Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

FARMAKOLOGI 1

11. OBAT DIURETIKA

apt. NUR ATIKAH, M.Sc.


2021
Diuretics (saluretics) elicit increased
production of urine (diuresis)

The predominant action of such agents


is to augment urine excretion by
inhibiting the reabsorption of NaCl and
water.
Fungsi ginjal
• Regulasi air tubuh, mineral, dan pH
• Ekskresi hasil metabolisme tubuh
• Ekskresi material asing, contoh : obat
• Sekresi renin, erythropoitine, 1,25 dihidroxy
vitamin D3
Indikasi pemberian diuretik
Mobilization of edemas Antihypertensive therapy

• In edema there is swelling of tissues due • Diuretics have long been used as drugs
to accumulation of fluid, chiefly in the of first choice for lowering elevated
extracellular (interstitial) space. blood pressure.
• Mechanism of diuretic  increased • Even at low dosage, they decrease
renal excretion of Na+ and H2O causes a peripheral resistance (without
reduction in plasma volume with significantly reducing EFV) and thereby
hemoconcentration  plasma protein normalize blood pressure.
concentration rises along with oncotic
pressure. As the latter operates to
attract water, fluid will shift from
interstitium into the capillary bed. The
fluid content of tissues thus falls and the
edemas recede.
• The decrease in plasma volume and
interstitial volume means a diminution
of the extracellular fluid volume (EFV).
Indikasi pemberian diuretik
Therapy of congestive heart failure Prophylaxis of renal failure

• Diuretics aid the heart in ejecting • In circulatory failure (shock), e.g.,


blood; cardiac output and exercise secondary to massive hemorrhage,
tolerance are increased. renal production of urine may
• Due to the increased excretion of cease (anuria). By means of
fluid, EFV and venous return diuretics an attempt is made to
decrease. maintain urinary flow. Use of
• Symptoms of venous congestion, either osmotic or loop diuretics is
such as ankle edema and hepatic indicated.
enlargement, subside.
• The drugs principally used are
thiazides (possibly combined with
K+-sparing diuretics) and loop
diuretics.
Efek samping
• Massive use of diuretics entails a hazard of
adverse effects:
1. the decrease in blood volume can lead to
hypotension and collapse;
2. blood viscosity rises due to the increase in
erythro and thrombocyte concentration,
bringing an increased risk of intravascular
coagulation or thrombosis.
Nefron Ginjal
GOLONGAN OBAT DIURETIK
1. DIURETIK OSMOTIK
• Agents: mannitol, sorbitol.
• Site of action: mainly the proximal tubules.
• Mode of action: Since NaCl and H2O are reabsorbed together in
the proximal tubules, Na+ concentration in the tubular fluid does
not change despite the extensive reabsorption of Na+ and H2O.
• Body cells lack transport mechanisms for polyhydric alcohols such
as mannitol and sorbitol, which are thus prevented from
penetrating cell membranes. Therefore, they need to be given by
intravenous infusion.
• They also cannot be reabsorbed from the tubular fluid after
glomerular filtration. These agents bind water osmotically and
retain it in the tubular lumen.
• Mekanisme: dengan cara mengurangi absorbsi air
pada tubulus, menciptakan non reabsorbable solute
pada membran lumen.
• Indications: prophylaxis of renal hypovolemic failure,
mobilization of brain edema, and acute glaucoma.
• Dosis: infus intravena manitol, 50 - 200 mg selama
24 jam, didahului oleh dosis uji 200 mg/kg bb injeksi
intravena yang lambat.
• Efek Samping: menggigil, demam
2. Diuretik penghambat karbonik anhidrase

