Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 86

PENILAIAN STATUS

GIZI
dr. Ina Setiyowati, SpA., M.Kes
Status gizi :
Kondisi hasil keseimbangan
asupan nutrien & kebutuhan nutrien

Untuk apa menilai status gizi ?


• Memantau pertumbuhan fisis
• Menentukan keadaan gizi
Menentukan Status gizi
Anamnesis
Klinis murah,
mudah,
Antropometri cepat,
utk subyek
besar

Laboratorium
LANGKAH-LANGKAH
ANTROPOMETRI

UKURAN ANTROPOMETRI &


INDIKATOR

REFERENSI

INTERPRETASI
UKURAN ANTROPOMETRI:

• BERAT BADAN
• PANJANG BADAN
• TINGGI BADAN
• LINGKAR LENGAN ATAS
• TEBAL LIPATAN KULIT
• PANJANG LENGAN ATAS
• PANJANG TUNGKAI BAWAH
INDEKS ANTROPOMETRI
• BERAT BADAN TERHADAP UMUR
(BB//U)
• PANJANG BADAN /TINGGI BADAN
TERHADAP UMUR (TB//U)
• BERAT BADAN TERHADAP TINGGI
BADAN (BB//TB)
• TEBAL LIPATAN KULIT TERHADAP
UMUR
REFERENSI
• NATIONAL CENTER FOR HEALTH
STATISTIC (NCHS) 1977
• CDC 2000
• Baku WHO
MENENTUKAN CUT OFF POINT

- PERSEN
(< 60%, >120%)

- PERSENTIL
(DI BAWAH PERSENTIL KE 5)
(DI ATAS PERSENTIL KE 97)

- SIMPANG BAKU
(- 2 SD, + 2 SD)
CUT OFF POINT (PERSEN)

BERAT BADAN TERHADAP UMUR


(BB//U)
BB saat ini X 100%
BB sesuai UMUR pada standar CDC

PANJANG BADAN /TINGGI BADAN


TERHADAP UMUR (TB//U)
BB saat ini X 100%
BB sesuai UMUR pada standar CDC
BERAT BADAN TERHADAP TINGGI BADAN
(BB//TB)
BB saat ini X 100%
BB sesuai TB pada standar CDC

• TEBAL LIPATAN KULIT TERHADAP UMUR


INTERPRETASI
• Underweight, normoweight, overwight
• KEP I, KEP II, KEP III
• Wasting, normal, stunting

stunted
normal

wasted
KLASIFIKASI (PERSEN)
 KEP I: BB menurut usia (BB/U) 70-80%
BB/TB 80-90%
 KEP II: BB/U 60-70%
BB/TB 70-80%
 KEP III: BB/U <60%
BB/TB <70%
Indeks Batasan Indeks status gizi
antropometrik
BB/PB < 5 persentil Underweight
> 95 persentil Overweight
PB/U < 5 persentil Short stature

LK/U < 5 persentil Masalah


> 95 persentil perkembangan
Notes:
1. A child in this range is very tall. Tallness is rarely a problem, unless it is so excessive that it may indicate an
endocrine disorder such as a growth-hormone-producing tumor. Refer a child in this range for assessment if
you suspect an endocrine disorder (e.g. if parents of normal height have a child who is excessively tall for his
or her age).
2. A child whose weight-for-age falls in this range may have a growth problem, but this is better assessed from
weight-for-length/height or BMI-for-age.
3. A plotted point above 1 shows possible risk. A trend towards the 2 z-score line shows definite risk.
4. It is possible for a stunted or severely stunted child to become overweight.
CDC 2000
LANGKAH-LANGKAH
A. Hitung umur anak, koreksi faktor
prematuritas
B. Plot hasil pengukuran ke dlm Kurva
pertumbuhan
C. Menilai hasil pertumbuhan/status gizi
Langkah  CDC 2000

A. Menghitung umur anak


1 th:12 bln ; 1 bln:30 hr; 1 mg:7 hr
Koreksi faktor prematur sampai umur 2 tahun
B. Plot ke dalam kurva pertumbuhan
 Individual
 Klinik:
Umur 0-36 bln: BB/U; TB/U
BB/TB;LK/U
Umur 2-20 th: BB/U; TB/U
IMT/U
Umur 0 – 36 bulan, Laki-laki
Umur 0 – 36 bulan, Perempuan
Langkah  CDC 2000

