Bab I

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 11

HUBUNGAN POLA MAKAN, AKTIFITAS FISIK, INDEKS

MASSA TUBUH DAN TINGGI BADAN DENGAN PERSENTASE


LEMAK TUBUH PADA REMAJA SMUN KOTA
LHOKSEUMAWE TAHUN 2023

OLEH
A Retrofuturistic 19th-Century Aesthetic
CUT NURASIAH
Workshop

PROGRAM PASCASARJANA ILMU KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Latar belakang

⃗ Indonesia merupakan salah satu negara yang menghadapi beban ganda malnutrisi,
diantaranya dengan meningkatnya prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas pada usia
remaja. Kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas pada remaja perlu mendapat
perhatian khusus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah mendeklarasikan obesitas
sebagai epidemik global. Prevalensinya cenderung meningkat tidak hanya di negara-negara
maju saja, tetapi juga di negara-negara berkembang seperti Indonesia (WHO, 2017).

⃗ Obesitas pada remaja berdampak kesehatan jangka pendek dan jangka panjang. Dampak
kesehatan yang paling signifikan dari obesitas pada masa remaja yang merupakan
manifestasi dimasa yanga akan datang dapat terjadi penyakit kardiovaskular, diabetes
mellitus, gangguan muskuloskeletal, dan kanker. Setidaknya 2,6 juta orang setiap tahun
meninggal akibat kegemukan atau obesitas. Lebih dari 340 juta anak dan remaja berusia 5-
19 tahun mengalami kegemukan atau obesitas pada tahun 2016 (WHO, 2020).
RISKESDAS NASIONAL TAHUN 2018

20% 16% 13%


usia 5-12 tahun usia 13-15 tahun usia 16-18 tahun
RISKESDAS NASIONAL TAHUN 2013

18,8% 10,8% 7,3%


usia 5-12 tahun usia 13-15 tahun usia 16-18 tahun
RISKESDAS PROVINSI ACEH TAHUN 2018

20% 18,5% 14,9%


usia 5-12 tahun usia 13-15 tahun usia 16-18 tahun
KOTA LHOKSEUMAWE TAHUN 2018

20,6% 20,3% 9,7%


usia 5-12 tahun usia 13-15 tahun usia 16-18 tahun
Theory
Secara sederhana, obesitas
menggambarkan suatu keadaan
tertimbunnya lemak dalam tubuh Saat ini, persentase lemak tubuh
sebagai akibat berlebihannya telah dianggap sebagai standar
masukan kalori. Secara klinis akurat untuk menentukan
seseorang dinyatakan mengalami kegemukan atau obesitas karena
obesitas bila terdapat kelebihan dapat mengukur lemak tubuh
berat badan sebesar 15% atau secara langsung (Trang et al, 2019).
lebih dari berat badan ideal
(Misnadiardy, 2007).
Nilai persentase lemak tubuh dapat menggambarkan tingkat obesitas lebih baik dari
indeks massa tubuh (IMT) meski tidak terlalu sensitif terhadap perubahan komposisi
tubuh jangka pendek (Sudargo at el, 2016). Hasil penelitian Widyastuti & Rosidi (2018)
menyatakan bahwa tebal lemak bawah kulit lebih dapat menggambarkan obesitas pada
usia remaja dibandingkan dengan IMT, terdapat nilai korelasi yang kuat antara IMT
menurut umur dengan persen lemak tubuh.
SURVEY AWAL

⃗ Dari sampel 30 remaja siswa/siswi Remaja dengan persentase lemak tubuh


SMUN Nomor 4 Kota Lhokseumawe normal (< 20%) sebanyak 70% (21
dengan mengukur persentase lemak orang), dan jumlah siswa/siswi dengan
tubuh menggunakan Omron Body fat persentase lemak tubuh tidak normal
Analyzer, dengan cara memasukkan data (>20%) sebanyak 30% (9 orang).
usia, jenis kelamin, dan tinggi badan, remaja dengan status gizi dengan
kemudian alat dipegang oleh objek yang kategori normal menurut IMT 18.5 –25,
diukur dengan kedua tangan lurus ke sebanyak 53 % (16 orang) dan remaja
depan membentuk sudut 90°, satuan dengan kategori lebih/gemuk bila >25
persentase lemak tubuh diperoleh sebanyak 46,7% (14 orang).
bahwa:
RUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN MANFAAT PENELITIAN

Apakah ada hubungan pola


Untuk mengetahui perbedaan
makan, aktifitas fisik, IMT dan
indikator komposisi tubuh yang
tinggi badan dengan persentase
dinilai dengan indeks massa
lemak tubuh pada remaja di
tubuh dan persentse lemak tubuh.
SMUN Kota Lhokseumawe.
SEKIAN

TERIMA KASIH

You might also like