Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 65

Mental Health

Nova Sinaga
(NPM 2106763146)

Here is where your presentation begins


SEJARAH KEPERAWATAN JIWA DI DUNIA

Sejarah keperawatan di dunia diawali pada zaman purbakala


(Primitive Culture) sampai pada munculnya Florence Nightingale
sebagai pelopor keperawatan yang berasal dari Inggris.
Perkembangan keperwatan sangat dipengaruhi oleh
perkembangan struktur dan kemajuan peradaban manusia.
Perkembangan keperawatan diawali
pada :

Zaman Purbakala
01 (Primitive Culture)
Zaman Keagamaan
03

Pertengahan abad VI
02 Zaman Masehi Masehi
04

Permulaan abad XVI


05
Manusia diciptakan memiliki naluri untuk merawat diri
sendiri (tercermin pada seorang ibu). Harapan pada awal
perkembangan keperawatan adalah perawat harus memiliki
naluri keibuan (Mother Instinc). Dari masa Mother Instic
kemudian bergeser ke zaman dimana orang masih percaya
pada sesuatu tentang adanya kekuatan mistic yang dapat
mempengaruhi kehidupan manusia. Kepercayaan ini
dikenal dengan nama Animisme. Mereka meyakini bahwa
sakitnya seseorang disebabkan karena kekuatan alam/pengaruh
gaib seperti batu-batu, pohon-pohon besar dan gunung-
gunung tinggi.

Zaman Purbakala
(Primitive Culture)
Next…
Kemudian dilanjutkan dengan kepercayaan pada
dewa-dewa dimana pada masa itu mereka
menganggap bahwa penyakit disebabkan karena
kemarahan dewa, sehingga kuil-kuil didirikan sebagai
tempat pemujaan dan orang yang sakit meminta
kesembuhan di kuil tersebut. Setelah itu
perkembangan keperawatan terus berubah dengan
adanya Diakones & Philantrop, yaitu suatu kelompok
wanita tua dan janda yang membantu pendeta
dalam merawat orang sakit, sejak itu mulai
berkembanglah ilmu keperawatan.
Zaman Keagamaan
Perkembangan keperawatan mulai bergeser kearah spiritual
dimana seseorang yang sakit dapat disebabkan karena
adanya dosa/kutukan Tuhan. Pusat perawatan adalah
tempat-tempat ibadah sehingga pada waktu itu pemimpin
agama disebut sebagai tabib yang mengobati pasien.
Perawat dianggap sebagai budak dan yang hanya
membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama.
Zaman Masehi
Write a list with all the things you’re grateful of in your life

Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama


Nasrani, dimana pada saat itu banyak terbentuk
Diakones yaitu suatu organisasi wanita yang
bertujuan untuk mengunjungi orang sakit sedangkan
laki-laki diberi tugas dalam memberikan perawatan untuk
mengubur bagi yang meninggal.Pada zaman pemerintahan
Lord-Constantine, ia mendirikan Xenodhoecim atau
hospes yaitu tempat penampungan orang-orang sakit
yang membutuhkan pertolongan. Pada zaman ini
berdirilah Rumah Sakit di Roma yaitu Monastic Hospital.
Pertengahan Abad VI Masehi