C. Menilai hasil pertumbuhan


Masalah pertumbuhan
1. Hasil pengukuran PB/U;BB/TB; LK/U < 5th
2. Arah pertumbuhan menurun melewati
dua batas persentil, misalnya dari
persentil 75 turun menjadi persentil 25
dalam beberapa bulan pengamatan
3. Kecepatan pertumbuhan < 5th

Pada kurva CDC hanya dapat menggunakan


kriteria 1 dan 2.
Contoh 1
Bayi Ani lahir pd tgl 20 Desember 2002, masa
gestasi 33 minggu;
Tgl pemeriksaan 5 Juli 2004: berat 9,4 kg;
panjang 72 cm; lingkar kepala 45 cm

Hitung umur
Plot ke dalam kurva pertumbuhan
Nilai status gizi
Hitung umur
Tgl pemeriksaan 5 Juli 2004: 2004 07 05
Tgl lahir 20 Desember 2002: 2002 12 20
Umur kronologis: 1 6 15
Prematur 7 minggu: 1 21
Umur koreksi: 1 4 24

Umur anak adalah 1 tahun, 4 bulan, 24 hari


dan diplot pada 16 ½ bulan

Plot ke dalam kurva pertumbuhan


Nilai hasil pertumbuhan
B/U: 10th
T/U: < 5th
B/T: 75th
LK/U:10-25th
Kesimpulan: Masalah pertumbuhan
(short stature/ perawakan pendek)
Contoh 2
Contoh 3
Anak lakik-laki BB 10 kg, TB 80 cm, LK 45 cm.
 Bagaimanakah status gizi anak tersebut?
Status gizi BB/U = 10/10,4 x 100%= 96 %
Status Gizi: TB/U =
80/75.5 x 100% = 105 %
Status gizi : BB/TB: 10/10,8 =
92,5% (Normal)

Status gizi : BB/TB: 10/10,8 = 92,5% (Normal)


Kesimpulan: lingkar kepala normal, berada antara -2SD (2%)s.d. 2SD (98%)
Gambaran klinis KEP III

Tulang iga tampak jelas

Pinggul << perut

Hipotrofi
Gambaran klinis KEP III

Baggy pants
Gambaran klinis KEP III

Baggy pants
Edema pada kwasiokor
Edema pada kwasiokor
ETIOLOGI
 Primer: kekurangan konsumsi karena tidak
tersedianya bahan makanan
 Sekunder: Kekurangan kalori-protein akibat
penyakit (misal ginjal, hati, jantung,
paru,dll)
KRITERIA DIAGNOSIS
 ANAMNESIS MAKANAN
 KLINIS, TERMASUK ANTROPOMETRI
 LABORATORIUM
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 DARAH:
Hb, lekosit, eritrosit, nilai absolut eritrosit,
hematokrit, apus darah tepi, albumin,
protein total, ureum, kreatinin, kolesterol,
HDL, trigliserida, Fe, TIBC, elektrolit,
glukosa, bilirubin, indeks protrombin, dan
biakan
 Urin: kultur, urea N, hidroksiprolin
apus rektal
PENYULIT
 Mudah terserang penyakit
 Diare
 Hipotermia
 Hipoglikemia
 Anemia
TERAPI
 KEP I
 Penyuluhan gizi/nasehat pemberian makanan
di rumah (rawat jalan)
 Dianjurkan ASI eksklusif (<6bl) s.d 2 th
 Bila rawat inap  makanan sesuai penyakitnya
KEP II
 Rawat jalan
 Nasehat pemberian makanan dan vitamin, ASI,
pemantauan BB
Tidak rawat jalan
 Dapat dirujuk ke puskesmas untuk penanganan
masalah gizi
Rawat inap
- Makanan tinggi energi dan protein, kebutuhan
energi 25% > AKG
 Dipantau BB, beri vitamin, penyuluhan gizi
 Setelah pemberian, masih KEP  rujuk ke
puskesmas
KEP III
 5 Aspek penting:
 Prinsipdasar 10 langkah utama
 Pengobatan penyakit penyerta
 Kegagalan pengobatan
 Penderita pulang sebelum rehabilitasi tuntas
 Tindakan pada kegawatan
FASE KEP III
 STABILISASI
 TRANSISI
 REHABILITASI
10 LANGKAH UTAMA KEP III
1. Atasi/cegah hipoglikemi
2. Atasi/cegah hipotermi
3. Atasi/cegah dehidrasi
4. Koreksi gangguan keseimbangan elektrolit
5. Obati/cegah infeksi
6. Mulai pemberian makanan
7. Koreksi defiesiensi nutrien mikro
8. Fasilitas tumbuh kejar
9. Lakukan stimulasi sensorik dan dukungan
emosi/mental
10. Siapkan dan rencanakan tindak lanjut setelah
sembuh
TERIMAKASIH
LANGKAH 1: HIPOGLIKEMIA
 Anak KEP berat berisiko hipoglikemia
 penyebab kematian penting 2 hari pertama.

