HB-1 diberikan vaksin rekombinan HB
10 mcg intramuskular, dalam waktu 12
jam setelah lahir
 HB-2 diberikan umur 1 bulan dan HB3
pada umur 3-6 bulan
 Apabila pada pemeriksaan selanjutnya
diketahui ibu HbsAg-nya positif,
segera berikan 0,5 ml HBIG (sebelum
1 minggu)
Kontraindikasi Hepatitis B
 Tidak ada, kecuali hamil
Campak
Campak
 Live attenuated virus
 Umur 9 bulan
 Dosis 0.5 ml SK
 Indikasi kontra : demam tinggi,
immunosupresi, immunoglobulin atau
pemberian komponen blood
 Ulangan : umur 5-7 tahun
Campak - KIPI
 Demam 5-15% pada hari 5-6 pasca
immunisasi, selama 2 hari
 Rash 5%, hari 7-10, selama 2-4 hari
 Ensefalitis and ensefalopati = 1 : 1 juta
dosis dalam 30 hari pasca imunisasi
Vaksin Non PPI
 Hib
 MMR
 Tifoid
 Hepatitis A
 Varisela
 Influenzae
 Pneumokokus
Penyimpanan vaksin
 Semua pada suhu 0 – 8  C (WHO)
( Depkes 2-8  C )

 Kecuali : OPV
BCG
Campak
( beku : -15 s/d – 25  C )
Pendahuluan
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah Vaksin
Penyakit-penyakit menular yg disebabkan oleh mo : virus,
bakteri, parasit

Vaksin merupakan sediaan biologi yang berasal dari virus,


bakteri, parasit yg sudah dilemahkan atau dimatikan /
diinaktivasi

Vaksin bisa juga berasal dari bagian mo yg bersifat


antigenik dan merangsang pembentukan respons imun
humoral serta juga dpt mengaktivasi limfosit B memori thd
mo ttt
Imunisasi dewasa : perhatian kurang  imunisasi anak
WHO : 1980  cacar lenyap dari bumi
2000  eradikasi polio
USA : 50.000 - 70.000 orang dewasa meninggal
ok. pneumokok, influenza, hepatitis B
20 - 70% wisatawan  masalah kesehatan dlm
perjalanan
Pierce G dan Schaffner

Kurangnya perhatian imunisasi usia dewasa karena:

keraguan keamanan vaksin


ganti rugi yang tidak memadai /asuransi
belum berkembang sistem imunisasi dewasa
Dari cara penularannya penyakit dpt dikategorikan
menjadi 3 golongan :

Air-borne (mll udara)


Flu, Pneumokokal pneumonia, Campak, Gondong,
Rubela, Cacar air dll

Blood-borne (mll darah)


Hepatitis B

Vector & Food-borne (mll vektor/makanan)


Demam Tifoid, Hepatitis A, Rabies
Who are at risk of Airborne infection?
People travel with aircraft or public transportation :
traveler, aircrew, etc
Health care workers : hospitals, clinics, etc
Community places (esp. room with air-condition) :
school, church, café, etc
Family means everybody ………..
a. Live attenuated vaccines
b. Killed inactivated vaccines
c. Rekombinan
d. Toksoid
e. Plasmid DNA Vaccines
- Intramuskular

- Subkutan

- Intradermal

- Intranasal

- Oral
Indikasi vaksin pada orang
dewasa
- Risiko pekerjaan : Hepatitis B, Rabies
- Imunokompromais : Pneumokok, Influenza
Hepatitis B, HIB
- Bepergian : Japanese B Encephalitis,
Tifoid, Hepatitis A, Meningitis,

- Riwayat paparan : Tetanus Toksoid


- Risiko penularan : Influenza, Hepatitis A,
Tifoid, MMR, HPV
- Usia lanjut : Pneumokok, Influenza
Persoalan yang timbul
1. Vaksin dilemahkan 2. Vaksin dimatikan
- Waktu kurang - Kontaminasi
- Mutasi bentuk - Reaksi alergi
- Kontaminasi - Proses mematikan
- Penerima vaksin bakteri / virus < memadai
imunokompromais

Stabilitas
Suhu 4o C  1 tahun
37o C  2-3 hari
Nama vaksin Macam vaksin Cara pemberian
Tetanus Toksoid suntikan IM

Kolera Bakteri yang dimatikan suntikan IM / SK


Hemofilus influenza tipe B Polisakarida suntikan IM
Pneumokok Polisakarida (23 tipe) suntikan IM / SK
Meningokok Polisakarida suntikan SK
Tifoid Bakteri yang dimatikan oral dan suntikan IM
BCG Bakteri dilemahkan suntikan ID / SK
Campak Virus dilemahkan suntikan SK
Parotitis (Mumps) Virus dilemahkan suntikan SK
Vaksin untuk orang dewasa
Nama vaksin Macam vaksin Cara pemberian
Polio oral Virus dilemahkan oral

