Kata sastra menurut etimologinya (asal kata dan maknanya)
berasal dari dua kata (bahasa sansekerta) yaitu: Sas yang artinya mendidik dan tra artinya alat. Secara harviah kata sastra berarti alat atau cara untuk mendidik. Jadi sastra itu cara mendidik. Mendidik diartikan mengubah tingkah laku dari yang kurang baik menjadi baik, dari yang belum sadar menjadi sadar. Zaman beredar, masa bertukar akhirnya kata sastra dipersempit artinya menjadi “su sastra” yaitu su dan sastra. su artinya baik sastra artinya tulisan Jadi, sastra berarti tulisan yang baik di gunakan untuk mendidik. Oleh karena itu sastra harus berisi hal-hal yang baik untuk mengubah tingkah laku. Bentuk sastra yang tertua adalah prosa atau karangan bebas. Ciri-ciri sastra lampung A. Yang berbentuk prosa (karangan bebas) diantaranya cerita rakyat, terdiri dari: 1.Epos cerita tentang kepahlawanan. Contoh : pahlawan lampung Raden Intan 2. Sage cerita yang berdasarkan atas peristiwa sejarah. Contoh : asal mula anek labuhan ratu. 3. Fabel cerita fiksi (dongeng). Contoh : lemweng jamo kaccil, kaccil jadi hakim 4. Legenda cerita dari jaman dahulu yang berkaitan dengan peristiwa dan asal usul terjadinya suatu tempat. Contoh : Legenda danau ranau. 5. Mite cerita dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan terhadap mahluk halus, dewa dewi peri atau jin, binatang/ tumbuhan. Contoh: tukang kawil 6. Fiksi cerita sesuai rekaan atau fiksi pengarangnya. Contoh: Si Bingung B. Yang berbentuk puisi (karangan terikat, terikat oleh banyak suku kata tiap baris, banyak baris setiap bait). 1. Paradinei puisi yang digunakan untuk penyambutan tamu yang ingin bersilahturahmi. 2. Papaccur puisi yang digunakan untuk ngamai/nginai adek (pemberian gelar pada kedua pengantin yang baru menikah) 3. Sagata pantun 4. Ringget puisi yang dipergunakan untuk upacara pelepasan mempelai wanita, acara cangget, atau memulai upacara adat. 5. Bubandung puisi lampung yang bersifat keagamaan 6. Hahiwang puisi lampung yang berisi kesedihan 7. Wawancan puisi lampung yang berisi nasehat baik pada acara penyambutan tamu ataupun nasehat kedua mempelai. 8. Waghahan / warahan cerita berirama