 Hypoglikemia :
o.k. infeksi sistemis berat atau bila anak
malnutrisi tdk diberi makan selama 4-6 jam

 Untuk cegah hypoglikemia : diberi makan paling


sedikit setiap 2-3 jam siang dan malam.
 Tanda2 hipoglikemia :
 Temperatur tubuh (< 36,50c),
 Letargi
 Limpness
 Kehilangan kesadaran.

 Berkeringat dan pucat tdk terjadi pd anak


malnutrisi dg hipoglikemia.

 Sering, satu-nya tanda sebelum meninggal


adalah mengantuk.
 Diduga hipoglikemia (+)  segera atasi (tanpa tunggu hsl
lab)  tidak berbahaya.

 Anak sadar dan dapat minum


Beri 50 ml glukosa 10% / sukrosa / diet F-75 p.o.

Anak tidak sadar, tdk dpt dibangunkan atau kejang


Beri 5 ml/kg glukosa 10% i.v, diikuti 50 ml glukosa 10% atau
sukrosa NGT
Bila sadar kembali: F-75 atau glukosa dlm air (60g/l).
Lanjutkan oral / NG feeding dg diet F-75  cegah
rekurensi.

 Semua anak dg suspek hipoglikemia  antibiotik broad-


spektrum
LANGKAH 2: HIPOTERMIA
 Bayi <12 bln & penderita marasmus dg kelainan
kulit luas atau infeksi berat : mudah hipotermi.
 Temperatur < 35,50C (rektal) atau < 350C
(aksila)  dipanaskan dg teknik kanguru.
 Temperatur rektal diukur setiap 30’ selama
pemanasan dgn lampu  hipertermi dgn cepat.
(Temperatur aksila bukan merupakan petunjuk
temperatur tubuh yg tepat)
 Setiap anak hipotermi harus diberi pengobatan
hipoglikemi dan untuk infeksi sistemis berat.
LANGKAH 3: DEHIDRASI

 Sulit deteksi dehidrasi scr terpercaya


 Tanda2 dehidrasi dan/atau syok septik pd anak KEP berat yg
dpt dipercaya:
 Riwayat diare  watery diare
Feses : lendir (+) biasa pd KEP berat  dehidrasi (-)
Tanda2 dehidrasi tanpa watery diare  diperlakukan sbg
syok septik.
 Haus : tanda yg dapat dipercaya pd dehidrasi.
Pd bayi  terlihat gelisah.
 Hipotermia : tanda infeksi berat, syok septik (bukan tanda
dehidrasi)
 Mata cekung : tanda yg membantu utk dehidrasi
 Nadi lemah/tidak ada: syok o.k. dehidrasi berat atau sepsis.
 Tangan dan kaki dingin.
 Urin berkurang pd dehidrasi & syok septik yg memburuk.
Pd dehidrasi berat atau syok septik berat urin (-).
Tanda-tanda dehidrasi yg tdk dpt dipercaya:

 Keadaan mental : apatis bila ditinggal sendiri


dan iritabel bila ditangani.
 Dehidrasi memburuk  kehilangan kesadaran
scr progresif.
Hipotermi, hipoglikemi dan syok septik
menyebabkan penurunan kesadaran.
 Mulut, lidah dan air mata.  kering
 Elastisitas kulit : kulit bila dicubit lambat
kembali ke semula, atau tidak mendatar
kembali.
 Oedema, bila ada dpt menutupi elastisitas kulit
yang berkurang.
Penanggulangan dehidrasi
malnutrisi berat :

 Secara oral.