Pada abad ini keperawatan berkembang di Asia Barat Daya yaitu Timur
Tengah, seiring dengan perkembangan agama Islam. Pengaruh agama Islam
terhadap perkembangan keperawatan tidak lepas dari keberhasilan Nabi
Muhammad SAW menyebarkan agama Islam. Abad VII Masehi, di Jazirah
Arab berkembang pesat ilmu pengetahuan seperti Ilmu Pasti, Kimia,
Hygiene dan obat-obatan. Pada masa ini mulai muncul prinsip-prinsip
dasar keperawatan kesehatan seperti pentingnya kebersihan diri,
kebersihan makanan dan lingkungan. Tokoh keperawatan yang terkenal dari
Arab adalah Rufaidah.
Permulaan Abad XVI
Pada masa ini, struktur dan orientasi masyarakat berubah dari agama menjadi
kekuasaan, yaitu perang, eksplorasi kekayaan dan semangat kolonial. Gereja dan
tempat-tempat ibadah ditutup, padahal tempat ini digunakan oleh orde-orde
agama untuk merawat orang sakit. Dengan adanya perubahan ini, sebagai dampak
negatifnya bagi keperawatan adalah berkurangnya tenaga perawat. Untuk memenuhi
kurangnya perawat, bekas wanita tuna susila yang sudah bertobat bekerja sebagai
perawat. Dampak positif pada masa ini, dengan adanya perang salib, untuk
menolong korban perang dibutuhkan banyak tenaga sukarela sebagai perawat, mereka
terdiri dari orde-orde agama, wanita-wanita yang mengikuti suami berperang dan
tentara (pria) yang bertugas rangkap sebagai perawat.
Linda Richard merupakan perawat jiwa Amerika yang pertama,
dimana beliau mengembangkan asuhan keperawatan di RS mental
pusat di USA dan mengorganisasi pelayanan keperawatan dan
program pendidikan, dimana sakit mental harus diberikan asuhan
seperti sakit fisik. Pada tahun 1882, terbentuklah sekolah perawat
yang pertama untuk sakit mental, yang mengajarkan tentang
pemeliharaan kebutuhan fisik pasien mental (pengobatan, nutrisi,
hygiene dan aktivitas bangsal). John Hopkins pada tahun 1913,
merupakan sekolah perawat pertama dengan kurikulum
keperawatan jiwa.

Next…
Next…
Write a list with all the things you’re grateful of in your life

Pada akhir perang dunia II, pelayanan kesehatan


terbesar yang diberikan terkait dengan masalah
kesehatan jiwa dan peningkatan program terapi
pada veteran perang. Terapi Sikap pada tahun
1947 mulai diperkenalkan oleh Weiss, dimana
perawat menggunakan sikap untuk perbaikan
pasien dengan observasi, penerimaan, respek,
pemahaman, perhatian dan partisipasi pasien
dalam realita. Pada tahun 1950, obat psikotropika
untuk sakit mental mulai dipergunakan.
Next…

Mellow dan Tudor mulai tahun 1950 memperkenalkan tentang Terapi Keperawatan, dimana
hubungan perawat dan pasien skizofrenia merupakan dasar proses terapeutik. Pada tahun
1952, Peplau membuat kerangka kerja yang sistematik bagi perawat jiwa yaitu Hubungan
Interpersonal dalam Keperawatan yang mendiskripsikan kemampuan, aktifitas dan peran
perawat jiwa, dimana proses terapeutik signifikan.
Komunitas terapeutik mulai diperkenalkan oleh Jones tahun 1953, dimana penggunaan
lingkungan sosial pasien mulai diperhatikan. Pasien sebagai partisipan aktif dan dilibatkan
dalam masalah harian masyarakat.
Tahun 1963, Jurnal Keperawatan Psikiatri mulai diterbitkan. Standar perawatan psikiatri
dibuat olah ANA tahun 1973.
Sejarah Keperawatan
Jiwa di Indonesia

01 You can enter a subtitle here if you need it


Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada masa ini suku bangsa
Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ otak.
Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti: memberikan
ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan yang baik,
mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.Perkembangan keperawatan jiwa pada abad 21
lebih menekankan pada upaya preventif melalui pengembangan pusatkesehatan mental, praktek
mandiri, pelayanan di rumah sakit dan pelayanan day care sertamengidentifikasi pemberian asuhan
keperawatan pada kelompok berisiko tinggi dan pengembangan sistem management patient care
dengan pendekatan multidisipliner.

Sejarah dan perkembangan keperawatan jiwa di Indonesia sangat dipengaruhi oleh faktor sosial
ekonomi akibat penjajahan yang dilakukan oleh kolonial Belanda, Inggris dan Jepang.
Peran Perawat Kesehatan Jiwa

Pengkajian yang Merancang dan


mempertimbangkan mengimplementasikan
budaya rencana Tindakan

Berperan serta dalam Meningkatkan dan


pengelolaan kasus memelihara Kesehatan
mental, mengatasi
pengaruh penyakit
mental dan penyuluhan
konseling
Next….

Mengelola dan
mengkoordinasikan
system pelayanan
yang Memberikan pedoman
mengintegrasikan pelayanan Kesehatan.
kebutuhan pasien,
keluarga staff dan
pembuat kebijakan
Referensi
Ali, Zaidin. 2002. Dasar-Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.

Hidayat, A Aziz Alimul. 2002. Pengantar Kosep Dasar Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna;Panjaitan;Helena. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Ed.2.

Jakarta: EGC.

