Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

SISTEM KERANGKA

&
OTOT MANUSIA

(SISTEM FISIOLOGI)

ABD. HAMID CHOLILI


@METXEZZHA
OUTLINE

1. Kerangka Manusia,dan Otot


2. Aktivitas otot
3. Sumber Energi Otot
4. Pembebanan Kerangka Otot Secara Statis
5. Rasa Nyeri Kerangka-Otot Akibat Pekerjaan (Muskuloskeletal disorders (MSDs))
6. Definisi MSDs
7. Jenis-jenis MSDs
8. Faktor risiko MSDs
9. Peranan Ergonomi
KERANGKA MANUSIA DAN OTOT

• Dalam rangka memenuhi tujuan desain atau perancangan produk baru


pekerjaan serta peralatan yang sesuai dengan kebutuhan manusia, maka
diperlukan pengetahuan tentang karakteristik otot dan kerangka
manusia terutama dimensi dan kapasitasnya

• Hal –hal yang harus diperhatikan yaitu :


1. Sistem rangka
2. Sistem Otot
3. Jaringan Penghubung
SISTEM RANGKA

• Sistem rangka berfungsi untuk menggambarkan dasar bentuk tubuh, penentuan tinggi seseorang, perlindungan
organ tubuh yang lunak, sebagai tempat melekatnya otot, mengganti sel-sel yang telah rusak, memberikan sistem
sambungan untuk gerak pengendali, dan menyerap reaksi dari gaya serta beban kejut (Nurmianto, 2004).
• Sistem rangka terdiri dari :
1. Rangka atau Tulang-tulang ekstremitas atas terdiri dari: skapula dan klavikula yang membentuk gelang bahu,
humerus, radius dan ulnar yang membentuk lengan bawah, 8 tulang karpal, 5 tulang metakarpal, serta 14
falanges.
2. Tulang-tulang ekstremitas bawah terdiri dari: tulang pinggul yang membentuk sebagian dari panggul (pelvis),
femur, patella, tibia dan fibula yang membentuk tungkai bawah, 7 tulang tarsalia, 5 tulang metatarsal, serta 14
falanges.
3. Lengkung kaki terdiri dari: lengkung medial yang sangat elastis, lengkung lateral yang kuat dan terbatas
gerakannya, serta terdapat sejumlah lengkung transversal (Watson, 1997).
 Tangan manusia mempunyai fleksibilitas yang tinggi dalam gerakannya. Akan tetapi jika ada gerakan berulang
(repetitive) maka harus mempertimbangkan hal yang lebih penting, misalnya seperti efisiensi penggunaan otot
dan konsumsi energinya (Nurmianto, 2004).
SISTEM OTOT

• Sistem otot (muskular) terdiri dari sejumlah besar otot yang bertanggung jawab atas gerakan tubuh (Watson,
1997).
• Dalam Watson (1997) dijelaskan bahwa otot utama tubuh terdiri atas: otot kepala, otot leher, otot tubuh, otot
anggota gerak atas, dan otot anggota gerak bawah.
• Untuk mengetahui jenis-jenis otot yang telah disebutkan di atas lebih lanjut, maka dapat dilihat pada tabel di
bawah ini.
Klasifikasi Otot Jenis otot
Otot kepala Otot-otot ekspresi dan otot-otot mastikasi
Otot leher Otot sternokleidomastoideus dan otot trapezius
Otot tubuh Otot yang menggerakkan bahu, otot pernapasan, otot yang membentuk
dinding abdomen, otot yang menggerakkan panggul, otot yang menggerakkan
tulang belakang, otot dasar panggul
Otot anggota gerak atas Otot lengan, otot lengan bawah, dan otot tangan
Otot anggota gerak bawah Otot paha, otot betis, dan otot kaki
JARINGAN PENGHUBUNG

• Jaringan-jaringan penghubung yang terpenting pada sistem kerangka otot adalah ligamen, tendon, dan fasciae.
• Jaringan ini terdiri dari kolagen dan serabut elastis dalam beberapa proporsi.
•  Tendon berfungsi sebagai penghubung antara otot dan tulang terdiri dari sekelompok serabut kolagen
yang letaknya parallel dengan panjang tendon.
•  Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas sambungan.
Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak parallel.
• Oleh karena itu, tendon dan ligamen bersifat inelastis dan berfungsi pula untuk menahan deformasi.