 Infus i.v mudah terjadi overhidrasi & gagal


jantung  digunakan tanda syok jelas
Jumlah RESOMAL yg diberikan
 70-100 ml/kg BB cukup untuk kembalikan hidrasi normal.
Berikan dlm 12 jam, mulai 5 ml/kg/30’ pd 2 jam pertama
p.o / NG tube, kemudian 5–10 ml/kg/jam.
 Periksa kembali tiap jam.
 Jumlah pasti ditentukan berapa banyak anak mau minum,
jumlah cairan yang masih keluar (BAB), apakah anak muntah
 Tanda-tanda overhidrasi, terutama gagal jantung.

 RESOMAL dihentikan : kecep. respirasi & nadi ↑, vena


jugularis terbendung & edema (puffy eyes).
 Rehidrasi tercapai : anak tdk haus, kencing & tanda
dehidrasi (-). Volume cairan utk mempertahankan hidrasi :
tgt pd kemauan anak minum & jumlah cairan yg keluar
melalui feses.
Sbg petunjuk, anak usia < 2 tahun : 50-100 ml RESOMAL tiap
BAB, anak yg lebih tua: 100-200 ml.
Lanjutkan sampai diare berhenti.
Rehidrasi iv.
 Indikasi infus iv anak malnutrisi berat : kolaps sirkulasi
o.k. dehidrasi berat / syok septik.
Pergunakan salah satu carian sbb:
 Half-strength Darrow’s solution dg glukosa 5%
 RL dg glukosa 5%
 0,45% NaCl dg glukosa 5%

 Berikan 15ml/kg BB iv selama 1 jam & monitor tanda


overhidrasi. Ketika iv drip sedang dipasang, juga pasang
NG-tube & beri RESOMAL (10 ml/kg BB/jam).

 Periksa anak setelah 1 jam.


 Perbaikan stlh terapi iv pertama (+) : dehidrasi berat
ulangi terapi iv (15 ml/kg BB/jam), kemudian ganti dg
RESOMAL p.o/NG tube (10 ml/am) smp 10 jam.
 Perbaikan stlh terapi iv pertama (-) dan nadi msh tdk
teraba, anggap anak syok septik  terapi syok septik
Makan selama rehidrasi

 ASI tidak boleh dihentikan selama rehidrasi.

 Mulai beri diet F-75 sesegera mungkin, scr oral / dg NG


tube, biasanya 2-3 jam stlh terapi rehidrasi mulai.

 Anak alert & dpt minum : berikan diet F-75 segera,


bahkan sblm rehidrasi selesai. Diet dan RESOMAL
diberikan bergantian tiap jam.

 Bila diare berhenti : teruskan pemberian makanan


sesuai jadwal makan malnutrisi berat.
LANGKAH 4: KOREKSI GGN
KESEIMBANGAN ELEKTROLIT

 Kelebihan Na sering terjadi pd KEP, sekalipun


kadar Na ECF normal
 pemberian makanan rendah garam.

 Defisiensi K dan Mg sering terjadi.


LANGKAH 5: INFEKSI
 KEP berat : infeksi bakteri saat pertama
dirawat
 Infeksi traktus respiratori bawah : sering
terjadi.
 Respon thd infeksi anak KEP dg infeksi berat
dapat hanya apatis / mengantuk.
(tidak seperti anak gizi baik : panas &
inflamasi)
 O.k. infeksi bakteri sering dan sulit dideteksi,
 anak KEP berat rutin diberi antibiotik
broad spektrum saat pertama dirawat.
First line treatment
 Tanda infeksi tak jelas & komplikasi (-):

