Professional Documents
Culture Documents
Makala H
Makala H
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
ABDUL RAHMAN
2019.01.135
HUBUNGAN IMAN, ISLAM, IHSAN DAN
)HARI KIAMAT (LM: 5
Islam adalah agama yang dibawa oleh para utusan Allah dan disempurnakan pada masa Rasulullah SAW. yang
memiliki sumber pokok Al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. sebagai petunjuk kepada umat manusia sepanjang
masa. (Q.S. 48: 28, dan 5: 3)
Islam ialah menyembah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun, mendirikan shalat,
menunaikan zakat yang difardukan, dan berpuasa di bulan Ramadhan. Dalam hadits lain, ditambahkan satu rukun lagi,
yakni menunaikan ibadah haji bagi yang mampu, sebagaimana dinyatakan dalam hadits
“Dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Islam
dibangun di atas lima (tonggak): Syahadat Laa ilaaha illa Allah dan (syahadat) Muhammad Rasulullah, menegakkan
shalat, membayar zakat, haji, dan puasa Ramadhan”. [HR Bukhari].
Berdasarkan hadits diatas, ditemukan rumusan yang selanjutnya dikenal dengan rukun Islam,
yaitu:
Syahadat (persaksian keesaan Allah dan kerasulan Muhammad)
Mendirikan shalat
Menunaikan zakat
Puasa pada bulan Ramadhan
Menunaikan ibadah haji
C. IHSAN
Ihsan secara bahasa berasal dari akar kata kerja ahsana-yuhsinu, yang artinya adalah berbuat baik,
sedangkan bentuk mashdarnya adalah ihsan yang artinya kebaikan. Sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
ان
ِ سَ ِإنَّ هَّللا َ يَْأ ُم ُر بِا ْل َع ْد ِل َواِإْل ْح. . .
Artinya:
Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan . . .” (Q.S. An-Nahl: 90)
Dalam arti khusus, ihsan sering disamakan dengan akhlak, yaitu sikap atau tingkah laku yang baik
menurut Islam. Dan terkadang pula diartikan sebagai suatu kesempurnaan.
Adapun ihsan menuru
t syari’at, telah dirumuskan oleh Rasulullah SAW, yaitu “menyembah kepada Allah seakan-akan engkau
melihat-Nya, jika engkau tidak mampu melihat-Nya, ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat.”
D. HARI KIAMAT
Percaya kepada hari Kiamat termasuk salah satu rukun iman yang harus diyakini oleh semua orang yang beriman
meskipun tidak ada yang tahu kapan waktunya. Bahkan Rasulullah SAW. pun tidak mengetahuinya karena hanya Allah
saja yang tahu.
Bagi mereka yang beriman, tidak diketahui terjadinya hari Kiamat tidak akan mengurangi kadar keimanannya. Mereka
justru lebih waspada dan senantiasa meningkatkan amal kebaikan untuk bekal menghadapi-Nya.
Akan tetapi, hanya Allah saja yang tahu mengenai datangnya hari kiamat, sebagaimana tidak ada yang tahu, kecuali
Allah saja tentang turunnya hujan; apa yang ada dalam rahim seorang ibu; apa yang akan terjadi esok hari; dan
dimanakah seseorang akan mati, sebagaimana dinyatakan dalam ayat:
ٍ ي َأ ْر
ض تَ ُموتُ ۚ ِإنَّ هَّللا َ َعلِي ٌم َخبِي ٌر ِّ س بَِأ
ٌ ب َغدًا ۖ َو َما تَ ْد ِري نَ ْف
ُ س ٌ سا َع ِة َويُنَ ِّز ُل ا ْل َغ ْي َث َويَ ْعلَ ُم َما فِي اَأْل ْر َح ِام ۖ َو َما تَ ْد ِري نَ ْف
ِ س َما َذا تَ ْك َّ ِإنَّ هَّللا َ ِع ْن َدهُ ِع ْل ُم ال
Artinya:
“Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan
hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa
yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorang pun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Lukman: 34)
BERKURANGNYA IMAN DAN ISLAM KARENA MAKSIAT
(LM: 36)
َ ب ا ْل َخ ْم َر ِح
ين يَش َْربُ َها َو ُه َو ُ ش َر َ سلَّ َم قَا َل اَل يَ ْزنِي ال َّزانِي ِح
ْ َين يَ ْزنِي َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ َواَل ي َ صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو ِ قَا َل َأبُو ه َُر ْي َرةَ َر
َ ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ِإنَّ النَّبِ َّي
ين يَ ْنتَ ِهبُ َها
َ ار ُه ْم فِي َها ِح
َ صَ اس ِإلَ ْي ِه َأ ْب ٍ ب نُ ْهبَةً َذاتَ ش ََر
ُ َّف يَ ْرفَ ُع الن ُ َواَل يَ ْنتَ ِه:ق َو ُه َو ُمْؤ ِمنٌ وزاد في رواية ُ س ِرْ َين يَ ق ِح ُ سا ِر َّ ق ال ْ َُمْؤ ِمنٌ َواَل ي
ُ س ِر
ٌَو ُه َو ُمْؤ ِمن
Terjemah Hadits
“Abu Hurairah r.a. berkata, bahwa Nabi SAW. bersabda, “Tidak akan berzina seorang pelacur di waktu
berzina jika ia sedang beriman. Dan tidak akan meminum khamar seseorang di waktu meminum jika ia
sedang beriman. Dan tidak akan mencuri seseorang di waktu mencuri jika ia sedang beriman. Pada
riwayat lain, ‘Dan tidak akan merampas rampasan yang berharga sehingga orang-orang membelalakkan
mata kepadanya ketika merampas jika ia sedang beriman.” (Dikeluarkan oleh Bukhari: (74) kitab:
“Minuman,”(1) bab: Firman Allah SWT. “Sesungguhnya khamar, judi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji yang termasuk perbuatan setan….”)
