Titrasi Kompleksometri

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 24

Titrasi Kompleksometri

• Raja Fianasari (18160065)


• Muhammad Fadhil (20160044)
• Resqia Nuziatul Umami (21160001)
• Marliza Syofiya (21160003)
• Ananda Mohammad Iqbal (21160005)
• Delfi Nofita Sari (21160012)
• Yazid Zidane Wahyu (21160046)
• Yocha Twowinda (21160049)
• Natasya Lapina (21160052)

DOSEN PENGAMPU :
LUSIA EKA PUTRI, M.Si
• Pembentukan kompleks antar ion logam
dengan EDTA
• Masking dan demasking
• Titrasi dengan EDTA
• Indikator
• Pembuatan larutan baku EDTA dan pembakuan
• Aplikasi Kompleksometri di FI
Prinsip reaksi :
• Untuk penentuan kadar logam
• Berdasarkan pembentukan senyawa komplek antara
logam dengan zat pembentuk komplek.
• Sebagai zat pembentuk kompleks yang banyak
digunakan adalah garam dinatrium etilen diamina tetra
asetat (dinatrium EDTA).
• Kestabilan dari senyawa komplek yang terbentuk
tergantung dari sifat kation dan pH dari larutan,
sehingga titrasi harus dilakukan pada pH tertentu.
Untuk itu diperlukan penambahan buffer
• Untuk menetapkan titik akhir titrasi (TAT) digunakan
indikator logam, yaitu indikator yang dapat
membentuk senyawa kompleks dengan ion logam.
Ikatan kompleks antara indikator dan ion logam harus
lebih lemah daripada ikatan kompleks atau larutan
titer dan ion logam.
• Larutan indikator bebas mempunyai warna yang
berbeda dengan larutan kompleks indikator.
• Untuk logam yang dengan cepat dapat membentuk
senyawa kompleks pada umumnya titrasi dilakukan
secara langsung, sedang yang lambat membentuk
senyawa kompleks dilakukan titrasi kembali.
• Senyawa kompleks disusun oleh suatu ion logam pusat
dengan satu atau lebih ligan yang menyumbangkan
pasangan elektron bebasnya kepada ion logam pusat
menghasilkan ikatan kovalen koordinasi.
• Senyawa kompleks dapat diuraikan menjadi ion
kompleks.
• Ion kompleks adalah kompleks yang bermuatan
negatif yang terdiri atas sebuah logam atom pusat dan
jumlah ligan yang mengelilingi logam atom pusat.
• Logam atom pusat memiliki bilangan oksidasi nol,
positif sedangkan ligan bisa bermuatan netral atau
anion pada umumnya
 Dasarnya adalah reaksi asam-basa Lewis, dimana
terjadi pendonoran elektron dari satu senyawa ke
senyawa lain
 Ligan yang dipakai dalam kompleksometri dikenal
sebagai senyawa pengkhelat. Ligan mengikat logam
dengan lebih dari satu atom
Senyawa pengkhelat memiliki atom N atau O
 Unsur tersebut memiliki pasangan elektron bebas
untuk didonorkan pada logam
 Ligan yang memberikan 1 PEB  monodentat, 2
PEBbidentat, dst….
• Bilangan koordinasi adalah jumlah dari ligan
yang terikat langsung oleh atom pusat.
• Ion logam membentuk ikatan koordinasi
sebanyak 2, 4 atau lebih  bilangan
koordinasi.
Dasar : terbentuknya senyawa/ Ion kompleks