• Acetazolamide
• Indikasi : Open Angle Glaucoma, Induce metabolic
acidosis.
• Absorbsi oral baik
• Mekanisme kerja : menghambat aktivitas karbonik
anhidrase di tubulus proksimal  menekan
reabsorbsi bikarbonat di tubulus proximal.
• Dosis: oral atau injeksi intravena 0,25-1 g/ hari
dalam dosis terbagi
• Efek Samping: 
mual, muntah, diare, gangguan indra pengecap; kehilangan nafsu
makan, paraestesia, flushing, sakit kepala, pusing, kelelahan,
perasaan menjadi sensitif, depresi; haus, poliuria; penurunan libido;
asidosis metabolik dan gangguan keseimbangan elektrolit pada
pengobatan jangka panjang; kadang-kadang mengantuk,
kebingungan, gangguan pendengaran, urtikaria, melena, glikosuria,
hematuria, gangguan fungsi hati, gangguan pada darah diantaranya
agranulositosis dan trombositopenia, ruam diantaranya sindrom
Steven Johnson dan nekrolisis epidermal toksik; jarang
fotosensitifitas, kerusakan hati, flaccid paralysis, kejang; dilaporkan
juga miopati yang tidak menetap.
3. Diuretik hemat kalium
• Spironolactone, amiloride, triamterene
• menyebabkan mild diuresis
• Mekanisme aksi : Pada tubulus distal akhir dan
collecting duct, amiloride dan triamneteren
mengeblok kanal natrium, mereduksi potensial negatif
pada lumen, sehingga mengurangi sekresi dari K.
• Indikasi : management pasien HF.
• Kontraindikasi : pasien Renal failure yang memakai
golongan ACEI.
• Efek Samping: 
gangguan saluran cerna; impotensi,
ginekomastia, menstruasi tidak teratur, letargi,
sakit kepala, bingung; ruam kulit; hiperkalemia;
hiponatremia; hepatotoksisitas, osteomalasia,
dan gangguan darah dilaporkan.
• Dosis: 
Spironolacton = 100-200 mg sehari, jika perlu
tingkatkan sampai 400 mg; Anak. dosis awal 3
mg/kg bb dalam dosis terbagi.
• Dosis:
– Triamteren = Awal, 150-250 mg per hari, dosis
dikurangi menjadi setiap dua hari setelah satu
minggu; diberikan dalam dosis terbagi setelah
sarapan dan makan siang
– Amilorid = dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg 2 kali
sehari, sesuaikan menurut respons; maksimal 20
mg sehari. Dengan diuretika lain, gagal jantung
kongestif dan hipertensi, dosis awal 5-10 mg sehari;
sirosis dengan asites, dosis awal 5 mg sehari.
4. Loop diuretik
• contoh obat : Furosemide, bumetanide, torsemide.
• mekanisme kerja : bekerja pada Loop henle ascending
dengan cara mengeblok Na/K/2Cl co transporter
meningkatkan ekskresi Na dan Cl, dan sekresi K.
• Indikasi : Udem pada CHF, Oligouria, Hipertensi, ARF.
• Kontraindikasi : severe renal failure, pasien
hypokalemia yang menggunakan obat glikosida
jantung, pasien yang menggunakan antibiotik
aminoglikosida dapat menyebabkan ototoksik.
• Dosis
– Furosemid = Oral: Udem. Dewasa, dosis awal 40
mg pada pagi hari, penunjang 20-40 mg sehari,
tingkatkan sampai 80 mg sehari pada udem yang
resistensi. Anak, 1-3 mg/kg BB sehari, maksimal
40 mg sehari. Oliguria. Dosis awal 250 mg sehari.
Jika diperlukan dosis lebih besar, tingkatkan
bertahap dengan 250 mg, dapat diberikan setiap
4-6 jam sampai maksimal dosis tunggal 2 g (jarang
digunakan).
5. Tiazid
• Jenis obat: Hidrochlorothiazide, Indapamide,
metolazone, chlortalidone.
• mekanisme aksi : Pada tubulus distal,
menghambat Na/Cl co-transporter ,
meningkatkan ekskresi Na dan Cl,
meningkatkan absorbsi Ca2+ dengan
mekanisme countertransport (karena
peningkatan konsentrasi gradien Na melalui
basolateral membrane.
• Rute pemberian : oral, peak effect 4-6 hours
• Indikasi : hipertensi, udem CHF dan nephrotic
syndrome.
• Kontraindikasi : Hypokalemia, hyponatremia,
hypercalcemia, perhatian pada pasien yang
menggunakan obat cardiac glycoside.
• Dosis
– Indapamid = 2,5 mg sehari pada pagi hari.
– Hidroklorothiazid = edema, dosis awal 12,5-25
mg sehari, untuk penunjang jika mungkin
dikurangi; edema kuat pada pasien yang tidak
mampu untuk mentoleransi diuretika berat,
awalnya 75 mg sehari. Hipertensi, dosis awal 12,5
mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 25 mg
sehari (lihat juga keterangan diatas). Usia Lanjut.
Pada pasien tertentu (terutama usia lanjut) dosis
awal 12,5 mg sehari mungkin cukup.

You might also like