Cotrimoxazole (25mg sulfamethoxazole-5 mg trimetoprim)


p.o 2x/hari selama 5 hari.
 Syok septik, hipoglikemia, hipotermia, infeksi kulit, infeksi
respiratori atau urinarius, tampak letargi :
Ampicillin 50 mg/kg im / iv setiap 6 jam selama 2 hari
dilanjutkan Amoxicillin 15 mg/kg p.o /8 jam selama 5 hr.
Gentamicin 7,5 mg/kg im atau iv 1 kali perhari selama 7
hr

Second line treatment


 Perbaikan dlm 48 jam (-)  tambah chloramphenikol
25mg/kg im / iv setiap 8 jam (setiap 6 jam bila meningitis)
selama 5 hari.
LANGKAH 6: TERAPI DIET
Anak yg tdk perlu tindakan emergensi: segera beri diet
formula,

Formula diet untuk anak malnutrisi berat


Anak KEP berat : infeksi, ggn fungsi liver, intestinal & problem
imbalans elektrolit  tdk mampu tolerir jml normal protein,
lemak & sodium.
 Diet rendah protein, lemak dan sodium dan tinggi
karbohidrat.
 F-75 (75 kal/100 ml) selama fase inisial.
 F-100  fase rehabilitasi (setelah nafsu makan timul)
 Ditambah mineral mixture (K, Mg, mineral esensial lain)
 Defisit K pd semua malnutrisi merugikan fungsi jantung &
pengosongan gastrik
 Mg: esensial untuk kalium spy dpt masuk sel
 Mineral mixture tdk mengandung Fe o.k Fe tdk diberikan pd fase
inisial.
FEEDING ON ADMISSION
 makanan diberikan sering & sedikit sedikit utk
menghindari overloading usus, hepar dan ginjal
 Anak tidak mau makan  NG tube.
 Anak yg dapat makan : diberi makan tiap 2, 3 atau 4 jam
siang dan malam.
 Bila muntah  jumlah setiap makan & interval makan

dikurangi.
 F-75 diberikan selama fase inisial.

minimal 80 kal/kg/hr, maksimal 100 kal/kg/hr.


Bila < 80 kal/kg/hr  jaringan terus dipecah, anak
memburuk.
Bila > 100 kal/kg/hr  metabolik imbalance serius.
 Volume F-75 pd fase inisial : 130 ml/kg/hr, scr bertahap
kurangi frekuensi makan dan tambah volume setiap
makan smp anak makan setiap 4 jam (6 makanan/hari)
 Anak jangan diberi makan dg botol,
 Posisi duduk pd pangkuan ibu.
 Jangan ditinggal sendirian untuk minum sendiri.
 NG feeding sesegera mungkin diakhiri.
 Makan peroral  sisanya NG tube.
 NG tube dilepas : menghabiskan ¾ diet sehari /
menghabiskan 2 kali makan berturut-turut scr
oral.
 Bila dlm 24 jam berikutnya gagal minum 80
kal/kg BB/hr  NG dipasang kembali.
Makanan setelah nafsu makan membaik.

 Fase inisial berakhir saat anak menjadi lapar. Anak siap


dg fase rehabilitasi (setelah 2-7 hr terapi)

 Transisi hrs bertahap utk hindari gagal jantung yg


terjadi bila anak tiba-tiba mengkonsumsi sejumlah besar
makanan.
Ganti diet F-75 dg jumlah yg sama diet F-100 selama 2
hari sebelum meningkatkan volume setiap makan.

Catatan: Nafsu makan dan kondisi umum anak menentukan


fase terapi dan bukan panjang waktu sejak masuk.
LANGKAH 7: TUMBUH KEJAR
 Anak menunjukkan rasa lapar & mulai
menunjukkan senyuman yg menggantikan
muka yg apati.  infeksi sudah diatasi &
abnormalitas metabolik lain membaik.

 Beri makanan secara bertahap mencapai


energi 150–200 kal/kg BB/hr dan protein
4-6 g/kg BB/hr  tumbuh kejar
LANGKAH 8: KOREKSI MIKRONUTRIEN
 KEP berat : kekurangan vitamin dan mineral.
Pd anemia jangan cepat-cepat diberi preparat besi (Fe).
Berikan setiap hari tambahan multivitamin
Zn 2 mg/kg/hr.

