Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 29

Syamsu

KOORDINATOR
SISTEM BIOETIK

FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS


Beauchamp dan Childress (1994)
Empat Kaidah Dasar Bioetik (Moral Principles) :
1. Beneficence (maslahat)
2. Non-maleficence (tidak mudarat)
3. Autonomy (otonomi)
4. Justice (keadilan)
- Privacy ?
- Rationality ?
- Paternalism ?
An ethical method of reasoning
Decision-making and ethics

a. First step: Fact deliberation


i. The case
ii. Deliberation about the facts
b. Second step: Value deliberation
i. Identification of the moral problems
ii. Choice of the main problem
iii. The values at stake
c. Third step: Duty deliberation
i. Extreme courses of action
ii. Intermediate courses of action
iii. Best course of action
d. Fourth step: Tests of consistency
i. Test of legality iii. Test of time
ii. Test of publicity e. Fifth step: Final decision
The UNESCO Universal Declaration on Bioethics and
Human Rights identifies fifteen bioethical principles:
1.Human dignity and human rights
2.Benefit and harm
3.Autonomy and individual responsibility
4.Consent
5.Persons without the capacity to consent
6.Respect for human vulnerability and personal integrity
7.Privacy and confidentiality
8.Equality, justice and equity
9.Non-discrimination and non-stigmatization
10.Respect for cultural diversity and pluralism
11.Solidarity and cooperation
12.Social responsibility and health
13.Sharing of benefits
14.Protecting future generations
15.Protection of the environment, the biosphere and biodiversity
Jonsen, Siegler dan Winslade (2002)
Empat pertimbangan klinis yang esensial :
1. Medical Indication (indikasi medis)
Dengan pertimbangan diagnostik, perjalanan penyakit, kondisi pasien,
prognossis dan alternatif pengobatan diambil keputusan :
- life saving (demi keselamatan jiwa)
- preventive (pencegahan), promotive (promosi)
- curative (pengobatan) . simtomatik
. kausal
. Paliatif
- rehabilitative (rehabilitasi), cosmetic (keindahan)
2. Quality of life (kualitas hidup)
Siapa yang menilai, kriterianya bagaimana ataukah ada standard
3. Patient’s preferrences (pemahaman dan keyakinan pasien)
4. Contextual feature (situasi dan kondisi umum)
Sosekbud, institusi, hukum dsb
MEDICAL INDICATION
• Pada topik MI dimasukkan semua
prosedur diagnostik dan terapi yang
sesuai untuk mengevaluasi keadaan
pasien dan mengobatinya.

• Penilaian aspek MI  Beneficence


dan Nonmaleficence.

• Pertanyaan etika pada MI  doktrin


Informed consent.
MEDICAL INDICATION
• Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ?
Diagnosis ? Prognosis ?
• Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ?
gawat darurat ? masih dapat disembuhkan ?
• Apakah tujuan akhir pengobatannya ?
• Berapa besar kemungkinan keberhasilannya ?
• Adakah rencana lain bila terapi gagal ?
• Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan
dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian
dari pengobatan dapat dihindari ?
QUALITY OF LIFE
• Topik Quality of Life merupakan
aktualisasi salah satu tujuan kedokteran,
yaitu memperbaiki, menjaga atau
meningkatkan kualitas hidup insani.

• Penilaian aspek QoL  Beneficence,


Nonmaleficence dan Autonomy.
QUALITY OF LIFE
• Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk
kembali ke kehidupan normal ?
• Apakah gangguan fisik, mental, dan sosial yang pasien
alami bila pengobatannya berhasil?
• Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan
kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien ?
• Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan,
apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti
yang diharapkan?
• Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan
selanjutnya ?
• Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan
paliatif ?
PATIENT PREFERRENCES

• Pada topik Patient Preferrences kita


memperhatikan nilai (value) dan penilaian
tentang manfaat dan beban yang akan
diterim oleh pasien

• Penilaian aspek Patient Preferrences 


Autonomy.
PATIENT PREFERRENCES
• Apakah pasien mampu dan kompeten secara legal ? apakah
ada keadaan yang menimbulkan ketidakmampuan ?
• Bila berkompeten, bagaimana pendapatnya mengenai
pilihan pengobatannya ?
• Apakah pasien telah diinformasikan untung ruginya dan
mengerti atau tidak terhadap informasi yang diberikan dan
memberikan persetujuan ?
• Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas
menggantikannya ? apakah orang yang berkompoten
tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam
pengambilan keputusan ?
• Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang
lebih disukainya?
• Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk
bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan ? kalau
iya, kenapa?
• Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk
dihormati tanpa memandang etnis dan agama ?
CONTEXTUAL FEATURES
• Prinsip dalam Contextual Features
adalah Loyalty and Fairness.