Stuart, G.W., & Sundeen, S.J. (1995). Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 3. Jakarta : EGC

Stuart, Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC.

Suliswati, 2005. Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : EGC


https://grhasia.jogjaprov.go.id/berita/93/sejarah-keperawatan-jiwa.html 
SEJARAH
KEPERAWATAN
JIWA DI
INDONESIA
NAMA : Eva Fathoni
NPM : 2106762875
KELAS : B- Ekstensi
● Perkembangan keperawatan jiwa dimulai sejak jaman peradaban. Pada masa ini suku bangsa
Yunani dan Arab percaya bahwa gangguan jiwa disebabkan karena tidak berfungsinya organ
otak. Pengobatan pada masa ini telah mengabungkan berbagai pendekatan pengobatan seperti:
memberikan ketenangan, mencukupi asupan gizi yang baik, melaksanakan kebersihan badan
yang baik, mendengarkan musik dan melakukan aktivitas rekreasi.
Peran perawat kesehatan
jiwa
● Peran perawat kesehatan jiwa dalam pelaksanaan program. 

Perawat kesehatan jiwa memiliki peran sebagai pemberi asuhan keperawatan secara langsung. Peran yang
pertama adalah memberikan tindakan keperawatan pada keluarga dan penderita. Perawat kesehatan jiwa
menyatakan pernah memberikan tindakan keperawatan kepada keluarga dan penderita.
Peran perawat sebagai

pendidik.
Sebagai pendidik, peran perawat yang pertama adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan
jiwa kepada keluarga. Berdasarkan hasil FGD, perawat kesehatan jiwa memberikan pendidikan
kesehatan jiwa kepada keluarga seperti menyarankan keluarga agar memperlakukan penderita
dengan baik, mengarahkan keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar penderita, misalnya mandi,
makan, mengajak penderita untuk berkomunikasi, mengajak penderita bersosialisasi ke
lingkungan sekitar penderita, mengajak penderita untuk berkomunikasi, atau memberikan
kesibukan pada penderita.
Peran perawat sebagai koordinator kegiatan. 

● perawat berperan dalam ikut serta dalam pemberdayaan mantan penderita gangguan jiwa. Selain
melepaskan dan merawat penderita, kegiatan perawat kesehatan jiwa yang lain adalah bersama-
sama tim RSJ Provinsi NTB, Dinas kesehatan Kota Mataram, serta institusi pendidikan yang
berada di Kota Mataram melakukan pemberdayaan terhadap mantan penderita.
Perkembangannya dimulai pada
masa penjajahan Belanda
sampai pada masa kemerdekaan.
1. Masa Penjajahan Belanda
● Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, perawat merupakan penduduk pribumi yang disebut
Velpeger dengan dibantu Zieken Oppaser sebagai penjaga orang sakit.Tahun 1799 pemerintah
kolonial Belanda mendirikan Rumah Sakit Binen Hospital di Jakarta, Dinas Kesehatan Tentara
dan Dinas Kesehatan Rakyat yang bertujuan untuk memelihara kesehatan staf dan tentara
Belanda.
2. Masa Penjajahan Inggris
(1812 – 1816)
● Gubernur Jenderal Inggris ketika itu dijabat oleh Raffles sangat memperhatikan kesehatan rakyat.
Berangkat dari semboyannya yaitu kesehatan adalah milik setiap manusia, ia melakukan berbagai
upaya untuk memperbaiki derajat kesehatan penduduk pribumi antara lain melakukan pencacaran
umum, cara perawatan pasien dengan gangguan jiwa dan kesehatan para tahanan.
3. Zaman Penjajahan Jepang (1942 –
1945)
● Pada masa penjajahan Jepang, perkembangan keperawatan di Indonesia mengalami
kemundurandan merupakan zaman kegelapan, Pada masa itu, tugas keperawatan tidak dilakukan
oleh tenaga terdidik dan pemerintah Jepang mengambil alih pimpinan rumah sakit. Hal ini
mengakibatkan berjangkitnya wabah penyakit karena ketiadaan persediaan obat.
4. Zaman Kemerdekaan
● Empat tahun setelah kemerdekaan barulah dimulai pembangunan bidang kesehatan yaitu
pendirian rumah sakit dan balai pengobatan. Pendirian sekolah keperawatan dimulai pertama kali
tahun 1952 dengan didirikannya Sekolah Guru Perawat dan sekolah perawat setingkat SMP.
Sejarah RS Jiwa di Indonesia :