Polio inactivated Virus tidak aktif suntikan SK


Rubela Virus dilemahkan suntikan SK
Yellow fever Virus dilemahkan suntikan SK
Hepatitis B DNA rekombinan suntikan IM
Hepatitis A Virus tidak aktif suntikan IM
Influenza Virus tidak aktif suntikan IM
Japanese B encephalitis Virus tidak aktif suntikan SK
Rabies Virus tidak aktif suntikan IM / ID

Vaksin yang sedang dikembangkan : malaria, DHF, HIV, H. pylori


Siapa yang perlu divaksinasi ?
Individu usia >6 bulan s/d dewasa Dewasa tua >65
tahun
Individu dengan penyakit kronis Rumah
sakit/perawatan/panti Kehamilan trimester 2 dan 3
Hajj Pilgrimage
Kelompok yang berIsiko menularkan virus terhadap
kelompok “high risk” (risiko tinggi):
Ibu/pengasuh bayi yang berusia 0-23 bulan Dokter,
perawat, dan petugas kesehatan lainnya
Saat ini  ± 1 milyar penduduk dianggap “high
risk”

ACIP 2002; Canadian NACI 2001; UK DOH 2002; CDC 2005; 56th World Health Assembly WHO (17 Maret
2003)
Vaccines for Adults
Tetanus dan Diphteria (Td)
 Pemberian booster Td/Tdap sangat penting
sehubungan dengan wabah Difteri yang terjadi di
beberapa daerah dan waning immunity
pascavaksinasi Pertusis.
 Orang dewasa menggunakan vaksin Td/Tdap, yang
merupakan vaksin DTP dengan reduksi antigen
Difteri dan Pertusis, Tdap menggunakan komponen
pertusis aseluler (bukan whole-cell), sehingga kurang
reaktogenik.
 Untuk mencegah Tetanus Neonatorum,
status imunisasi Tetanus bagi WUS (Wanita
Usia Subur) dan calon pengantin
perempuan juga harus diperhatikan
Varicella (Cacar Air)
 Vaksin Varicella merupakan vaksin hidup.
 Semua orang dewasa yang tidak terbukti pernah mengalami
Cacar Air atau tidak memiliki kekebalan terhadap
Varicella, dianjurkan untuk vaksinasi. Manifestasi klinis
Cacar Air pada orang dewasa umumnya lebih berat
daripada anak-anak.
 Sangat dianjurkan bagi tenaga kesehatan.
 Varicella dapat menyebabkan cacat janin bila infeksi
primer terjadi pada trimester pertama kehamilan,
sehingga dianjurkandiberikan sebelum menikah/hamil.
Diperlukan waktu minimal 4 minggu untuk boleh hamil
setelah vaksinasi terakhir.
 Jangan diberikan kepada ibu hamil.
Human Papillomavirus (HPV)
untuk Perempuan
 Vaksinasi HPV untuk perempuan dapat
 menggunakan vaksin HPV bivalent atau quadrivalent.
 Waktu pemberianterbaik untuk memperoleh
efektivitas maksimal adalah usia 9-26 tahun
dan/atau sebelum aktif secara seksual.
 Vaksin dapat diberikan hingga usia 55 tahun.
 Vaksinasi tidak menggantikan Pap Smear/IVA yang
tetap harus dilakukan minimal setiap 3 tahun untuk
deteksi dini.
 Tidak direkomendasikan untuk ibu hamil.
Human Papillomavirus (HPV)
untuk Laki-Laki
 Vaksinasi HPV untuk laki-laki hanya menggunakan
vaksin HPV quadrivalent.

 Untuk usia 9-21 tahun, vaksin diberikan kepada semua


individu.

 Untuk usia 22-26 tahun, vaksin terutama diberikan


kepada individu homoseksual yang belum vaksinasi.
Individu non-homoseksual juga menerima vaksinasi
hingga usia 26 tahun.
Zoster
 Berikan 1 dosis vaksin Zoster kepada semua
individu berusia 50 tahun ke atas; dengan atau tanpa
episode Zoster sebelumnya.

 Vaksin Zoster merupakan vaksin hidup.