• Adanya tegangan yang konstan akan dapat memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam
menstabilkan sambungan. Sedangkan jaringan fasciae berfungsi sebagai pengumpul dan pemisah otot, yang
terdiri dari sebagian besar serabut elastis dan mudah sekali terdeformasi (Nurmianto, 2004).
AKTIVITAS OTOT

• Otot hanya mempunyai kemampuan kontraksi dan relaksasi.


• Dalam pergerakan yang pelan dan terkendali, baik otot penggerak utama maupun yang antagonis berada pada
posisi tegang selama dalam pergerakannya. Sebaliknya dalam pergerakan yang cepat, otot antagonis secara
otomatis akan relaks.
•  Sebagai contoh, otot trisep dalam keadaan antagonis relatif terhadap otot bisep selama dalam gerakan
fleksi oleh siku pada saat tangan mengangkat beban.
• Selain itu, ada beberapa otot lain yang juga berpartisipasi dalam pergerakan otot.
•  Misalnya, otot bisep dibantu oleh brachialis selama gerakan fleksi pada siku.
•  Ada juga jenis otot lain yang disebut sebagai fiksator yang berfungsi sebagai pemberi kesetimbangan
pada saat adanya suatu gerakan, dan sinergis yang berfungsi untuk mengontrol sambungan-sambungan
sehingga memungkinkan suatu gerakan berjalan secara efisien (Nurmianto, 2004).
SUMBER ENERGI OTOT

• Sumber energi otot adalah berasal dari pemecahan senyawa fosfat kaya energi dari kondisi energi tinggi ke
energi rendah, dimana dalam waktu yang sama akan menghasilkan muatan elektrostatis dan
menyebabkan gerakan relatif dari molekul aktin dan myosin.
• Hal tersebut di atas merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa pembangkit energinya,
serta sekaligus menandakan pentingnya aliran darah untuk otot.
• Oleh karena itu, para ahli ergonomi hendaklah memperhatikan hal-hal seperti berikut untuk sedapat mungkin
dihindari:
1. Beban otot statis
2. Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada lipat lutut
3. Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan
arah gravitasi (Nurmianto, 2004).
PEMBEBANAN KERANGKA OTOT SECARA STATIS

• Beban otot statis terjadi ketika otot dalam keadaan tegang tanpa menghasilkan gerakan tangan atau kaki
sekalipun.
• Pergerakan ritmik yang dinamis adalah proses pemompaan aliran darah oleh organ tubuh manusia.
• Beban otot statis terjadi ketika postur tubuh berada dalam kondisi yang tidak natural, peralatan maupun
material ditahan pada kondisi yang berlawanan dengan arah gravitasi (Nurmianto, 2004).
RASA NYERI KERANGKA-OTOT AKIBAT PEKERJAAN
(MUSKULOSKELETAL DISORDERS (MSDS) )