● RS Dr. H. Marzoeki Mahdi, merupakan rumah sakitjiwa yang didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda dan merupakan rs jiwa terbesar kedua setelah Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman
Wediodiningrat Lawang, Jawa Timur. Rumah Sakit Jiwa Lawang atau sekarang disebut dengan
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat lawang dibuka secara resmi pada tanggal 23 juni 1902. pada
tahun 1978 RSJ Magelang ditetapkan oleh pemerintah sebagai RSJ pusat kelas A dan pad tanggal
20 Nopember 2000 secara resmi nama Rumah Sakit Jiwa Magelang berubah menjadi Rumah
Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo Magelang berdasarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan dan
Kesejahteraan Sosial RI No. 1684 MENKES-KESSOS/SK/XI/2000 tentang Pemberian Nama
Rumah Sakit Jiwa Magelang menjadi Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Soerojo.
Referensi :
● Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
kesehatan.
● Ruswadi Indra. 2021. Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Indramayu : Penerbit adab.
Tren dan Isu Keperawatan
Kesehatan Jiwa
Stigma
• Penilaian negatif terhadap sekelompok orang tertentu dan memicu
kesalahpahaman, prasangka maupun diskriminasi
• 50.7% responden
• masyarakat pro-stigma atau memberikan label negatif terhadap orang
dengan gangguan jiwa (Dewi et al., 2019)
• Tahap stigma: stigma publik → stigma diri → label avoidance
• Cara menurunkan efek negatif stigma: kotak dengan kelompok
terstigma, menggunakan bahasa yang tidak menimbulkan stigma,
edukasi kesehatan mental di masyarakat
Bunuh Diri
32

BUNUH DIRI

○ Terdapat 703.000 orang melakukan bunuh diri (WHO, 2021)


○ Penyebab kematian kedua kelompok usia 15-29 tahun di 79% negara dengan pendapatan rendah dan
menengah (Pusdatin Kemenkes RI, 2019)
○ Individu dengan depresi, bipolar, skizofrenia, penyalahgunaan zat, dan memiliki penyakit kronik
cenderung berisiko melakukan upaya bunuh diri
○ Perawat berperan mencegah perilaku bunuh diri dengan mengidentifikasi penyebab pasien bunuh
diri, menilai ancaman bunuh diri, melakukan intervensi untuk mengubah perilaku bunuh diri, dan
mencegah adanya keinginan bunuh diri di masa mendatang.
Perkosaan
• Dari 1.713 kasus kekerasan terhadap perempuan di ranah publik, 229 kasus per
(Komnas perempuan, 2021)
• Korban perkosaan umumnya mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD)
• Konseling dan terapi dibutuhkan bagi penderita PTSD

Pasung
• Pasung: kegiatan pengekangan secara fisik dengan mengurung dan/atau merant
leher seseorang dengan gangguan jiwa
• Terdapat 31.5% anggota rumah tangga dengan gangguan jiwa skizofrenia/psiko
Referensi
Boyd, M. A. (2018). Psychiatric Nursing: Contemporary Practice (6th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
Denov, M., & Piolanti, A. (2019). Mothers of children born of genocidal rape in Rwanda: implications for mental health, well-being and
psycho-social support interventions. Health care for women international, 40(7-9), 813-828.
Dewi, E. I., Wuryaningsih, E. W., & Susanto, T. (2020). Stigma Against People with Severe Mental Disorder (PSMD) with Confinement
“Pemasungan”. NurseLine Journal, 4(2), 131-138
Hartini, N., Fardana, N. A., Ariana, A. D., & Wardana, N. D. (2018). Stigma toward people with mental health problems in Indonesia.
Psychology research and behavior management, 11, 535.
Komnas Perempuan. (2021). Catahu 2021: Catatan Tahunan Kekerasan Terhadap Perempuan tahun 2020. Diakses dari
https://komnasperempuan.go.id/uploadedFiles/1466.1614933645.pdf
O’brien, P. G., Kennedy, W. Z., & Ballard, K. A. (2013). Psychiatric Mental Health Nursing: An Introduction to Theory and Practice (2nd ed.).
Burlington: Jones & Bartlett Learning.
Pusdatin Kemenkes RI. (2019). Infodatin: Situasi dan Pencegahan Bunuh Diri. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Pusdatin Kemenkes RI. (2019). Infodatin: Situasi Kesehatan Jiwa di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Rahman, A., Marchira, C. R., & Rahmat, I. (2016). Role and Motivation of Mental Health Nurses in the Implementation of ‘Restraint
Free'Program in Mataram Primary Health Care of West Nusa Tenggara. Berita Kedokteran Masyarakat, 32(8), 287-294.
Videbeck, S. L. (2020). Psychiatric-Mental Health Nursing (8th ed.). Philadelphia: Wolters Kluwer.
WHO. (2021). Suicide. Diakses dari https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/suicide
TEORI DAN KONSEP
KEPERAWATAN JIWA MENURUT
PEPLAU & ERIKSON
SANTI NOVIYANTI
2106763240
LTM QBL 1 PPT KEP JIWA
TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN/KESEHATAN JIWA MENURUT PEPLAU

