Slide COM411 COM411 Slide 06

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

Kode Etik

HEPPR – Pertemuan 6
Apa itu Kode Etik?
Kode etik adalah merupakan suatu bentuk aturan tertulis
yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip-
prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan
dapat difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala
macam tindakan yang secara logika-rasional umum (common
sense) dinilai menyimpang dari kode etik.

Dengan demikian kode etik adalah refleksi dari apa yang


disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya
dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
sosial (profesi) itu sendiri.
Kode Etik Profesi
Merupakan suatu tatanan etika yang telah disepakati oleh
suatu kelompok masyarakat tertentu. Kode etik umumnya
termasuk dalam norma sosial, namun bila ada kode etik
yang memiliki sanksi yang agak berat, maka masuk dalam
kategori norma hukum
Penyebab Pelanggaran Kode Etik
tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat
organisasi profesi tidak dilengkapi dengan sarana dan
mekanisme bagi masyarakat untuk menyampaikan keluhan
rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode
etik profesi, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak
profesi sendiri
belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para
pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya
tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para
pengemban profesi untuk menjaga martabat luhur profesinya
Fungsi Kode Etik Profesi
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi
profesi tentang hubungan etika dalam keanggotaan
profesi.
Mengabaikan Kode Etik Profesi
1. Pengaruh sifat kekeluargaan
2. Pengaruh jabatan
3. Pengaruh konsumerisme
Upaya Yang Mungkin Dilakukan Dalam
Pelanggaran Kode Etik Profesi
1. Klausul penundukan pada undang-undang
a. Setiap undang-undang mencantumkan dengan tegas sanksi yang
diancamkan kepada pelanggarnya. Dengan demikian, menjadi
pertimbangan bagi warga, tidak ada jalan lain kecuali taat, jika terjadi
pelanggaran berarti warga yang bersangkutan bersedia dikenai sanksi
yang cukup memberatkan atau merepotkan baginya. Ketegasan sanksi
undang-undang ini lalu diproyeksikan dalam rumusan kode etik profesi
yang memberlakukan sanksi undang-undang kepada pelanggarnya.

b. Dalam kode etik profesi dicantumkan ketentuan: “Pelanggar kode etik


dapat dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan undang- undang yang
berlaku “.
2. Legalisasi kode etik profesi

a. Dalam rumusan kode etik dinyatakan, apabila terjadi pelanggaran, kewajiban


mana yang cukup diselesaikan oleh Dewan Kehormatan, dan kewajiban
mana yang harus diselesaikan oleh pengadilan.
b. Untuk memperoleh legalisasi, ketua kelompok profesi yang bersangkutan
mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat agar
kode etik itu disahkan dengan akta penetapan pengadilan yang berisi
perintah penghukuman kepada setiap anggota untuk mematuhi kode etik
itu.
c. Jadi, kekuatan berlaku dan mengikat kode etik mirip dengan akta
perdamaian yang dibuat oleh hakim. Apabila ada yang melanggar kode etik,
maka dengan surat perintah, pengadilan memaksakan pemulihan itu.
Sanksi Pelanggaran Kode Etik Profesi
1. Sanksi moral
2. Sanksi dikeluarkan dari organisasi
Dalam menjalankan profesi, seseorang perlu memiliki dasar-dasar
yang perlu diperhatikan:
Prinsip Tanggung Jawab. Seorang yang memiliki profesi harus mampu
bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan dari profesi tersebut,
khususnya bagi orang-orang di sekitarnya.
Prinsip Keadilan. Prinsip ini menuntut agar seseorang mampu
menjalankan profesinya tanpa merugikan orang lain, khususnya orang
yang berkaitan dengan profesi tersebut.
Prinsip Otonomi. Prinsip ini didasari dari kebutuhan seorang profesional
untuk diberikan kebebasan sepenuhnya untuk menjalankan profesinya.
Prinsip Integritas Moral. Seorang profesional juga dituntut untuk
memiliki komitmen pribadi untuk menjaga kepentingan profesinya,
dirinya, dan masyarakat.
Standar Minimum atau standar ideal?
Lalu bagaimana dengan praktisi PR yang tidak tergabung
dalam Organisasi Profesi? Dapatkah dia diberikan sanksi
jika melanggar Kode Etik PR?

You might also like