Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 35

KEBIJAKAN BANGUNAN RS, PRASARANA

DAN PERALATAN KESEHATAN

1
FASILITAS RUMAH SAKIT

1.SARANA
2.PRASARANA
3.PERALATAN KESEHATAN
Sarana rumah sakit
 Adalah semua bangunan gedung serta bangunan lainnya yang

digunakan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk


pelayanan pasien maupun operasional rumah sakit.

Prasarana
 Pendukung sarana yang terdiri dari peralatan dan jaringan yang
membentuk suatu sistem yang saling terkait, untuk mendukung
berfungsinya layanan sarana rumah sakit
Peralatan kesehatan
 Instrumen, apparatus, mesin, implan yang tidak mengandung

obat, yang digunakan untuk mencegah, mendiagnosis,


menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit
serta memulihkan kesehatan pada manusia dan atau membentuk
struktur dan memperbaiki fungsi tubuh. (UU No.23 thn 1992
tentang Kesehatan pasal 1 ayat 11)
KEBIJAKAN TERKAIT SPA
• UU No. 36 thn 2009 Tentang Kesehatan
• UU No. 44 thn 2009 Tentang Rumah Sakit
• UU No. 28 tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung
• UU No. 1 Th 1970 Tentang Keselamatan kerja
• Undang Undang No. 23 Tahun 1997 Tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
• Undang Undang No.15 Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan.
• UU NO.10 TAHUN 1997 Tentang Ketenaga Nukliran
• Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor: 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara.
KEBIJAKAN TERKAIT SPA
• Permenkes 147 tahun 2010 tentang Perizinan RS
• Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi RS
• Kepmenkes No. 876/Menkes/SK/VII/2001 tentang Pedoman teknis
analisis dampak kesehatan lingkungan
• Kepmenkes No. 1335/Menkes/SK/IX/2002 tentang Standar
Operasional Pengambilan dan Pengukuran Kualitas Udara Ruangan
Rumah Sakit
• Kepmenkes No. 351/Menkes/SK/III/2003 tentang Komite Kesehatan
dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan
• Kepmenkes No. 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit
• Kepmenkes No. 432/Menkes/SK/IX/2007 tentang Pedoman
Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja K3) di Rumah Sakit
Undang-Undang R.I. No. 44 Tahun 2009,
tentang Rumah Sakit
 Persyaratan Teknis Bangunan  Persyaratan Teknis Prasarana
Rumah Sakit. (Pasal 10) Rumah Sakit, (Pasal 11)
1. R.rawat jalan. 1. Instalasi Air.
2. R.rawat inap. 2. Instalasi Mekanikal & Elektrikal.
3. R.gawat darurat. 3. Instalasi Gas Medik.
4. R.rawat intensif 4. Instalasi Uap.
5. R.operasi. 5. Instalasi pengolahan limbah.
6. R.radiologi. 6. Pencegahan dan penanggulangan
7. R.laboratorium. kebakaran
8. R.sterilisasi. 7. Petunjuk, standar dan sarana
9. R.farmasi. evakuasi saat terjadi keadaan
10. R. mekanik. darurat.
11. R.dapur. 8. Instalasi Tata Udara.
12. R.Laundri. 9. Sistem Informasi dan Komunikasi.
13. R.Jenazah. 10.Ambulans
14. Dan lain lain
UU No. 36 Th 2009
ttg KESEHATAN
 Pasal 5
Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh
pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau
 Pasal 19
Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala
bentuk upaya kesehatan yang bermutu, aman, efisien, dan
terjangkau
 Pasal 98
Sediaan farmasi dan alat kesehatan harus aman,
berkhasiat/bermanfaat, bermutu, dan terjangkau
UU No.36 tentang Kesehatan
Pasal 15
 Pemerintah bertanggung jawab atas
ketersediaan lingkungan, tatanan, fasilitas
kesehatan baik fisik maupun sosial bagi
masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan
yang setinggi tingginya.
UU No.44 tentang Rumah Sakit
Pasal 7
Rumah Sakit harus memenuhi persyaratan
lokasi,bangunan, prasarana, sumber daya
manusia, kefarmasian, dan peralatan.