• Pada topik ini dibahas pertanyaan etik


seputar aspek non medis yang
mempengaruhi keputusan, seperti
faktor keluarga, ekonomi, agama,
budaya, kerahasiaan, alokasi sumber
daya dan faktor hukum.
CONTEXTUAL FEATURES
• Apakah ada masalah keluarga yang mungkin mempengaruhi
pengambilan keputusan pengobatan ?
• Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat) yang
mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan ?
• Apakah ada masalah faktor keuangan dan ekonomi ?
• Apakah ada faktor relegius dan budaya ?
• Apakah ada batasan kepercayaan ?
• Apakah ada masalah alokasi sumber daya ?
• Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan ?
• Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ?
• Apakah ada konflik kepentingan didalam bagian
pengambilan keputusan didalam suatu institusi ?
Principle of Beneficent
• Beneficence may be described as the positive
expression of nonmaleficence.
• This principle highlights that we have a positive
obligation to advance the healthcare interests
and welfare of others, to assist others in their
choices to live life to the fullest.
• Beauchamp and Childress have described
beneficence as a way of ensuring reciprocity in
our relationships; i.e. we have a responsibility to
help others because we have ourselves received
benefits.
• The risk of harm to oneself represents a
legitimate limit to our obligation to be beneficent.
Beneficence
(Prinsip Altruisme dalam
berpraktek )
• Prinsip moral yang mengutamakan tindakan
yang ditujukan ke kebaikan pasien atau
penyediaan keuntungan dan menyeimbangkan
keuntungan tersebut dengan risiko dan biaya.

• Dalam Beneficence tidak hanya dikenal


perbuatan untuk kebaikan saja, melainkan juga
perbuatan yang sisi baik (manfaat)nya lebih
besar daripada sisi buruk (mudharat)nya.
Fundamental principle of morality
• Beneficence is perhaps understood more
clearly if thought of together with the
Principle of Nonmaleficence. Non-maleficence
is familiar to most of us as it is expressed in
the Hippocratic Oath: "First do no harm."
• Together, the principles of beneficence and
non-maleficence reflect what St. Thomas
Aquinas called the first (or fundamental)
principle of morality: "Do good (beneficence)
and avoid evil (non-maleficence)."
Non-Maleficence
• Non-Maleficence derives from one of the most traditional
of medical guidelines that goes back to the time of the
Hippocratic oath: “First of all, do no harm.”
• The principle of non-maleficence imposes the obligation
not to harm someone intentionally or directly.
• Clearly there are many instances in the field of healthcare
where individuals are exposed to risks of harm, such as
radiation or chemotherapy treatment.
• The principle of non-maleficence is not necessarily
violated if a proper balance of benefits exists; that is, if
the harm is not directly intended but is rather an
unfortunate side effect of attempts to improve a person's
health or, at the very least, to provide relief from the
burden of pain.
Beneficence/Nonmaleficence

• The principle and obligation of


doing good and avoiding harm.
• This principle counsels a
provider to relate to clients in a
way that will always be in the
best interest of the client, rather
than the provider.
Beneficence / non-maleficence

• Two general complementary rules:


– Do not harm
– Maximize possible benefits and
minimize possible harms
• Application: Risk/Benefit assessment
INTERVENTION BENEFICENCE NONMALEFICENCE