Model  konsep dan teori keperawatan Peplau menjelaskan tentang kemampuan dalam
memahami diri sendiri dan orang lain yang menggunakan dasar hubungan antar manusia

yang mencakup 4 komponen sentral, yaitu :

01 02
Pasien Perawat

03 04
Masalah kecemasan Proses interpersonal
Tahapan Inter Personal Menurut Peplau dalam Keperawatan

Pada fase ini perawat dan klien malakukan kontrak awal untuk
Fase orientasi membangun kepercayaan dan terjadi proses pengumpulan data

pada fase ini pasien merespons secara selektif ke orang-orang


Fase identifikasi yang dapat memenuhi kebutuhannya.

Fase ini fokusnya adalah menggunakan bantuan profesional


Fase eksploitasi untuk alternatif pemecahan masalah

pasien berusaha untuk melepaskan rasa ketergantungan


kepada tim medis dan menggunakan kemampuan yang
Fase revolusi dimilikinya agar mampu menjalankan secara sendiri.
TEORI DAN KONSEP KEPERAWATAN/KESEHATAN JIWA MENURUT
ERIKSON

Teori Erik Erikson membahas tentang perkembangan manusia yang dikenal dengan teori
perkembangan psiko-sosial. Delapan tingkatan yang menjadi bagian dari teori erikson :

1. Trust vs Mistrust - Infancy (0-1 thn)


2. Autonomy vs Shame, Doubt - Early childhood (1-3 thn)
3. Initiative vs Guilt - Preschool age (4-5 thn)
4. Industry vs Inferiority - School age (6-11 thn)
5. Identity vs Identity Confusion - Adolescence (12-20 thn)
6. Intimacy vs Isolation - Young adulthood (21-40 thn)
7. Generativity vs Stagnation - Adulthood (41-65 thn)
8. Ego Integrity vs Despair - Senescence (+65 thn)
Teori
Keperawatan&
Keperawatan Jiwa
Roy
Habibah Nur Alawiah
NPM.2106762950
TEORI ADAPTASI ROY
Roy menyebutkan bahwa
manusia sebagai penerima
asuhan keperwatan dipandang
sebagai
”holistic adaptif system”.
Sistem ini terdiri dari proses
input, kontrol, output atau
umpan balik. Berikut
gambaran secara singkat isi
dari teori keperawtan menurut
Roy.
Teori Adaptasi Roy
Teori Adaptasi Roy

Input Efektor
perilaku yang bertujuan untuk
Merupakan suatu
beradaptasi dengan rangsangan,
stimulus yang terdiri
meliputi fungsi fisiologis, konsep
dari stimulus fokal,
konstektual dan diri, fungsi peran, dan
residual. interdependensi

Kontrol Output
Dibagi menjadi Berupa umpan balik atau
subsistem regulator perilaku yang dapat diamati,
dan subsistem diukur atau secara subyektif
kognator. dapat dilaporkan baik berasal
dari dalam maupun dari luar.
a) Stimulus fokal, memberikan efek terhadap seseorang
INPUT=> secara langsung/segera.

b)Stimulus kontekstual, stimulus yang didapat seseorang


baik internal maupun eksternal yang mempengaruhi
situasi dan dapat diukur dan memberikan pengaruh
negatif terhadap stimulus fokal.

c) Stimulus residual yaitu ciri-ciri tambahan yang ada dan


relevan dengan situasi yang ada tetapi sukar untuk
diobservasi.
KONTRO
L
a) Subsitem Regulator, tipe dasar dari proses adaptif yang merespon
secara otomatis melalui saraf, kimia, dan koping saluran endokrin (Roy
& Andrews, 1999).

b)Subsistem kognator berhubungan dengan kognitif atau fungsi dari


otak dalam merespon stimulus, berupa stimulus eksternal maupun
internal. Persepsi atau proses informasi berhubungan dengan proses
internal dalam memilih atensi, mencatat dan mengingat.
EFEKTOR
1) Fungsi fisiologis, meliputi kebutuhan dasar individu dalam
beradaptasi diantaranya yaitu fungsi oksigenasi, nutrisi, eliminasi,
istirahat, integritas kulit, fungsi endokrin dan neurologis.