 Defisiensi vitamin A
 KEP berat berisiko tinggi kebutaan o.k. defisiensi vit A,
 hari pertama diberi vit A dosis tinggi p.o.:
usia < 6 bulan : 50.000 IU
usia 6 – 12 bulan : 100.000 IU
usia > 12 bulan 200.000 IU .
 Bila ditemukan gejala defisiensi vitamin A : 2 hari
pertama diberikan dosis tinggi, 2 mgg kemudian diberi
dosis ke-3
 Defisiensi Vitamin lain

 Beri
5 mg asam folat p.o. pd hari pertama masuk,
kemudian 1 mg / hari.

 Anak malnutrisi : defisiensi riboflavin, as. askorbat,


piridoxin, tiamin & vitamin yg larut dlm lemak (D, E,K)
Semua makanan harus difortifikasi dg vitamin ini.
LANGKAH 9: STIMULASI (STIMULASI
SENSORIK DAN DUKUNGAN EMOSIONAL)
 Anak KEP berat : keterlambatan perkemb.
motorik & perilaku  diberi kasih sayang.

 Pd fase ini :
terjadi perbaikan emosi, psikologi & fisik 
disediakan mainan, didorong untuk bermain
(terstruktur), melakukan aktivitas fisik &
bersosialisasi
LANGKAH 10: TINDAK LANJUT DI RUMAH
 BB anak mencapai 80% BB/U : anak sembuh. Pola
pemberian makan yang baik dan stimulasi harus tetap
dilanjutkan di rumah

 Peragakan kepd orang tua pemberian makan yg sering


dg kandungan energi & nutrien tepat dan terapi
bermain terstruktur

 Sarankan kontrol teratur, pemberian


suntikan/imunisasi dasar dan ulangan (booster) dan
pemberian vit. A setiap 6 bulan
Kriteria memulangkan pasien:
 Nafsu makan baik, perbaikan status mental,
senyum, responsif terhadap rangsang, perbaikan
perkemb. motorik, semua sistem normal, tidak
muntah/diare, tidak edema, pertumbuhan >
5g/kg/hr selama 3 hr berturut-turut.

Kriteria sembuh:
1. Anak : BB/PB > -1 SD, nafsu makan baik,
penyakit infeksi (-)
2. Ibu/orang tua: Tahu cara rawat anak, siapkan
makanan, beri obat dan beri stimulasi.
3. Petugas : Tahu melakukan follow up.  
PATOFISIOLOGI
- PERUBAHAN FISIOLOGIK PADA SEL / MASA ORGAN
- PERUBAHAN METABOLIK : MINERAL, ELEKTROLOIT DAN REGULASI

HORMON

RESPON METABOLIK
1. Intake Energi yang Tidak Adekuat
 Kadar kortisol meningkat
 Sekresi insulin menurun
 Growth hormon umumnya tinggi
 Perubahan hormonal tersebut mengakibatkan mobilisasi lemak,
pemecahan protein otot, dan pengurangan kecepatan metabolisme
dasar.
 Peningkatan aldosteron menyebabkan pengeluaran Kalium yang
diimbangi dengan pembatasan energi dan pengurangn sintesis adenosine
triphosphate pada pompa Natrium
2. PENGURANGAN INTAKE PROTEIN
 Penurunan sintesis protein dan
peningkatan pemecahan protein di dalam
otot yang merupakan persediaan asam
amino essensial di dalam hati untuk
sintesis protein dan glukoneogenesis.
 Di dalam hati terjadi perubahan beberapa
sintesis protein: sintesis albumin,
transferin dan apolipoprotein B menurun,
sedangkan sintesis protein lainnya tidak
menurun
3. PERUBAHAN ELEKTROLIT

 Retensi Natrium  peningkatan natrium total


tubuh, meskipun kadar natrium serum dapat saja
rendah, yang menunjukkan adanya peningkatan
air ekstraseluler.
 Kadar Kalium total tubuh menurun meski kadar
di dalam serum normal
 MARASMUS  penurunan aktivitas pompa
natrium  kenaikan natrium intraseluler dan
penurunan kalium.
 KWASHIORKOR  kebocoran membran sel.
Natrium masuk ke dalam sel  edema
 Hipoinsulinemia berhubungan dengan proses ini.
PERANAN DALAM INFEKSI