Ligand Ikatan koordinasi Ion Logam

PEB

senyawa/Ion
kompleks

Ion logam ligand Ion kompleks


Masking dan Demasking
• Masking atau penutup adalah suatu proses
dimana suatu zat dapat dirubah sehingga tidak
dapat lagi ikut dalam suatu reaksi.
• Demasking adalah suatu peristiwa zat yang
dimasking dikembalikan dalam keadaan semula
• Beberapa kation dalam campuran sering
dimasking sehingga dapat lagi bereaksi dengan
EDTA atau indikator
• Ion CN- paling sering digunakan sebagai masking.
Memberikan kompleks yang stabil dengan kation Cd, Zn,
Mg2+, Cu, Ni, Ag dan Pt.
• Kompleks sianida dengan Zn dapat dimasking dengan
larutan formaldehid, asam asetat atau kloral hidrat.
Penambahan thioglicolat akan bereaksi dengan Hg dan
Cu hingga tidak dapat membentuk kompleks lagi dengan
EDTA. Jadi jika Zn tercampur dengan Hg dan Cu dapat
dititrasi secara kompleksometri
• NH4F dapat menutup (masking) Ca, Hg dan Al hingga
Zn dalam campuran dengan Ca, Hg dan Al setelah
ditambah NH4F dapat dititrasi dengan EDTA tanpa
terganggu oleh Ca, Hg dan Al
Titrasi dengan EDTA (khelatometri)
 EDTA : Ethylene diamine tetra acetic acid  paling
banyak dipakai dalam titrasi kompleksometri
 Memiliki 6 pasang elektron bebas pada 4 atom O dan 2
atom N, yang dapat terikat pada ion logam
 EDTA akan membentuk kompleks 1:1 yang stabil dengan
semua logam kecuali logam alkali seperti Na dan K.
 Logam alkali tanah seperti Ca dan Mg membentuk
kompleks yang tidak stabil dengan EDTA pada pH
rendah sehingga titrasi logam ini dengan EDTA
dilakukan pada larutan buffer amonia pH 10.
Syarat Indikator
• Kompleks logam-indikator harus cukup kuat
agar perubahan warnanya tajam, namun harus
lebih lemah dari komplek logam-EDTA,
sehingga perubahan warna dari kompleks
logam-indikator ke kompleks logam-EDTA
cepat dan tajam
• Reaksi perubahan warna sebelum titik akhir
titrasi terjadi bila hampir semua ion logam
membentuk kompleks dengan EDTA
• Reaksi warna spesifik, beda warna indikator
bebas dan warna kompleksnya harus jelas
• Sensitif terhadap ion logam (perubahan warna
dekat dengan titik ekivalen titrasi
• Berlaku pada pH batas titrasi
Indikator Logam
• Pada saat titik akhir titrasi (sedikit kelebihan
EDTA) maka kompleks indikator-logam akan
pecah dan menghasilkan warna yang berbeda.
• Ikatan senyawa logam EDTA harus lebih kuat
dari pada logam indikator, artinya ikatan
logam indikator, logammnya harus dapat
direbut oleh EDTA
• Eriochrome Black T (EBT) dengan beberapa logam
H2O + H2In- ↔ HIn2- + H3O+
merah biru

H2O + HIn2- ↔ In3- + H3O+


biru merah

• Kompleks logam (M) dengan EBT berwarna merah


yaitu sebagai H2In-
• Kelebihan EDTA  larutan jadi biru
MIn- + HY3- ↔ HIn2- + MY2-
• Digunakan pada pH 7-11.
• Digunakan untuk penentuan kadar Ca, Mg,
Cd, Zn, Mn dan Hg
• Eriochrome Black T (EBT) adalah indikator
yang berwarna merah muda, bila berada dalam
larutan yang mengandung ion kalsium dan ion
magnesium. Pada keadaan buffer dengan pH
10, indikator ini berwarna biru.
• Senyawa ini memiliki dua gugus fenol yang dapat terionisasi.
Nama lain dari Eriochrome Black T adalah Solochrome
Black T atau EBT.
• Suatu kelemahan Eriochrome Black T adalah larutannya
tidak stabil, dan hanya bisa digunakan dalam suasana basa.
• Bila disimpan akan terjadi penguraian secara lambat,
sehingga setelah jangka waktu tertentu indikator tidak
berfungsi lagi.
• Sebagai gantinya dapat diganti dengan indikator Calmagite.
Indikator ini stabil dan dalam kebanyakan sifatnya sama
dengan Eriochrome Black T.
• Mureksid, digunakan untuk titrasi Ca2+ pada pH
12
• Jingga xylenol, kompleks dengan logam
memberikan warna merah
• Calmagite, dapat sebagai EBT karena lebih
stabil, daerah terjadinya pada pH 8,1 -12,4,
warna indikator bebasnya biru.
• Arzenano, digunakan untuk Ca, Mg dan Pb(IV)
Contoh Indikator ion logam
Cara-Cara Titrasi Kompleksometri
Titrasi ion logam dengan EDTA dapat dilakukan sebagai
berikut :
1. Titrasi langsung
• Ion logam yang ditentukan diatur pH nya dengan
buffer salmiak pH 10
• Dititrasi langsung dengan EDTA
• Perubahan warna pada titik akhir titrasi disebabkan
karena indikator terusir dari kompleks logam-indikator
• Titrasi dilakukan sampai perubahan warna sempurna
2. Titrasi kembali (tidak langsung)
• Pada larutan ion logam ditambah EDTA berlebih
• Diatur pH larutan dengan buffer
• Kelebihan EDTA dititrasi kembali dengan larutan
baku ion logam
• Cara ini dilakukan bila : dalam larutan terdapat ion
lain selain ion logam yang akan ditentukan, yang
dapat mengendapkan ion logam yang ditentukan
misal OH, fosfat
• Tidak ada indikator yang cocok untuk logam yang
ditentukan
• Reaksi ion logam-EDTA lambat
3. Reaksi substitusi (Pengusiran)
• Larutan ion logam yang ditentukan ditambah
Mg atau Zn-EDTA
• Ion Mg+2 dan Zn+2 yang dibebaskan dititrasi
dengan EDTA pada dekat perubahan warna
indikator
• Untuk logam yang membentuk kompleks
Logam-EDTA lebih stabil dari pada ion logam
lain
Aplikasi
• Penentuan kadar MgSO4
• Penentuan kadar ZnO

You might also like