2) Konsep diri, menjelaskan mengenai perasaan tentang diri sendiri,


bagaimana seseorang mengenal pola interaksi sosial dalam
beradaptasi dnegan orang lain, terdiri dari Physical self (termasuk
citra tubuh) dan Personal Self (termasuk konsistensi diri dan ideal
diri) dan etika moral diri.
EFEKTOR
3) Fungsi peran, melibatkan perilaku berdasarkan posisi seseorang dalam
masyarakat, merupakan proses penyesuaian yang berhubungan dengan bagaimana
peran seseorang dalam mengenal pola-pola interaksi sosial dalam berhubungan
dengan orang lain dalam situasi tertentu tercermin pada peran primer, sekunder, dan
tersier (Alligood, 2012).

4) Interdependen (saling ketergantungan) merupakan kemampuan seseorang


mengenal pola-pola tentang kasih sayang, cinta yang dilakukan melalui hubungan
secara interpersonal pada tingkat individu maupun kelompok (Roy, 2009).
Daftar Pustaka
Nursalam (2010) Manajemen Keperawatan:Aplikasi dalam Praktik Keperwatan
Profesional. Jakarta :EGC
Asmadi (2008). Konsep dasar Keperawatan. Jakarta: EGC
Dyah, Widodo dkk. Januari (2022). Keperawatan Jiwa. Yayasan Kita Menulis
Elon, Yunus dkk (2021). Teori Keperawatan. Yayasan Kita Menulis
TEORI DAN KONSEP
KEPERAWATAN/KESEHATAN JIWA
MENURUT STUART

FITRI HANDAYANI
2106762912
Asumsi Stuart
Model stres adaptasi dalam keperawatan jiwa pertama kali
dikembangkan oleh Gail Stuart pada tahun 1983. Fakta menunjukkan
bahwa banyak pasien mengalami gangguan jiwa karena kegagalan
beradaptasi. Beberapa asumsi Stuart, yaitu:
● Asumsi pertama adalah bahwa alam diurutkan sebagai hierarki
sosial dari unit yang paling sederhana hingga yang paling
kompleks.
● Asumsi kedua adalah bahwa asuhan keperawatan diberikan dalam
konteks biologis, psikologis, sosiokultural, hukum, etika,
kebijakan dan advokasi.
Asumsi Stuart
● Asumsi ketiga dari model ini adalah bahwa kesehatan/penyakit dan
adaptasi/maladaptasi adalah dua kontinum yang berbedam yaitu
kontinum kesehatan/penyakit berasal dari pandangan dunia medis dan
kontinum adaptasi/maladaptasi berasal dari pandangan dunia
keperawatan.
● Asumsi keempat adalah model tersebut mencakup pencegahan,
pengobatan dan pemulihan dengan menggambarkan empat tahap
perawatan psikiatri: krisis, akut, pemeliharaan kesehatan, dan promosi
kesehatan.
● Asumsi kelima adalah bahwa hal itu didasarkan pada penggunaan
proses keperawatan dan standar perawatan dan kinerja profesional
untuk perawat psikiatri.
Model Stres Adaptasi
● Faktor predisposisi merupakan faktor risiko maupun faktor protektif
yang mempengaruhi kualitas seseorang mengatasi stresor/tekanan
dalam hidupnya. Faktor predisposisi meliputi faktor biologis, psikologis
dan sosial budaya.
● Faktor presipitasi adalah stimulus yang dipersepsikan oleh klien sebagai
tantangan, ancaman atau tuntutan yang membutuhkan energi ekstra
untuk koping. Komponen stressor presipitasi meliputi sifat stresor, asal
stresor, waktu dan lamanya stresor dan jumlah stresor.
● Respon terhadap stresor merupakan penilaian individu ketika
menghadapi stresor yang datang. Penilaian stresor dapat dilihat secara,
yaitu reapon kognitif, respon afektif, respon fisiologis, respon perilaku
dan respon sosial.
Model Stres Adaptasi

