4strukturapbd 230407124737 A5a50f40

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 21

STRUKTUR APBD

STRUKTUR APBD
 PENDAPATAN Rp. … … …
 BELANJA Rp. … … …
 Belanja Tidak Langsung Rp. … … …
 Belanja Langsung Rp. … … … (-)

Surplus/(Defisit) Rp. … … …
 PEMBIAYAAN Rp. … … …
 Penerimaan Rp. … … …
 Pengeluaran Rp. … … … (-
)
Pembiayaan Neto Rp. … … … (-)

SILPA Tahun Berjalan Rp. … … …


STRUKTUR PENDAPATAN
A. Pendapatan Asli Daerah:
1. Pajak Daerah
2. Retribusi Derah
3. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
4. Lain-lain PAD yang sah
B. Dana Perimbangan:
1. Dana Bagi Hasil
2. Dana Alokasi Umum
3. Dana Alokasi Khusus
C. Lain-lain Pendapatan Daerah yang sah:
1. Hibah
2. Dana Darurat
3. Dana Bagi Hasil pajak dari Provnsi dan Pemerintah
Daerah
lainnya
4. Dana Penyesuaian & Dana OTSUS
5. Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda lainnya
PENDAPATAN DAERAH
 Pendapatan Daerah Adalah Semua
Penerimaan Uang Melalui Rekening Kas
Umum Daerah, Yang Menambah Ekuitas
Dana, Merupakan Hak Daerah Dalam Satu
Tahun Anggaran Dan Tidak Perlu Dibayar
Kembali Oleh Daerah

 Pendapatan Daerah Dirinci Menurut


Urusan Pemerintahan, Organisasi,
Kelompok, Jenis, Obyek Dan Rincian
Obyek Pendapatan
KELOMPOK PENDAPATAN DAERAH
1. Kelompok pendapatan asli daerah dibagi menurut jenis pendapatan
yang terdiri atas : pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan daerah yang
sah.
2. Kelompok dana perimbangan dibagi menurut jenis pendapatan yang
terdiri atas : dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus.
3. Kelompok lain-lain pendapatan daerah yang sah, dapat bersumber
dari :
 hibah, dapat berasal dari pemerintah, pemerintah kab/kota di wilayah provinsi,
kab/kota di luar wilayah provinsi, pemerintah provinsi dan/atau provinsi lainnya,
dari perusahaan daerah/BUMD, dari perusahaan negara/BUMN atau dari
masyarakat.
 dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan
korban/kerusakan akibat bencana alam;
 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota dan dari pemerintah
daerah lainnya
 Dana penyusuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah
 bantuan keuangan dari kabupaten/kota di wilayah provinsi, bantuan keuangan
dari prov/kab/kota lainnya di luar wilayah provinsi.
Pasal 16 (5) UU No. 17/2003

Belanja Daerah dirinci menurut


organisasi, fungsi, dan jenis
belanja
. Pasal 27 PP 58 /
ORGANISASI FUNGSI 2005 JENIS BELANJA
PROGRAM &KEGIATAN

Klasifikasi berdasarkan
disesuaikan a. belanja pegawai;
disesuaikan urusan pemerintahan
dengan susunan diklasifikasikan dengan urusan b. belanja barang & jasa
menurut kewenangan pemerintahan c. belanja modal;
organisasi pemerintahan provinsi
pemerintahan dan kabupaten/kota yang menjadi d. bunga
daerah kewenangan e. subsidi
Klasifikasi fungsi daerah f. hibah
pengelolaan g. bantuan sosial
keuangan negara
DPRD, kepala daerah h. belanja bagi hasil
dan wakil kepala daerah, untuk keselarasan dan
& bantuan
sekretariat daerah, keterpaduan pengelolaan urusan yang bersifat
keuangan negara keuangan
sekretariat DPRD, dinas, wajib dan urusan
kecamatan, lembaga bersifat pilihan i. belanja tdk terduga
teknis daerah, dan yang menjadi
kelurahan a. pelayanan umum kewenangan
b. Ketertiban
pemerintahan Penganggaran dalam
& APBD untuk setiap
keamanan provinsi dan
jenis belanja
c. ekonomi pemerintahan
berdasarkan ketentuan
d. lingkungan kabupaten/kota
hidup
perundang- undangan
e. perumahan
dan
fasilitas
umum;
f. kesehatan
g. pariwisata &
URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH FUNGSI KEUANGAN NEGARA
URUSAN WAJIB
Pendidikan
Kesehatan • Pelayanan umum
Pekerjaan Umum
Perumahan Rakyat
Penataan Ruang • Pertahanan *)
Perencanaan
Pembangunan
Perhubungan • Ketertiban dan ketentraman
Lingkungan
Hidup
Pertanahan • Ekonomi
Kependudukan dan Catatan Sipil
Pemberdayaan Perempuan
Keluarga Berencana dan Keluarga • Lingkungan hidup
Sejahtera
Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi • Perumahan dan fasilitas umum
Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
Penanaman Modal
Kebudayaan dan • Kesehatan
Pariwisata Pemuda dan
Olah Raga
Kesatuan Bangsa • Pariwisata dan budaya
dan Politik Dalam Negeri
Pemerintahan
Umum • Agama *)
Kepegawaian
Pemberdayaan
Masyarakat dan Desa • Pendidikan
Statistik
Kearsipan
Komunikasi dan • Perlindungan sosial
Informatika
BELANJA DAERAH
• Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota yang
terdiri dari urusan wajib, urusan pilihan dan urusan yang penanganannya
dalam bagian atau bidang tertentu yang dapat dilaksanakan bersama antara
pemerintah daerah atau antar pemerintah daerah yang ditetapkan dengan
ketentuan perundang-undangan.

• Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan


meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi
kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan
dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
serta mengembangkan sistem jaminan sosial.

• Peningkatan kualitas kehidupan masyarakat diwujudkan melalui prestasi


kerja dalam pencapaian standar pelayanan minimal sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
KELOMPOK BELANJA
1. Belanja Tidak Langsung :
merupakan belanja yang tidak
dianggarkan
terkait secara langsung dengan pelaksanaan
program dan kegiatan.

2. Belanja Langsung :
merupakan belanja yang dianggarkan terkait
secara langsung dengan pelaksanaan program
dan kegiatan.
STRUKTUR BELANJA
A. Belanja Tidak Langsung:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Bunga
3. Belanja Subsidi
4. Belanja Hibah
5. Belanja Bantuan Sosial
6. Belanja Bagi Hasil
7. Bantuan Keuangan
8. Belanja Tak Terduga
B. Belanja Langsung:
1. Belanja Pegawai
2. Belanja Barang dan Jasa
3. Belanja Modal
Dasar pertimbangan
Pengelompokan 9 Jenis Belanja
 Pasal 39 PP 58/2004 menyatakan bahwa setiap jenis belanja yang
dianggarkan harus memperhatikan keterkaitan pendanaan dengan
keluaran dan hasil yang diharapkan dari program dan kegaitan yang
dianggarkan, termasuk efisiensi dalam pencapaian keluaran dan hasil
tersebut.
 Mempertimbangkan ketentuan tersebut diatas, maka Belanja Daerah
yang diklasifikasikan menurut jenis belanja dibagi kedalam kelompok
Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung.
 Jenis belanja yg tidak langsung dapat diukur dengan keluaran dan hasil
yang diharapkan dari suatu program dan kegaitan seperti belanja
pegawai untuk membayar gaji dan tunjangan PNS, belanja
bunga, belanja subsidi belanja hibah, belanja bantuan sosial,
belanja bagi hasil, bantuan keuangan dan belanja tak terduga.
 Jenis belanja yang langsung dapat diukur dengan hasil dari suatu
program dan kegaitan yang dianggarkan, termasuk efisiensi dalam
pencapaian keluaran dan hasil tersebut yaitu belanja pegawai untuk
membayar honorarium/upah kerja, belanja barang dan jasa dan belanja
modal.
JENIS BELANJA
• Belanja pegawai, digunakan untuk menganggarkan belanja
penghasilan pimpinan dan anggota DPRD, gaji pokok dan
tunjangan kepala daerah dan wakil kepala daerah serta gaji
pokok dan tunjangan pegawai negeri sipil, tambahan
penghasilan, serta honor atas pelaksanaan kegiatan.
• Belanja bunga, digunakan untuk menganggarkan pembayaran
bunga utang yang dihitung atas kewajiban pokok utang
(principal outstanding) berdasarkan perjanjian pinjaman jangka
pendek, jangka menengah, dan jangka panjang..
• Belanja subsidi, digunakan untuk menganggarkan subsidi
kepada masyarakat melalui lembaga tertentu yang telah diaudit,
dalam rangka mendukung kemampuan daya beli masyarakat
untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan
masyarakat. Lembaga penerima belanja subsidi wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penggunaan dana
subsidi kepada kepala daerah.
Lanjutan……..

• Belanja untuk menganggarkan pemberian bantuan


dalam
hibah,bentuk uang, barang dan/atau jasa kepada pihak-pihak
tertentu yang tidak mengikat/tidak secara terus menerus yang
terlebih dahulu dituangkan dalam suatu naskah perjanjian
antara pemerintah daerah dengan penerima hibah, dalam
rangka peningkatan penyelenggaraan fungsi pemerintahan di
daerah, peningkatan pelayanan kepada masyarakat,
peningkatan layanan dasar umum, peningkatan partisipasi
dalam rangka penyelenggaraan pembangunan daerah.
• Bantuan sosial, untuk menganggarkan pemberian bantuan
dalam bentuk uang dan/atau barang kepada masyarakat yang
tidak secara terus menerus/berulang dan selektif untuk
memenuhi instrumen keadilan dan pemerataan yang bertujuan
untuk peningkatan kesejahteraan Termasuk
masyarakat. bantuan untuk PARPOL.
Lanjutan……..