ORANG YANG BERIMAN KEPADA ALLAH SWT. AKAN MERASA
SUATU PERASAAN SEGALA TINGKAH LAKUNYA SELALU DIAWASI
OLEH DZAT YANG MAHA MENGETAHUI, ALLAH SWT. IA MEMILIKI
KEYAKINAN BAHWA SEGALA AMAL PERBUATANNYA HARUS
DIPERTANGGUNGJAWABKAN KELAK DIHADAPAN-NYA DAN IA
SENDIRI YANG AKAN MENERIMA AKIBAT DARI PERBUATANNYA,
BAIK ATAUPUN BURUK, SEKECIL APAPUN PERBUATANNYA,
RASA MALU SEBAGIAN DARI IMAN (LM: 22)
Dituturkan dari Ibn Umar r.a.
حديث ابن عمر أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم مر على رجل من األنصار وهو يعظ أخاه في الحياء فقال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم دعه فإن الحياء من اإليمان
Terjemah Hadits
“Bahwasannya Nabi SAW. melewati (melihat) seorang lelaki dari kaum Anshar yang sedang menasihati saudaranya karena
malu, maka Nabi SAW. bersabda, “Biarkanlah ia, karena sesungguhnya malu itu bagian dari iman.” (Dikeluarkan oleh
Imam Bukhari: (2) Kitab “Iman,” (16) bab: “Malu Bagian dari Iman.”)
Diantara kemahakuasaan Allah SWT. adalah Dia menciptakan manusia dalam keadaan berbeda-beda, baik dalam bentuk,
sifat, dan lain-lain. Bahkan, pada orang yang berwajah mirip pun pasti terdapat perbedaan dan kekhususan masing-masing.
Rasa malu merupakan salah satu sifat yang dimiliki oleh manusia, dan sekaligus merupakan salah satu sifat yang
membedakan manusia, dengan binatang. Kadar rasa malu pada tiap-tiap orang berbeda-beda. Ada yang pemalu, tidak pemalu,
dan agak pemalu.
Islam sangat mengakui keberagaman setiap orang, khususnya tentang sifat malu. Bahkan, sifat malu sebagaimana dinyatakan
dalam hadits diatas merupakan bagian dari iman
Namun demikian, malu yang dimaksud dalam hadits diatas bukan dalam arti bahasa, tetapi arti malu disana
adalah malu dalam mengerjakan kejelekan. Hal itu dipertegas oleh hadits lain yang artinya :
“Imran bin Hushain r.a., ia berkata, bahwa Rasulullah SAW. telah bersabda, “Malu itu tidak akan
menimbulkan sesuatu, kecuali kebaikan semata.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
Tidak heran kalau para ulama mendefinisikan malu dengan:
ق َ ق ِذى ْا
ِّ لح ِ ح َويَ ْمنَ ُع ِم َن التَّ ْق
ِّ ص ْي ِرفِى َح ٌ ُلحيَا ِء ُخل
ِ ق يَ ْب َعث ُ َعلَى ت َْر ِك ْالقَبِ ْي َ َحقِ ْيقَة ُ ْا
Artinya:
“Hakikat malu adalah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau
kurang sopan.”
Menurut Abul Qasim (Junaid), perasaan malu akan timbul bila memandang budi kebaikan dan melihat
kekurangan diri. Hampir senada dengan itu, Al-Hulaimy berpendapat bahwa hakikat malu adalah rasa takut
untuk melaksanakan kejelekan. Adapun diantara para ulama, ada yang berpendapat, sebagaimana dikemukakan
oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fathu Al-Bary bahwa merasa malu dalam mengerjakan perbuatan haram adalah
wajib; dalam mengerjakan pekerjaan makruh adalah sunah; dan dalam mengerjakan perbuatan yang mubah
adalah kebiasaan/adat. Perasaan malu seperti itulah yang merupakan salah satu cabang iman.
TERIMA KASIH