Homeostasis: The central concept in Animal Physiology
Pendahuluan • Kalau kita mengamati tingkat konsentrasi elektrolit, kelarutan gas-gas, serta pH optimum dalam cairan tubuh hewan yang normal sehat, selalu kita peroleh angka yang relatif konstan. Fenomena ini menunjukkan bahwa telah terjadi pemeliharaan agar keadaan cairan tubuh hewan terjaga relatif konstan. Claude Bernard (1813-1878) ahli Fisiologi Perancis, menyebut cairan tubuh hewan sebagai lingkungan internal hewan, dan pemeliharaan keadaan konstan lingkungan internal hewan tsb sebagai homeostasis. • Mekanisme homeostasis melibatkan banyak sistem dalam tubuh hewan, misalnya sistem saraf, sistem hormon, sistem otot, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem ekskresi, dsb. Bila satu atau lebih sistem dalam tubuh hewan gagal berfungsi dengan baik, maka homeostasis akan terganggu, dan sel-sel tidak lagi berada dalam lingkungan yang optimum untuk hidup dan berfungsi normal. • Homeostasis nampak jelas pada Vertebrata dan Aves, sedangkan pada Invertebrata tingkat homeostasisnya tidak jelas, artinya pd Invertebrata beberapa aspek fisiologinya terpelihara konstan (diregulasi), sedang beberapa aspek lain dibiarkan sama dengan lingkungan luarnya (dikonformitas). Contoh ubur-ubur, memiliki komposisi cairan tubuh identik dengan air laut (osmokonformitas), kecuali konsentrasi sulfatnya diregulasi separo dari air laut. Regulasi dan Konformitas Pertanyaan Dari penjelasan di atas: • Apa homeostasis? • Apa fungsi homeostasis? • Apa regulasi dan apa konformitas? • Beri contoh regulasi dan contoh konformitas yang lain! Lingkungan Internal dan Eksternal Lingkungan internal adalah lingkungan di luar sel-sel tubuh hewan (cairan ekstrasel), sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar tubuh hewan. Lingkungan eksternal dibagi menjadi 2, yaitu terestrial (daratan) dan akuatik (perairan). Beberapa hewan dapat hidup pada kedua lingkungan tsb, meskipun pada fase berbeda dalam perkembangannya. Misal, amfibia betul-betul akuatik selama tahap larva, tetapi semiterestrial ketika dewasa. Lingkungan eksternal selalu berubah-ubah, sehingga merupakan ancaman terbesar bagi lingkungan internal. Dalam menghadapi lingkungan eksternal, ada hewan yang mempertahankan kekonstanan(lebih tinggi atau lebih rendah) lingkungan internalnya (hewan regulator), dan ada hewan yang membiarkan lingkungan internalnya berubah-ubah mengikuti perubahan lingkungan eksternalnya (hewan konformer), contoh termoregulator dan termokonformer, osmoregulator dan osmokonformer. Pertanyaan: Beri batasan termoregulator, termokonformer, osmoregulator,dan osmokonformer. Apakah termoregulator itu selalu osmoregulator, dan sebaliknya osmoregulator selalu termoregulator? Komposisi cairan ekstraseluler dan cairan intraseluler Cairan ekstraseluler (CES) adalah cairan yang mengeliligi sel-sel tubuh hewan multiseluler. Dalam kasus hewan uniseluler (Protozoa), cairan ekstraselulernya adalah cairan dari lingkungan eksternalnya. Cairan ekstraseluler Invertebrata laut pada umumnya mirip dengan air laut. Hewan laut yang lebih maju, hewan air tawar dan terestrial, semua menjaga cairan ekstraselulernya jauh berbeda dari komposisi air laut. Komposisi yang tepat dari cairan ekstraseluler bervariasi dari satu hewan ke hewan yang lain, tetapi beberapa generalisasi dapat dibuat. Misalnya, kation-kation ekstraseluler utama hampir selalu Na+, dan anion ekstraseluler utama adalah Cl-. Cairan intraseluler (CIS) adalah cairan dalam sel. Secara definisi, konsentrasi total dalam CIS sama dengan dalam CES, tetapi komposisi masing-masing zat terlarut dalam CIS dan CES tidak selalu sama. Contoh K+ dalam CIS > K+ dalam CES, sedangkan Na+ dan Cl- dalam CIS < Na+ dan Cl- dalam CES. Mekanisme Sistem Regulatori Untuk mempelajari organisasi sistem regulatori, kita mengambil contoh regulasi suhu tubuh homoioterem yang dianalogkan dengan kerja pengatur suhu air mandi (lihat gambar). Analoginya sbb: 1)reseptor suhu analog dengan sensor suhu, yang berfungsi mendeteksi perubahan suhu, 2) pusat pengatur suhu analog dgn pengontrol suhu, berfungsi menghidupkan/mematikan pemanas, 3) otot analog dgn pemanas/efektor, berfungsi menghasilkan panas. Kerjanya adalah sbb: Bila suhu lingkungan naik/turun, perubahan ini akan dideteksi oleh reseptor suhu di kulit (pada pemanas oleh sensor suhu), kemudian dari reseptor sinyal dikirim ke pusat pengatur suhu di otak (pada pemanas ke pengontrol suhu), pengatur suhu mengirim perintah ke otot untuk menggigil (memproduksi panas) atau tidak menggigil (tidak memproduksi panas), pada pemanas on atau off. Secara skematis mekanisme sistem regulatori sbb: Stimulus - Reseptor--- Pusat pengintegrasi --- Efektor ---- Respon
saraf aferen saraf eferen
Umpan balik negatif dan Umpan balik positif Kalau kita perhatikan dari penjelasan di atas, nampak bahwa setiap penyimpangan variabel yang dikontrol dari tingkat yang diregulasi selalu dikembalikan ke tingkat yang diregulasi. Contoh, kerja pemanas (heater) untuk meregulasi suhu air pada 40oC. Bila suhu air turun di bawah 40oC, maka heater akan memproduksi panas untuk meningkatkan suhu air ke 40oC.Sebaliknya bila suhu air naik di atas 40oC, maka heater akan berhenti memproduksi panas untuk menurunkan suhu air ke 40oC. Dengan demikian suhu air akan tetap terjaga di sekitar 40oC. Fenomena demikian dikenal sebagai fenomena umpan balik negatif. Kerja heater tsb dapat dianalogkan dengan umpan balik negatif pada regulasi suhu tubuh homoioterm. Dalam umpan balik positif, efektor-efektor dikontrol sehingga aktivitasnya menguatkan penyimpangan variabel yang dikontrol dari tingkat yang diregulasi. Contoh umpan balik positif adalah sodium hypothesis dalam pembangkitan potensial aksi pada sel saraf. Hipotesis sodium menyatakan bahwa: (1) depolarisasi membran meningkatkan permeabilitas membran terhadap sodium (Na), (2) ion Na + mengalir ke dalam sel sebagai akibat dari peningkatan permeabilitas membran terhadap Na +, (3) aliran Na+ ke dalam sel selanjutnya mendepolarisasi membran. Jadi depolarisasi membran membentuk daur umpan balik positif yang biasan disebut siklus Hodgkin.