 Sumber energi tubuh terkonsentrasi dalam


memproduksi protein fase akut di hepar dan
kondisi yang sebaliknya terjadi pada kelaparan
 Protein fase akut negatif (albumin, prealbumin,
fibronectin, retinol binding protein) serum
menurun
 Kadar fibronectin yang rendah sebagai indikator
awal diagnosis malnutrisi
 Radikal bebas
 Sitokin
PERUBAHAN PADA ORGAN DAN SISTEM
SISTEM ENDOKRIN
 Malnutrisi berat penurunan kadar insulin dan
adanya gangguan respon insulin terhadap glukosa,
glukagon dan arginin
 meningkat kadar GHnya, tetapi kadarnya akan
menurun sejalan dengan meningkatnya berat
badan.
 Kadar kortisol juga meningkat pada keadaan infeksi
 Mula-mula terjadi peningkatan T4 (thyroxin),
tetapi bila keadaan malnutrisi semakin berat
terutama pada kwashiorkor akan terjadi penurunan
T4
 Kadar thyroid binding protein akan menurun
 Penurunan kadar T3 (triiodothyronin).
HEMATOLOGI

 Anemia : def. besi atau penurunan produksi


eritrosit
karena beradaptasi dengan penurunan lean body
mass
 Penurunan kadar plasma transferin penurunan
Iron Binding Capacity
 Kadar transferin rendah
 Pada fase penyembuhan diperlukan suplemen
besi sejalan dengan peningkatan peningkatan
lean body mass dan peningkatan produksi
eritrosit.
ORGAN

1. Hati: membesar, infiltrasi lemak


2. Jantung : CO menurun,
Otot jantung  sedikit perubahan
Kontraktilitas otot jantung tetap
normal
Sinus bradikardi dan hipotensi
Efusi perikardial
3. Paru : Penurunan massa otot kapasitas vital
paru
dan tekanan inspirasi
 Saluran cerna:
 Diare dan malnutrisi sering ditemukan bersamaan.
 penurunan produksi asam lambung
 penipisan mukosa intestinal
 pemendekan atau menghilangnya villi usus dengan
kripta yang menjadi lebih jarang
  peningkatan permeabilitas usus
 penurunan absorbsi makanan.
 menurunnya aktivitas disakaridase malabsorpsi

 laktosa
 pertumbuhan berlebihan dari bakteri.
 Kulit dan Rambut:
kering dan berkerut yang disebabkan karena
pengurangan lemak subkutan  hipotermia

 Tipis, tumbuh lambat, dan rontok. tampak


pengurangan akar rambut dan terjadi pergeseran ke
fase istirahat pada pertumbuhan rambut
 defisiensi zink
 Fungsi Otak Dan Perkembangan
Efek utama pada jaringan neurologis: def.
mikronutrien, anemia, apati dan penurunan aktivitas
 Tulang
Demineralisasi tulang defisiensi fosfat
Defisiensi vit D  rickets dan osteomalacia.
Defisiensi vitamin C  gejala scurvy.
PERBEDAAN NCHS 1977 DGN
CDC 2000
Keterbatasan Kurva NCHS 1977
Sampel bayi: kulit putih dan sosek
menengah
BB lahir dikumpulkan dari th 1929-1975
Hanya bayi yang minum susu formula
Adanya perbedaan yang cukup besar dari
pengukuran PB dan TB pada umur 24-36
bulan
Kelebihan kurva CDC 2000
Data representatif berbagai ras, etnik, sosek
di populasi yg berbeda
Meliputi bayi juga yang minum ASI
Batas umur sampai 20 th
Kurva persentil ditambah 3th dan 97th
Penambahan kurva IMT/U utk 2 – 20 th
Dapat digunakan utk anak dg special health
care need, seperti CP, Sindr. Down,dll
Mudah didapat
Stunted
 TB/U < - 2 SB baku CDC 2000
 Refleksi dari suatu proses kegagalan mencapai
potensi pertumbuhan linear
Underweight
 BB/U < - 2 SB baku CDC 2000

Status gizi
 Gizi kurang jika LLA/U < - 2 SB, dan bila nilai
TLK/U < - 2 SB
TERIMA KASIH

You might also like