● Sumber Koping adalah strategi yang membantu dalam memecahkan


masalah yang dihadapi. Menurut Stuart (2013), koping yang dimiliki
oleh klien dapat dibagi menjadi 2 (dua), yaitu kemampuan internal
(kemampuan personal dan keyakinan positif) dan kemampuan eksternal
(dukuan sosial dan ketersedian materi).
● Mekanisme koping adalah suatu usaha langsung dalam manajemen
stres. Ada tiga tipe mekanisme koping, yaitu mekanisme koping
problem focus, mekanisme koping cognitively focus dan mekanisme
koping emotion focus.
DAFTAR PUSTAKA
● Stuart, Gail Wiscarz. (2013). Principles And Practice Of Psychiatric Nursing (10th
Ed). Carolina Selatan: Elsevier.
● Yusuf, A.H. dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
● Wuryaningsih, Emi Wuri, dkk. (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.
Jember: UPT Percetakan dan Penerbitan Universitas Jember.
● Admin in Nursing. (2017, Februari 22). The Stuart Stress Adaptation Model of
Psychiatric Nursing Care. Diakses dari https://nursekey.com/the-stuart-stress-
adaptation-model-of-psychiatric-nursing-care/#:~:text=The%20Stuart%20Stress
%20Adaptation%20Model%20of%20psychiatric%20nursing%20care%20views,and
%20sociocultural%20aspects%20of%20care.&text=The%20holistic%20nature
%20of%20psychiatric,family%2C%20community%20and%20the%20environment
TREND DAN ISU
KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA
Fuzy Fauzia Khaerunnisa
2106762944
S1 Ekstensi
Bullying
 Fenomena bullying di Indonesia mendapatkan sekitar 10-60% siswa Indonesia melaporkan
mendapatkan ejekan, cemoohan, pengucilan, pemukulan, tendangan, ataupun dorongan sedikitnya
sekali seminggu
 Kekerasan bullying di tiga kota besar di Indonesia yaitu Yogyakarta, Surabaya dan Jakarta mencatat
terjadinya tingkat kekerasan sebesar 67,9% di tingkat Sekolah Menengah Atas (SMA) dan 66,1% di
tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP)
 Kekerasan yang dilakukan sesama siswa tercatat sebesar 41,2% untuk tingkat SMP dan 43,7% untuk
tingkat SMA dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis berupa pengucilan. Peringkat kedua
ditempati kekerasan verbal (mengejek) dan kekerasan fisik (Sejiwa, 2008).
Kecemasan
Steven Schwartz, S (2000) mengemukakan kecemasan berasal dari kata Latin anxius yang berarti
penyempitan atau pencekikan. Kecemasan mirip dengan rasa takut tapi dengan fokus kurang spesifik,
sedangkan ketakutan biasanya respon terhadap beberapa ancaman langsung, sedangkan kecemasan ditandai
oleh kekhawatiran tentang bahaya tidak terduga yang terletak di masa depan. Kecemasan merupakan keadaan
emosional negatif yang ditandai dengan adanya firasat dan somatik ketegangan seperti hati berdetak kencang,
berkeringat, kesulitan bernafas.
 Lebih dari 60% diantaranya mengalami gangguan depresi saat melakukan
bunuh diri