• Hasil studi Departemen Kesehatan dalam masalah kesehatan di Indonesia tahun 2005 menunjukkan bahwa
sekitar 40,5% penyakit yang diderita pekerja berhubungan dengan pekerjaannya.
• Gangguan yang dialami pada 9.482 pekerja di 12 kabupaten/kota di Indonesia umumnya berupa penyakit
musculoskeletal (16%), kardiovaskuler (8%), gangguan saraf (5%), gangguan pernapasan (3%), dan gangguan
THT (1,5%).
• Pada tahun 2010 didapatkan sebanyak 168.768 jumlah kunjungan rumah sakit dengan keluhan musculoskeletal
akibat pekerjaan dan terbanyak ke dua setelah penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas.
• Data dari Puskesmas Rumbio Jaya 2011, dalam pencatatannya menyebutkan terdapat 10 kasus penyakit pada
pekerja informal yang terdiri dari penyakit gangguan sendi dan musculoskeletal, serta di posisi kedua dengan
jumlah kasus 30 dari 146 kasus penyakit yang ada.
• Hal tersebut dapat menyebabkan masalah kecacatan seperti dislokasi tulang dan disfungsi sendi.
• Hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka yang meliputi
otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang, dan otot bagian bawah (Tarwaka, 2015).
• Sikap kerja yang kurang sesuai dapat menyebabkan keluhan nyeri otot, hal ini disebabkan oleh postur kerja
yang tidak alamiah akibat dari tuntunan tugas, alat, dan stasiun kerja yang tidak sesuai dengan kemampuan
kerja (Kusnaedi & Pramudita, 2013)
• Vladimir Janda menyatakan nyeri otot disebabkan oleh disfungsi sendi dan perubahan dalam pola
gerakan normal otot, sehingga ada ketidakseimbangan otot yang dapat menimbulkan kerusakan
jaringan dan rasa sakit dalam hal ini nyeri.
• Menurut Bahrudin, nyeri adalah suatu pengalaman sensorik yang multidimensional.

• Fenomena ini dapat berbeda dalam intensitas (ringan, sedang, berat), kualitas (tumpul, seperti terbakar,
tajam), durasi (transien, intermiten, persisten), dan penyebaran (superfisial atau dalam, terlokalisir atau
difus-infeksi).
DEFINISI MUSKULOSKELETAL DISORDERS
(MSDS)
• Gangguan muskuloskeletal atau biasa yang disebut dengan MSDs adalah serangkaian sakit pada otot, tendon
dan saraf. Aktivitas dengan tingkat pengulangan yang tinggi dapat menyebabkan kelelahan pada otot, merusak
jaringan hingga kesakitan dan ketidaknyamanan. Ini bisa terjadi walaupun tingkat gaya yang dikeluarkan ringan
dan postur kerja memuaskan (OHSCO, 2007).
• Menurut NIOSH (1997), gangguan muskuloskeletal adalah sekumpulan kondisi patologis yang
mempengaruhi fungsi normal dari jaringan halus sistem muskuloskeletal yang mencakup syaraf, tendon,
otot, dan struktur penunjang seperti discus intervertebral.
• Definisi lain dijelaskan oleh ACGIH, musculoskeletal disorders maksudnya adalah adanya suatu gangguan
kronis pada otot, tendon, dan syaraf yang disebabkan oleh penggunaan tenaga secara berulang
(repetitive), gerakan secara cepat, beban yang tinggi, tekanan, postur janggal, vibrasi, dan rendahnya
temperatur (ACGIH, 2007).

• Berdasarkan berbagai definisi dari lembaga-lembaga tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa gangguan
musculoskeletal merupakan suatu gangguan yang menyerang otot, tendon, dan syaraf manusia yang
disebabkan oleh aktivitas yang dilakukan secara repetitif dengan postur janggal.
JENIS-JENIS MSDS