? + +

? + -

? - +

? - -
Kasus I. Abortus Ilegal
Ny Novi, 34 tahun G4PIIIA0, dengan riwayat ketiga anaknya lahir dengan seksio sesarea
(indikasinya karena panggul sempit). Anak ketiga diseksio 4 bulan yang lalu di RSB Harapan dan
ditolong oleh Dr Bram, SpOG (salah seorang ahli kebidanan senior di RSB tersebut) waktu itu dr
Bram telah memberi informed consent / konseling kepada ny Novi untuk menggunakan kontrasepsi
dengan pertimbangan umur dan karena riwayat seksionya yang sudah tiga kali. Saat ini Ny Novi
kembali datang kontrol ke dr Bram,SpOG dengan keluhan belum datang haid sejak operasi seksio
anak ketiga, ternyanta dari hasil pemeriksaan lengkap yang dilakukan oleh dr Bram ternyata ny
Novi hamil dan saat ini usia kehamilannya adalah 10-12 minggu, dari keterangan juga diperoleh
informasi bahwa Ny Novi tidak mengikuti saran untuk menggunkan kontrasepsi. Saat itu juga Ny
Novi dengan perasaan cemas dan sedih memohon kepada dr Bram agar kehamilannya ini
digugurkan saja, dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan al : masih trauma dengan
operasi seksio yang baru 4 bulan kemarin dijalaninya, masalah anaknya yang masih kecil-kecil,
dan juga masalah ekonominya yang juga pas-pasan. Dr Bram dengan tenang dan arif menjelaskan
tentang kehamilan ny Novi termasuk tidak adanya kemungkinan atau alasan buat dia untuk
melakukan abortus. Ny Novi tetap bersikeras dan bermohon kepada dr Bram agar keinginannya
untuk abortus bisa dilakukan, bahkan dengan jelas menyampaikan bahwa bila dr Bram tidak
memenuhi keinginannya maka dia akan tetap mencari orang yang dapat menggugurkan
kandungannya bagaimanapun caranya dan apapun risikonya akan dia hadapi....
Pertanyaan :
Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini
Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini, dimana pada satu pihak anda
sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagai keluarga Ny Novi.
Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkan Kaidah Dasar Bioetik, Etika
Klinik Jonsen Siegler. (gunakan tabel kriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S)
Jelaskan Isu lain (jika ada isu Hukum & HAM) yang relevan dengan kasus ini dan bagaimana
jika kita melihatnya dalam perspektif agama
Kasus II. Dokter Tim Sepakbola
Dr. Bagus, seorang dokter tim sepakbola profesional, selalu berusaha menyediakan
waktu untuk semua pemain baik untuk urusan medis maupun hal lain yang terkait dengan
sepakbola. Para pemain sangat mempercanyai dr. Bagus, demikian juga dengan Tuan Agus, 24
tahun, pemain yang satu bulan terkahir mengalami cedera dan dalam proses penyembuhan, selalu
berkonsultasi dan berobat kepadanya.
Sekali waktu dr. Bagus mendapat undangan rapat evaluasi tim. Pada rapat evaluasi
secara tegas manajemen mengatakan, demi target prestasi dan efiseinsi pembiayaan tim, mereka
memerlukan pemain yang siap mental dan fisik dalam waktu satu bulan. Bagi mereka yang dalam
kurun waktu itu diperkirakan tidak siap akan diputuskan kontraknya (PHK) dalam rapat evaluasi
tersebut. Manjemen meminta dr. Bagus melaporkan kondisi Tuan Agus. Dr. Bagus mengalami
dilema, karena apabila dirinya melaporkan kondisi Tuan Agus yang masih memerlukan proses
pemulihan dan pengobatan selama 2 bulan, besar kemungkinan Tuan Agus di PHK dan dr. Bagus
akan kehilangan kepercanyaan dari Tuan Agus dan mungkin juga pemain lainnya. Sebaliknya,
apabila dirinya tidak menyampaikan keadaan sesungguhnya, akan berbahaya bagi kesehatan Tuan
Agus sendiri, karena dapat menyebabkan cedera ulang yang lebih parah disamping oleh
manajeman dr. Bagus dapat dinilai tidak cermat dalam bekerja. Bahkan ada kekhawatiran dirinya
dinilai berbohong.
Akhirnya kepada manejeman dr. Bagus menyampaikan laporan tentang Tuan Agus
sebagai berikut, “Bahwa Tuan Agus sampai saat ini cederanya membaik dan untuk kesempurnaan
penyembuhan masih memerlukan waktu pemulihan dan istirahat hingga 2 bulan ke depan. Untuk
itu disarankan evaluasi/peninjauan ulang kontrak Tuan Agus ditunda dalam kurun waktu itu, untuk
melihat dan mengevaluasi perkembangan kondisinya”.
Dua minggu kemudian, dr. Bagus mendapatkan kabar bahwa Tuan Agus di PHK dari tim
dengan alasan bahwa penampilan (performance) tekniknya tidak ada peningkatan sehingga tim
tidak dapat melanjutkan kontraknya. Atas putusan ini, dr. Bagus hanya bisa menyesal dan merasa
ikut andil dalam PHK Tuan Agus.
Ada Tidak ada
Kriteria
1) Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain.

2) Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia.

3) Memandang pasien / keluarga/ sesuatu tak hanya sejauh


Menguntungkan dokter.
4) Mengusahakan agar kebaikan /manfaatnya lebih banyak
dibandingkan dengan keburukannya.
5) Paternalisme bertanggung jawab/berkasih saying

6) Manjamin kehidupan- baik- minimal manusia

7) Pembatasan goal-based.

8) Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien.

9) Minimalisasi akibat buruk.

10) Kewajiban menolong pasien gawat – darurat.

11) Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan.

12) Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.


Ada Tidak ada
Kriteria
1) Menolong pasien emergensi.

2) Kondisi untuk menggambarkan criteria ini adalah : pasien dalam keadaan amat berbahaya atau
berisiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan
tersebut, tindakan kedokteran teresebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian dokter atau hanya
mengalami risiko minimal.
3) Mengobati pasien yang luka.

4) Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia).

5) Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien.

6) Tidak memandang pasien hanya sebagai objek.

7) Mengobati secara tidak proporsional.

8) Tidak mencegah pasien dari bahaya.

9) Menghindari misrepresentasi dari pasien.

10) Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian.

11) Tidak memberikan semangat hidup.


DAFTAR TILIK PERTANYAAN ETIKA KLINIK JONSEN,
SIEGLER DAN WINSLADE
Medical indication
NO PERTANYAAN ETIK ANALISA
1
Apakah masalah medis pasien ? Riwayat ? Diagnosis ? Prognosis ?
2
Apakah masalah tersebut akut ? kronik ? kritis ? gawat darurat ? masih
dapat disembuhkan ?
3
Apakah tujuan akhir pengobatannya ?
4
Berapa besar kemungkinan keberhasilnanya ?
5
Adakah rencana lain bila terapi gagal ?
6
Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan dengan
perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari pengobatan dapat
dihindari ?
QUALITY OF LIFE
NO
PERTANYAAN ETIK ANALISA
1
Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk kembali ke
kehidupan normal ?
2
Apakah gangguan fisik, mental, dan social yang pasien alami bila
pengobatannya berhasil?
3
Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan kecurigaan terhadap
evaluasi pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup pasien ?

4
Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan, apakah
kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti yang diharapkan?

5
Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan selanjutnya ?

6
Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan paliatif ?
PATIENT PREFERRENCES
NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS
1 Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara legal ?
apakah ada keadaan yang menimbulkan ketidakmampuan ?

2 Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai pilihan


pengobatannya ?
3 Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan dan
risikonya, mengerti atau tidak terhadap informasi yang diberikan dan
memberikan persetujuan ?
4 Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas menggantikannya ?
apakah orang yangberkompoten tersebut menggunakan standar yang
sesuai dalam pengambilan keputusan ?
5 Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang lebih
disukainya?
6 Apakah pasien tidak berkeinginan / tidak mampu untuk bekerja sama
dengan pengobatan yang diberikan ? kalau iya, kenapa?
7 Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih untuk dihormati
tanpa memandang etnis dan agama ?
CONTEXTUAL FEATURES
NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS
1 Apakah ada masalah keluarga yang mungkin
mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan ?

2 Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan perawat)


yang mungkin mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan ?
3 Apakah ada masalah factor keuangan dan ekonomi ?
4 Apakah ada factor relegius dan budaza ?
5 Apakah ada batasan kepercayaan ?
6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya ?
7 Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan
keputusan pengobatan ?
8 Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat ?
Thank you

You might also like