Pasal 8
Persyaratan lokasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi
ketentuan mengenai kesehatan, keselamatan
lingkungan, dan tata ruang, serta sesuai dengan
hasil kajian kebutuhan dan kelayakan
penyelenggaraan Rumah Sakit.
UU No.44 tentang Rumah Sakit
Pasal 9
(1)Persyaratan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) harus memenuhi :
a. persyaratan administratif dan persyaratan teknis
bangunan gedung pada umumnya, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan; dan
b. persyaratan teknis bangunan Rumah Sakit, sesuai
dengan fungsi, kenyamanan dan kemudahan
dalam pemberian pelayanan serta perlindungan
dan keselamatan bagi semua orang termasuk
penyandang cacat, anak-anak, dan orang usia
lanjut.
UU No.44 tentang Rumah Sakit
Pasal 11
(1) Prasarana Rumah Sakit sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) dapat meliputi:
a. Instalasi air;
b. Instalasi mekanikal dan elektrikal;
c. Instalasi gas medik;
d. Instalasi uap;
e. Instalasi pengelolaan limbah;
f. Pencegahan dan penanggulangan kebakaran;
g. Petunjuk, standar dan sarana evakuasi saat
terjadi keadaan darurat;
h. Instalasi tata udara;
i. Sistem informasi dan komunikasi; dan
j. Ambulan.
UU No.44 tentang Rumah Sakit
Pasal 16
Persyaratan peralatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) meliputi peralatan medis
dan non-medis harus memenuhi standar
pelayanan, persyaratan mutu, keamanan,
keselamatan dan laik pakai.
UU No.44 tentang Rumah Sakit
Pasal 17

Rumah Sakit yang tidak memenuhi


persyaratan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7, Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11,
Pasal 12, Pasal 13, Pasal 14, Pasal 15, dan
Pasal 16 tidak diberikan izin mendirikan,
dicabut atau tidak diperpanjang izin
operasional Rumah Sakit.
Undang-Undang No.23 tahun 1997 tentang Pengelolaan
lingkungan Hidup

Pasal 43

Barang siapa yang dengan melanggar ketentuan perundang-undangan yang berlaku,


sengaja melepaskan atau membuang zat, energi,dan/atau komponen lain yang
berbahaya atau beracun masuk di atas atau ke dalam tanah, ke dalam udara atau ke
dalam air permukaan,melakukan impor, ekspor, memperdagangkan,
mengangkut,menyimpan bahan tersebut, menjalankan instalasi yang
berbahaya,padahal mengetahui atau sangat beralasan untuk menduga bahwa
perbuatan tersebut dapat menimbulkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan
hidup atau membahayakan kesehatan umum atau nyawa orang lain, diancam
dengan pidana penjara paling lama enam tahun dan denda paling banyak
Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).
PERSYARATAN IZIN OPERASIONAL RUMAH SAKIT
PMK 147-2010 ttg Perizinan RS

Sarana Prasarana

 Tersedia dan berfungsinya sarana dan prasarana pada


rawat jalan, rawat inap, gawat darurat, operasi/bedah,
tenaga kesehatan, radiologi, ruang laboratorium, ruang
sterilisasi, ruang farmasi, ruang pendidikan dan latihan,
ruang kantor dan administrasi,ruang ibadah, ruang
tunggu, ruang penyuluhan kesehatan masyarakat rumah
sakit, ruang menyusui, ruang mekanik, ruang dapur,
laundry, kamar jenazah, taman,pengolahan sampah, dan
pelataran parkir yang mencukupi sesuai dengan jenis dan
klasifikasinya.
Permenkes 340 tahun 2010 tentang Klasifikasi
Rumah Sakit
Pasal 5
Klasifikasi Rumah Sakit Umum ditetapkan berdasarkan:
 a. Pelayanan;
 b. Sumber Daya Manusia;
 c. Peralatan;
 d. Sarana dan Prasarana; dan
 e. Administrasi dan Manajemen.

Pasal 25
Klasifikasi Rumah Sakit Khusus ditetapkan berdasarkan:
 a. Pelayanan;
 b. Sumber Daya Manusia;
 c. Peralatan;
 d. Sarana dan Prasarana; dan
 e. Administrasi dan Manajemen
SARANA
(BANGUNAN)
PEMILIHAN LOKASI RUMAH SAKIT

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan :


1. Aksesibilitas untuk jalur transportasi dan komunikasi.
2. Fasilitas Parkir.
3. Tersedia utilitas publik.
4. Elevasi yang tepat untuk saluran air hujan dan saluran
pembuangan.
5. Bebas dari kebisingan, asap, uap dan gangguan lain.
6. Pengembangan kedepan.
7. Biaya Total
MASSA BANGUNAN

1. Intensitas antar massa Bangunan Gedung di RS, pertimbangkan :


Keselamatan terhadap bahaya kebakaran;
Kesehatan termasuk sirkulasi udara dan pencahayaan;
Kenyamanan;
Keselarasan dan keseimbangan dengan lingkungan;

2.  Perencanaan RS harus mengikuti Rencana Tata Bangunan &


Lingkungan (RTBL), yaitu Koefisien Dasar Bangunan , Koefisien
Luas Bangunan, Garis Sempadan Bangunan, Garis Sempadan Pagar
dan Garis Sempadan Sungai