• Belanja bagi untuk menganggarkan dana bagi


yang
hasil,bersumber dari pendapatan
hasil provinsi yang dibagihasilkan
kepada kabupaten/kota atau pendapatan kabupaten/kota yang
dibagihasilkan kepada pemerintahan desa sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
• Belanja bantuan keuangan, untuk menganggarkan bantuan
keuangan yang bersifat umum atau khusus dari provinsi kepada
kabupaten/kota, pemerintah desa, dan kepada pemerintah
daerah lainnya atau dari pemerintah kabupaten/kota kepada
pemerintah desa dan pemerintah daerah lainnya dalam rangka
pemerataan dan/atau peningkatan kemampuan keuangan.
• Belanja tidak terduga, untuk menganggarka belanja atas
kegiatan yang sifatnya tidak biasa atau tidak diharapkan
berulang seperti penanggulangan bencana alam dan bencana
sosial yang tidak diperkirakan sebelumnya, termasuk
pengembalian atas kelebihan penerimaan daerah tahun-tahun
sebelumnya yang telah ditutup.
Lanjutan……..

• Belanja barang dan jasa, digunakan untuk


menganggarkan belanja barang yang
manfaatnya kurang dari 12(duabelas) bulan
nilai
dan/atau pemakaian jasa dalam
program dan kegiatan. melaksanakan
• Belanja modal, digunakan untuk
belanja yang digunakan untuk pengeluaran yang
menganggarkan
dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan
atau
pembangunan aset tetap berwujud yang
mempunyai nilai manfaatnya lebih dari 12
(duabelas) bulan. Honorarium panitia dalam rangka
pengadaan dan administrasi
pembelian/pembangunanuntuk memperoleh aset
dianggarkan dalam belanja pegawai dan/atau
belanja barang dan jasa
SINKRONISASI DAN PENGELOMPOKAN
JENIS BELANJA DAERAH
PERMENDAGRI
UU No 17/2003 PP 58/2005
13/2006
1. Belanja pegawai 1. Belanja pegawai Belanja Tidak Langsung :
2. Belanja barang 2. Belanja barang & jasa 1. Belanja pegawai
3. Belanja modal 3. Belanja modal 2. Belanja bunga
4. Belanja bunga 4. Belanja bunga 3. Belanja subsidi
5. Belanja subsidi 5. Belanja subsidi 4. Belanja hibah
6. Belanja hibah 6. Belanja hibah 5. Belanja bantuan
7. Belanja bantuan sosial 7. Belanja bantuan sosial
sosial 6. Belanja bagi hasil
8. Belanja bagi 7. Bantuan keuangan
hasil 8. Belanja tak terduga
9. Bantuan
Belanja Langsung :
keuangan
10. Belanja tak 1. Belanja pegawai
terduga 2. Belanja barang dan
jasa
3. Belanja modal
SURPLUS/(DEFISIT) APBD

 Merupakan antara anggaran pendapatan daerah dan


selisih
anggaran belanja daerah.
 Surplus anggaran terjadi bila anggaran pendapatan
daerah
diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.
 Surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang yang jatuh
tempo, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman
kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain, dan/atau
pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial.
 Defisit anggaran terjadi bila anggaran pendapatan
diperkirakan lebih kecil dari anggaran belanja daerah.
daerah
 Apabila defisit, ditetapkan sumber-sumber pembiayaan
menutup defisit, meliputi sisa lebih perhitungan anggaran tahun
untuk
anggaran sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan
kekayaan daerah yang dipisahkan, penerimaan pinjaman,
penerimaan kembali pemberian pinjaman atau piutang daerah.
PENGENDALIAN DAN PEMANTAUAN DEFISIT APBD
Latar Belakang APBN APBD
Pendapatan Pendapatan
• Fiscal Suistainability:
• Kestabilan ekonomi - -
makro Belanja Belanja
• Fiskal yang sehat
= =
+
• APBN dan APBD
sesuai kemampuan Defisit Defisit

Selisih kurang
pendapatan dan belanja
Peraturan perundangan
ditutup dari:
- UU 17/2003 • SiLPA
- UU 32/2004 • Dana Cadangan
• Divestasi
- UU 33/2004 • Pinjaman
- PP 23/2003 • Penerimaan kembali
pemberian pinjaman PMK memuat:
• Kriteria Defisit APBD
Kumulatif • Pedoman Pelaksanaan
Memantau Defisit Max dan Mekanisme
Pemantauan
Menteri 3% • Batas Maksimal Jumlah

Keuangan PDB Kumulatif Defisit APBD


• Batas Maksimal Defisit
APBD Masing-Masing
Daerah 19
STRUKTUR PEMBIAYAAN

A. Penerimaan Pembiayaan:
1. Selisih Lebih Perhitungan (SiLPA) Anggaran Tahun Sebelumnya
2. Pencairan Dana Cadangan
3. Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan
4. Penerimaan Pinjaman Daerah
5. Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman
B. Pengeluaran Pembiayaan:
1. Pembentukan Dana Cadangan
2. Penyertaan Modal pemerintah Daerah
3. Pembayaran Utang Pokok
4. Pemberian Pinjaman
Pembiayaan Neto (A – B)
TERIMA
KASIH

21

You might also like