• Postur janggal ( posisi tidak tepat )akan meningkatkan risiko kejadian MSDs bila terjadi kombinasi dengan
faktor risiko ergonomi lain, seperti durasi, frekuensi, intensitas, repetitif, dan adanya intervensi stressor dari
lingkungan.
• Berikut ini adalah beberapa jenis MSDs yang dapat diakibatkan oleh postur janggal, yaitu:
1. Low Back Pain, yaitu rasa sakit akut dan kronis dari tulang belakang pada daerah lumbosacral, pantat dan
kaki bagian atas yang biasanya terjadi karena penipisan intervertebral disk atau berkurangnya cairan pada disk.
Biasanya terjadi pada pekerja yang suka mengangkat (Bridger, 2003)
2. Carpal Tunnel Syndrome, yaitu tendon pada carpal tunnel membengkak karena penggunaan yang cepat dan
berulang pada jari dan tangan. menyebabkan nyeri, rasa terbakar, dan kemampuan menggenggam menurun.
Biasanya terjadi pada typist (Humantech, 1989,1995)
3. Bursitis, yaitu rongga yang berisi cairan pelumas sendi membengkak dan inflamasi sehingga menyebabkan
nyeri dan keterbatasan gerak (Bridger, 2003)
4. Epicondylitis, yaitu inflamasi pada otot dan jaringan penghubung yang berada di sekitar siku karena adanya
rotasi dan putaran yang terlalu sering. Biasanya sering terjadi pada petenis (Bridger, 2003)
5. Sprain dan strains, terjadi saat ligamen atau otot terlalu tertekan karena adanya postur yang memberi beban
terhadap tubuh (Bridger, 2003)
6. Ganglion Cyst, yaitu benjolan di bawah kulit yang disebabkan karena akumulasi cairan pada lapisan tendon.
Ini biasanya ditemukan pada tangan dan pergelangan tangan (Humantech, 1989, 1995)
7. Tendinitis, yaitu inflamasi pada tendon biasanya terjadi pada tangan dan pergelangan tangan karena
pekerjaan menggunakan postur yang tidak biasa secara terus-menerus (Bridger, 2003)
8. Tenosynovitis, terjadi karena adanya inflamasi tendon dan pelapisnya dengan pembengkakan pada
pergelangan tangan aktifitas yang berlebihan pada tendon yang disebabkan oleh beban dan pergerakan yang
berulang (Pulat, 1997)
9. Trigger Finger, yaitu keadaan kaku dan gemetar pada jari karena gerakan berulang dan penggunaan yang
berlebihan dari jari, ibu jari atau pergelangan tangan yang terus-menerus (Bridger, 2003)
FAKTOR RISIKO MSDS

• Dalam suatu pekerjaan ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi risiko terjadinya suatu cidera ataupun
penyakit akibat kerja, yang biasa disebut dengan musculoskeletal disorders, repetitive strain injury, cumulative
trauma disorders dan penyakit-penyakit lainnya.
• Amstrong et al.(1993) menjabarkan beberapa faktor risiko ergonomi, yaitu faktor fisik pekerjaan, faktor
organisasi kerja, dan faktor psikososial.