3. Memenuhi persyaratan Peraturan Daerah setempat (tata kota yang


berlaku).
20
SARANA BAGI PENYANDANG CACAT
1. Setiap bangunan RS, harus menyediakan fasilitas dan
aksesibilitas untuk menjamin terwujudnya kemudahan
bagi penyandang cacat dan lanjut usia masuk dan
keluar ke dan dari bangunan RS serta beraktivitas
dalam bangunan RS secara mudah, aman, nyaman dan
mandiri

2. Ketentuan tentang aksesibilitas bagi penyandang cacat


mengikuti PerMen PU No. 30 Tahun 2006 tentang
“Pedoman Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada
Bangunan Gedung dan Lingkungan”.
PRASARANA
SUMBER LISTRIK
Sistem instalasi listrik dan penempatannya harus mudah dioperasikan, diamati,
dipelihara, tidak membahayakan, tidak mengganggu dan tidak merugikan
lingkungan, bagian bangunan dan instalasi lain, serta perancangan dan
pelaksanaannya harus berdasarkan Permenkes No.
2306/Menkes/per/XI/2011 tentang Persyaratan Teknis Prasarana Instalasi
Elektrikal Rumah Sakit dan Peraturan Umum Intalasi Listrik (PUIL)
2010/SNI.04-0225 edisi terakhir dan peraturan yang berlaku

AIR BERSIH
Harus tersedia air bersih yang cukup dan memenuhi syarat kesehatan, atau
dapat mengadakan pengolahan sesuai dengan ketentuan yang berlaku 
diatur dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
907/Menkes/SK/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air
Minum
PENGOLAHAN DAN PEMBUANGAN LIMBAH
Persyaratan Pengolahan dan Pembuangan Limbah Rumah Sakit dalam bentuk
padat, cair dan gas, baik limbah medis maupun non-medis dapat dilihat pada
Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1204/MENKES/SK/X/2004, tentang
Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.

GAS MEDIK DAN VAKUM


Sistem gas medik harus direncanakan dan dipasang dengan
mempertimbangkan tingkat keselamatan bagi penggunanya. Ketentuan
mengenai sistem gas medik dan vakum medik di rumah sakit mengikuti
”Pedoman Teknis Instalasi Gas Medik dan Vakum Medik di Rumah Sakit” yang
disusun oleh Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana
Kesehatan, Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan, Kementerian Kesehatan
RI, Tahun 2011
Sistem Hubungan (Transportasi) Vertikal dalam Rumah Sakit

• Setiap bangunan RS bertingkat harus menyediakan sarana hubungan


vertikal antar lantai yang memadai untuk terselenggaranya fungsi bangunan
RS tersebut berupa tersedianya tangga, ram dan/ lif  Permen PU Nomor
45 Tahun 2007;
• Pemilihan jenis lif harus mempertimbangkan kemudahan bagi penyandang
cacat, lanjut usia dan kebutuhan khusus Permen PU Nomor 45 Tahun
2007;
• Penggunaan lift, Pemasangan serta Pemeliharaan diatur dalam Permen
Tenaga Kerja RI No. PER.03/MEN/1999 Tentang Syarat-Syarat K3 Lift dan
SNI yang masih berlaku
Sistem Proteksi Kebakaran

• Sistem proteksi pasif terhadap bahaya kebakaran yang berbasis pada


desain atau pengaturan terhadap komponen arsitektur dan struktur
rumah sakit sehingga dapat melindungi penghuni dan benda dari
kerusakan fisik saat terjadi kebakaran
• Sistem proteksi aktif adalah peralatan deteksi dan pemadam yang
dipasang tetap atau tidak tetap, berbasis air, bahan kimia atau gas, yang
digunakan untuk mendeteksi dan memadamkan kebakaran pada
bangunan rumah sakit
• Sistem Proteksi Kebakaran diatur dalam Permen PU No. 26/PRT/M/2008
Tanggal 30 Desember 2008 Tentang Persyaratan Teknis Sistem Proteksi
Kebakaran pada Bangunan Gedung dan Lingkungan
PERALATAN
PP NO 72 TH 1998 TTG PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN

Alat kesehatan: bhn instrumen, aparatus, mesin, inplan yg tdk mengandung obat yg
digunakan untuk mencegah, mendiagnosa, menyembuhkan dan meringankan penyakit,
merawat orang sakit serta memulihkan kesehatan pada manusia dan/atau membentuk
struktur dan memperbaiki struktur tubuh (p1.2)

• Produksi
• Peredaran; penyaluran, penyerahan
• Pemasukan/Impor Memenuhi persyaratan
• Kemasan mutu, keamanan, dan
• Penandaan dan informasi kemanfaatan (p2)
• Pengujian dan penarikan kembali
• Pemusnahan