Measles/Campak,
Mumps/Gondongan,
Rubella/Campak Jerman (MMR)
 Vaksin MMR merupakan vaksin hidup.
 Sangat dianjurkan bagi tenaga kesehatan, pelancong
dan orang yang tinggal di asrama, lingkungan padat dan saat
terjadi wabah.
 Bila belum pernah diberikan vaksin pada masa kanak-kanak
maka diberikan 2 dosis MMR. Bila sudah pernah, diberikan 1
dosis MMR saja.
 Dosis kedua diperlukan karena 2-5% populasi normal
tidak merespons 1 dosis MMR.
 Vaksin MMR dapat mencegah Sindroma Rubella Kongenital,
berikan kepada perempuan sebelum
menikah/hamil. Diperlukan waktu minimal 4 minggu untuk
boleh hamil setelah vaksinasi terakhir. Jangan diberikan kepada
ibu hamil.
Pneumokokal Konjugat 13-
valent (PVC13) / Pneumokok
 Vaksinasi semua orang berusia 50 tahun ke atas.
 Bila belum pernah mendapatkan vaksin Pneumokok,
anjurkan pemberian PCV13 terlebih dahulu lalu
ditambahkan PPSV23 dengan jeda minimal 1
tahun setelah pemberian PCV13.
 Vaksinasi seluruh calon jemaah haji dan umrah, perlu
diperhatikan agar vaksinasi telah
memberikan proteksi sebelum jemaah haji / umrah
berangkat.
 Bila sebelumnya sudah pernah mendapat
vaksinasi PPSV23, berikan vaksin PCV13
dengan jeda minimal 1 tahun setelah pemberian
vaksin PPSV23
Pneumokokal Polisakarida
(PPSV23) / Pneumokok
 Vaksinasi semua orang berusia 60 tahun
ke
atas
 Vaksinasi seluruh calon jemaah haji dan
umrah, perlu diperhatikan agar vaksinasi
telah memberikan proteksi sebelum jemaah
haji/umrah berangkat.
 PPSV23,
Bila dianjurkan pemberian PCV13
sudah pernah
dengan jeda minimal
mendapatkan vaksin1 tahun sesudah
pemberian PPSV23.
Meningitis Meningokokal
 Vaksinas Meningitis Meningokokal tidak
i
diberikan secara rutin.
 Vaksin ini hanya diberikan kepada
calon jemaah haji/umrah dan calon
pelancong ke negara-negara tertentu,
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
 Vaksin ini boleh diberikan kepada
hamil ibu (dengan pertimbangan
manfaat
yang diperoleh lebih besar dari risiko) dan
ibu menyusui.
Hepatitis A
Hepatitis A virus

 Vaksin dianjurkan untuk semua


ini
individu. khusus harus diberikan
 kepada
Perhatianpelancong dan penjama
makanan (food handler) h
Hepatitis B
Hepatitis B virus
 Perhatian khusus harus diberikan kepada
kelompok risiko tinggi: tenaga kesehatan,
pengguna Narkoba, orang dengan partner
seksual multiple, kondisi imunokompromais,
pasien dengan gangguan hati kronik dan
pasien dengan gangguan ginjal kronik
termasuk yang sedang hemodialisis.
 Pada individu imunokompeten, tidak ada
rekomendasi untuk memberikan dosis
penguat (booster).
Thypoid Fever
(Demam Tifoid)

 Sebagai negara endemis, vaksin ini dianjurkan


untuk semua orang dengan atau tanpa riwayat
Demam Tifoid.
 Pengulangan vaksin diberikan setelah 10 tahun
 Pasien yang sudahdivaksinasi
akan mendapat International Certificate of
Vaccination or Prophylaxis (kartu kuning).
Yellow Fever
 Vaksin Yellow Fever merupakan vaksin hidup.

 Vaksin Yellow Fever tidak diberikan secara rutin.

 Vaksinini hanya diberikan kepada calon


pelancong ke negara-negara tertentu
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Influenza IS NOT Common cold !!!
Presentation Influenza1 Common cold2
Clinical spectrum Systemic Local (only on the
respiratory tract)

Onset Sudden Gradual

Fever Usually high Usually mild

Clinical manifestation Fever, chill, myalgia, Sneezing, nose


or presentation malaise, cough, sore throat blockage, sinusitis

Course of disease May be continuous Usually rapid and mild


Complications
Severity of May be
Tends tosevere,
be more e.g. Usually no or mild
Usually mild
pneumonia, exacerbation complications
illness severe
of chronic disease

Adapted from:
1.Dolin R. Influenza. In: Kasper L et al, eds. Harrison Principles of Internal Medicine 16th Ed. McGraw-Hill 2000; 137: 1066-71
2.Dolin R. Common Viral Respiratory Infections and Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). In: Kasper L et al, eds. Harrison Principles of Internal
Medicine 16th Ed. McGraw-Hill 2000; 170: 1059-65
During a sneeze, millions of tiny droplets of
water and mucus are expelled at about 200
miles per hour (100 metres per second).
The droplets initially are about 10-100
micrometres diameter, but they dry rapidly
to droplet nuclei of 1-4 micrometres,
containing virus particles or bacteria. This
is a major means of transmission of several
diseases of humans

Influenza virus

http://helios.bto.ed.ac.uk/bto/microbes/airborne.htm
1. Meningkatkan kepedulian petugas
2. Meningkatkan kemampuan dan penyediaan vaksin
3. Vaksin murah, mudah dijangkau
4. Pendanaan pemerintah - asuransi
5. Acara khusus
6. Memantau Program Imunisasi Nasional (PIN)
7. Penelitian dalam bidang pelaksanaan vaksinasi

Agar dampak imunisasi besar  pemutusan rantai


penularan  perlu vaksinasi massal

You might also like