• Sedangkan Bridger (2003) mengkategorikan kedalam empat kelompok faktor-faktor risiko utama
terhadap terjadinya gangguan muskuloskeletal, yaitu :
1. Postur
2. Beban
3. Frekuensi
4. Durasi pekerjaan (Bridger, 2003).
1. Postur kerja. Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario dalam Resource Manual for the
MSD Prevention Guideline for Ontario (2006) disebutkan bahwa postur kerja adalah berbagai posisi dari
anggota tubuh pekerja selama melakukan aktivitas pekerjaan. Pembagian postur kerja dalam ergonomi
didasarkan atas posisi tubuh dan pergerakan
a. Berdasarkan posisi tubuh
1) Postur Netral (Neutral Posture), yaitu postur dimana seluruh bagian tubuh berada pada posisi yang
sewajarnya/seharusnya dan kontraksi otot tidak berlebihan sehingga bagian organ tubuh, saraf jaringan
lunak dan tulang tidak mengalami pergeseran, penekanan, ataupun kontraksi yang berlebih
2) Postur Janggal (Awkward Posture), yaitu postur dimana posisi tubuh (tungkai, sendi dan punggung)
secara signifikan menyimpang dari posisi netral pada saat melakukan suatu aktivitas yang disebabkan
oleh keterbatasan tubuh manusia untuk melawan beban dalam jangka waktu lama  membungkuk,
menekuk, miring dll
b. Sedangkan berdasarkan pergerakan
1) Postur statis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar tubuh tidak aktif atau hanya sedikit sekali
terjadi pergerakan.
2) Postur dinamis, yaitu postur yang terjadi dimana sebagian besar anggota tubuh bergerak.
 Jenisnya adalah: a) Carrying, yaitu aktivitas mengangkat beban sambil berjalan. b) Pulling, yaitu
tarikan pada benda agar benda bergerak. c) Pushing, yaitu memindahkan benda dengan memberikan
gaya agar benda berpindah.
2. Beban. Beban angkat yang berlebih dalam bekerja akan menyebabkan terjadinya gangguan
muskuloskeletal. Menurut NIOSH (National Institute for Occupational Safety and Health), Amerika Serikat,
berat beban maksimum yang dapat diangkat oleh pekerja adalah 27 kg, baik dilakukan oleh pria maupun wanita.
3. Frekuensi. Keluhan otot terjadi karena otot menerima tekanan akibat beban kerja terus menerus tanpa
melakukan relaksasi (Bridger, 2003). Secara umum, semakin banyak pengulangan gerakan dalam suatu
aktivitas kerja, maka akan mengakibatkan keluhan otot semakin besar. Pekerjaan yang dilakukan secara repetitif
dalam jangka waktu lama maka akan meningkatkan risiko MSDs apalagi bila ditambah dengan gaya/beban dan
postur janggal (OHSCO, 2007).
4. Durasi. Durasi dapat dilihat sebagai menit-menit dari jam kerja/hari pekerja terpajan risiko. Durasi
diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Durasi singkat : < 1 jam/hari
b. Durasi sedang : 1-2 jam/hari
c. Durasi lama : > 2 jam
PERANAN ERGONOMI

• Peranan ergonomi dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, antara lain:
1. Desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot
manusia
2. Desain stasiun kerja untuk alat peraga visual.

 Hal tersebut untuk mengurangi tidak nyamanan visual dan postur kerja, desain suatu perkakas kerja untuk
mengurangi kelelahan kerja, desain suatu peletakan instrumen dan sistem pengendalian agar didapat optimasi
dalam proses transfer informasi dengan dihasilkannya suatu respon yang cepat dengan meminimalkan risiko
kesalahan, serta agar didapatkan optimasi, efisiensi kerja, dan hilangnya risiko kesehatan akibat metode kerja
yang kurang tepat (Nurmianto, 2004).
 Ergonomi berusaha untuk menjamin bahwa pekerjaan dan setiap tugas-tugas dari pekerjaan tersebut
didesain agar sesuai dengan kemampuan atau kapasitas dari pekerjanya (ACGIH, 2007)
• Secara umum tujuan dari penerapan ilmu ergonomi adalah:
1. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental melalui upaya pencegahan cidera dan penyakit akibat
kerja, menurunkan beban kerja fisik dan mental, mengupayakan promosi dan kepuasan kerja
2. Meningkatkan kesejahteraan sosial melalui peningkatan kualitas kontak sosial, mengelola dan
mengkoordinir kerja secara tepat guna dan meningkatkan jaminan sosial baik selama kurun waktu
usia produktif maupun setelah tidak produktif
3. Menciptakan keseimbangan rasional antara berbagai aspek, yaitu aspek teknis, ekonomis,
antropologis, dan budaya dari setiap sistem kerja yang dilakukan sehingga tercipta kualitas kerja dan
kualitas hidup yang tinggi (Tarwaka, 2004).

 Berdasarkan penjabaran di atas dari berbagai sumber, maka dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup dari
ergonomi berfokus pada perancangan tugas, peralatan, area kerja, dan sistem kerja yang disesuaikan
dengan kapasitas pekerja (mempertimbangkan keterbatasan fisik pekerja) yang bertujuan untuk
menciptakan efisiensi serta kenyamanan dalam bekerja dan mencegah dari kecelakaan ataupun
penyakit akibat kerja.
SEKIAN
Have a nice day...

You might also like