Memenuhi kebutuhan masyarakat; Melindungi


masyarakat
Menjamin terpenuhinya 28
Permenkes 1184 / 2004
Pengamanan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga

Alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga


yang beredar

 Persyaratan produksi
 Persyaratan peredaranran Mutu
 Informasi Keamanan
 Pemeliharaan mutu Kemanfaatan
 Penarikan kembali
 Pemusnahan

•Memenuhi kebutuhan masyarakat;


•Melindungi masyarakat
•Menjamin terpenuhinya M-K-K
29
Permenkes 363/1998 TTG PENGUJIAN KALIBRASI

 Pengujian dan kalibrasi perl kes Pengujian: pemeriksaan fisik untuk membandingkan alat ukur dg
standar utk satuan ukuran yg sesuai guna menetapkan sifat
 Kalibrasi alat ukur radiasi ukurnya (sifat metrologik) atau menentukan besaran atau
 Pengukuran kondisi fasilitas kes kesalahan pengukuran
 Pelayanan monitoring radiasi
Kalibrasi: kegiatan peneraan untuk menentukan
 Pengukuran paparan radiasi kebenaran nilai penunujukan alat ukur dan ataj bahan
 Pengukuran luaran radiasi terapi ukur

MENJAMIN KEBENARAN
NILAI KELUARAN/KINERJA
& KESELAMATAN
 BELUM MEMPUNYAI SERTIFIKAT PEMAKAIAN
&TANDA KALIBRASI
 SDH BERAKHIR JANGKA WAKTU
SERTIFIKAT & / TANDA KALIBRASI
Penandaan dan sertifikasi: Alat,
 PERFORMANCE, SAFETY RENDAH
tanggal, yg melakukan, jangka waktu
 SETELAH DILAKUKAN PERBAIKAN berlaku, hasil pengujian/ketelitian,
 PINDAH TEMPAT motode, penanggung jawab

30
TUJUAN
Peningkatkan mutu pelayanan kesehatan diperlukan supaya tersedianya alat
kesehatan yang berkualitas, yaitu alat kesehatan yang tejamin ketelitian,
ketepatan dan keamanan penggunaannya. Agar alat kesehatan dimaksud
berkualitas maka perlu dilakukan pengujian dan kalibrasi.

Berdasarkan Permenkes No.363/MENKES/PER/IV/1998 tanggal 8 April


1998, tentang Pengujian dan Kalibrasi Alat Kesehatan, setiap alat kesehatan
yang dipergunakan sarana pelayanan kesehatan wajib dilakukan pengujian dan
kalibrasi oleh Institusi Penguji, untuk menjamin ketelitian dan ketepatan serta
keamanan penggunaan alat kesehatan.
PENGERTIAN

Alat Ukur adalah semua peralatan yang digunakan untuk mengukur,


memeriksa atau memeriksa cuplikan untuk menentukan keberlakuan
standar yang mampu menampilkan objek besaran, dipergunakan untuk
mengetahui kebenaran dari bahan ukur. Alat ukur yang dipergunakn
dalam pelaksanaan pengujian atau kalibrasi alat kesehatan, berupa alat
ukur besaran dasar maupun alat ukur besaran turunan.
Pengujian adalah kegiatan untuk menentukan satu atau lebih
karakteristik dari suatu bahan atau instrumen, sehingga dapat dipastikan
kesesuaian antara karakteristik dengan spesifikasinya.

Kalibrasi adalah kegiatan peneraan untuk menentukan kebenaran nilai


penunjukkan alat ukur dan/atau bahan ukur.

Kalibrasi bertujuan untuk memastikan hubungan antara :

Nilai-nilai yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem


pengukuran, atau
Nilai-nilai yang diabadikan pada suatu bahan ukur, dengan
nilai sebenarnya dari besaran yang diukur.
PENGUJIAN ALAT KESEHATAN

Sebagaimana ditetapkan pada Permenkes No.363/Menkes/Per/IV/1998 alat


kesehatan yang dipergunakan di sarana pelayanan kesehatan wajib diuji atau
dikalibrasi secara berkala, sekurang-kurangnya 1 (satu) kali setiap tahun. Pengujian
atau kalibrasi wajib dilakukan terhadap alat kesehatan dengan kriteria :
Belum memiliki sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi.

Masa berlaku sertifikat dan tanda lulus pengujian atau kalibrasi


telah habis.

Diketahui penunjukannya atau keluarannya atau kinerjanya


(perlormance) atau keamanannya (savety) tidak sesuai lagi,
walaupun sertifikat dan tanda masih berlaku.

Telah mengalami perbaikan, walaupun sertifikat dan tanda masih


berlaku.

Telah dipindahkan bagi yang memerlukan instalasi, walaupun


sertifikat dan tanda masih berlaku.
Terima Kasih

You might also like