Depresi
 Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2018) menunjukkan lebih
dari 19 juta penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan
mental emosional dan lebih dari 12 juta penduduk berusia lebih dari 15
tahun mengalami depresi
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI)
melalui pemeriksaan mandiri online yang dilakukan pada tahun 2020,
terdapat 2.364 responden di 34 provinsi menyebutkan hasil 69% responden
mengalami masalah psikologis. Sebanyak 68% mengalami cemas, 67%
mengalami depresi, dan 77% mengalami trauma psikologis. Sebanyak 49%
responden mengalami depresi berat (berpikir tentang kematian). PDSKJI
juga mengatakan masalah psikologis terbanyak ditemukan pada kelompok
usia 17-29 tahun dan umur 60 tahun keatas. Kemudian juga terdapat
Analisis data 4010 swaperiksa PDSKJI meyebutkan terdapat 1725
swaperiksa depresi dan 62% diantaranya masalah psikologis depresi dan
44% berpikir merasa lebih baik mati atau ingin melukai diri sendiri dengan
cara apapun. Pikiran kematian terbanyak pada usia 18-29 tahun. 15%
memikirkan lebih baik mati tiap hari & 20% beberapa hari dalam seminggu.
(Winurini,2020).
 Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI.org)
telah melakukan riset swaperiksa pada 14 Mei 2020, dan ditemukan ada
sebanyak 64% usia dibawah 20 tahun mengalami depresi dan terdapat
sebanyak 66,3% usia antara 20-29 dimana kedua kriteria ini memiliki hasil
terbanyak.
Referensi
 TimSejiwa. (2008). Bullying : Panduan bagi Orang Tua dan guru Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan. Jakarta :
Grasindo
 Gail Williams, Mark Soucy. (2013). Course Overview – Role of the Advanced Practice Nurse & Primary Care Issues of Mental
Health/Therapeutic Use of Self. School of Nursing. The University of Texas Health Science Center at San Antonio
 Steven Schwartz, S. (2000). Abnormal Psychology : a discovery approach. California : Mayfield Publishing
 Kementerian Kesehatan RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI
 Nofalia, Ifa.,& Milia. Iva. (2019). Modul Pembelajaran Keperawatan Jiwa 1. Jombang : STIKES Insan Cendekia Medika
 Hawari, D. (2016). Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
 Winurini, S. (Agustus 2020). PERMASALAHAN KESEHATAN MENTAL AKIBAT PANDEMI COVID19. KAJIAN SINGKAT
TERHADAP ISU AKTUAL DAN STRATEGIS VOL. XII NO.15, 13-18.
PERAN PERAWAT JIWA DALAM PELAYANAN
KEPERAWATAN

NURHIDAYATI SOLEKAH
NPM 2106763171 / KELAS B EKSTENSI
KELOMPOK 4
UU 38 tahun 2014 tentang keperawatan, mengenai tugas dan wewenang
perawat

● Pemberi asuhan keperawatan


● Penyuluh dan konselor bagi klien
● Pengelola pelayanan keperawatan
● Peneliti keperawatan
● Pelaksana tugas berdasarkan pelimpahan wewenang
● Pelaksana tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu
Peran perawat dalam prevensi primer

 Memberikan penyuluhan tentang prinsip sehat jiwa.

 Mengefektifkan perubahan dalam kondisi kehidupan, tingkat kemiskinan dan pendidikan

 Memberikan pendidikan dalam kondisi normal, pertumbuhan dan perkembangan dan Pendidikan seks.

 Melakukan rujukan yang sesuai sebelum terjadi gangguan jiwa.

 Membantu klien di rumah sakit umum untuk menghindari masalah psikiatri.

 Bersama keluarga untuk memberikan dukungan pada anggotanya untuk meningkatkan fungsi kelompok.

 Aktif dalam

 kegiatan masyarakat atau politik yang berkaitan dengan kesehatan jiwa.


●  
Peran perawat dalam prevensi sekunder

 Melakukan skrining dan pelayanan evaluasi kesehatan jiwa.

 Melaksanakan kunjungan rumah atau pelayanan penanganan di rumah.

 Memberikan pelayanan kedaruratan psikiatri di rumah sakit umum.

 Menciptakan lingkungan terapeutik.

 Melakukan supervisi klien yang mendapatkan pengobatan.

 Memberikan pelayanan pencegahan bunuh diri.

 Memberi konsultasi.

 Melaksanakan intervensi krisis.


Peran perawat dalam prevensi tertier

 Melaksanakan latihan vokasional dan rehabilitasi.


 Mengorganisasi pelayanan perawatan pasien yang sudah pulang dari rumah sakit jiwa
untuk memudahkan transisi dari rumah sakit ke komunitas.
 Memberikan pilihan “partial hospitalization” (perawatan rawat jalan) pada klien
●  
DAFTAR PUSTAKA

NormaRisnasari, 2017. Buku Ajar Kesehatan Jiwa, kediri : Fakultas Ilmu Kesehatan Dan Saints
universitas Nusantara PGRI
Nurhalimah. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta Selatan: Pusdik SDM
kesehatan.
Ruswadi Indra. 2021. Keperawatan Jiwa Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan.
Indramayu : Penerbit adab.
Yusuf, dkk, 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika

You might also like