Download as ppt, pdf, or txt
Download as ppt, pdf, or txt
You are on page 1of 48

KEPELAUTAN

• Convwention Concernng Minimum


Standards in Merchant Ships ( ILO 147 )
• Convention Concerning Seaman’s Articles of
Agreement,1926 (no.22)
• Conventio Fixing the Minimum age for the
of Children to Employment at Sea
(Revised 1936) (no.58)
• Convention Concerning Minimum Age for
Admission to Employment 1973 (No.138)
• Convention Concerning Certification of
Chief Cooks 1946 (No.69)
• Convention Concerning Certification of Able
Seamen 1946 (N0.74)
• Convention Concerning Wages, Hours of
Work on Board Ship and Manning.
• Convention Concerning Vacation Holidays
with Pay for Seafarers (Revised 1949)
• Convention Concerning the Repatriation of
Seafares 1987.
• Convention Concerning the Prevention of
Occupational Accidents to Seafarers 1970
• Convention Concerning medical Examination
of Seafarers,1948
• Convention Concerning Health Protection and
Medical Care for Seafarers
• Converntion Concerning the Liability of the
shipowner in Case of Sickness,Injury or death
of seamen 1936
• Convention Concerning the Application of the
Principles of the Right to Organise and to
Bargain Collectifely.
• Convention on Standard of Training
sertification and Watchkeeping of Seafarers
• Kitab Undang-undang Hukum Dagang
• Undang-Undang no.21 tahun 1992 tentang
Pelayaran.
• Peraturan Pemerintah No.7 tahun 2000
tentang Kepelautan
ILO CONVENTION 147
• Requires member States to have Laws or
Regulation concernig:
1) Hours of work
2) Manning

To ensure the Safety of Life on Board Ships


Hours of Work
1) An Eight hours day with one day of Rest per
week
2) Maxximum limits shall not exeed 14 hours
perdays and 72 hours in a Week.Minimum
rest period 10 hours perday or 77 hours in a
week.

Minimum Age
1) Children under 14 years old may not be
employed on board ships.exept
a) The eplyment is approved by a competent
education authority.
b) With due respect of sanitation conditions
c) The benefit for the concerned child.
PERATURAN PEMERINTAH
NO.7 TAHUN 2000 TETANG
KEPELAUTAN
• Definisi:
1. Kepelautan adalah segala sesuatu
yang berkaitan dengan
pengawakan ,pendidikan,persetifikata
n,kewenangan serta hak dan
kewajiban pelaut.
2. Awak kapal adalah orang yang
bekerja atau dipekerjakan di atas
kapal oleh pemilik kapal atau operator
kapal untuk melekukan tugas di atas
kapal sesuai dengan jabatannya
yaqng tercantum dalam buku sijil.
3. Pelaut adalah setiap orang yang
mempunyai kualifikasi keahlian atau
ketrampilan sebagai awak kapal.
4. Perjanjian Kerja Laut adalah
perjanjian kerja perorangan yang
ditanda tangani oleh pelaut Indonesia
denagn pengusaha angkutan di
perairan.
PENGAWAKAN KAPAL NIAGA
DAN KEWENANGAN JABATAN
1. Setiap Awak Kapal harus memliki
sertifikat kepelautan yang terdiri dari :
Sertifikat keahlian pelaut.
Sertifikat ketrampilan pelaut.
2. Sertifikat Keahlian Pelaut terdiri dari :
Sertifikat Keahlian Nautika
Sertifikat Keahlian Tehnika
Sertifikat Keahlian Radio Elektronika
3. Sertifikat Ketrampilan Pelaut terdiri
dari :
Sertifikat Ketrampilan Dasar Pelaut
Sertifikat Ketrampilan Khusus
4. Sertuifikat ketrampilan dasar disebut :
Sertifikat Ketrampilan Dasar
Keselamatan (Basic Safety Training).
• Sertifikat Ketrampilan Khusus
terdiri dari :
• 1. Sertifikst Keselamatan Kapal Tanki.
• 2. Sertifikan Keselamatan Kapal
Penumpang Roro
• 3. Sertifikat Ketrampilan Penggunaan
Pesawat Luput Maut dan Sekoci
Penyelamat
• 4. Sertifikat Ketrampilan Sekoci
Penyelamat Cepat.
• 5. Sertifikat Ketrampilan Pertolongan
Pertama.
• 6. Sertifikat Ketrampilan Perawatan
Medis di atas Kapal
• 7. Sertifikat Radar Simulator
• 8. Sertifikat ARPA Simolator.
• Sertifikat Keahlian Pelaut Nautika
terdiri dari :
Sertifikat ANT I, ANT II, ANTIII,
ANT IV, ANT V dan ANT Dasar.
Sertifika Keahlian Pelaut Tehnika
terdiri dari :
Serti fikat ATT I, ATT II, ATT III,
ATT IV, ATT V dan ATT Dasar.
Sertifikat Keahlian Pelaut Radio
Elektronika tardiri dari :
Sertifikat Radio Elektronika Klas I,
Sertifikat Radio Elektronika Klas II,
Sertifikat Operator Umum Sertifikat
Operator Terbatas
Pendidikan,Pengujian, dan Sertifikasi
Kepelautan Kapal Niaga.
• Pendidikan Kepelautan dapat diselenggarakan
oleh Pemrintah atau unit Pendidikan Keopelautan
yang dikelola oleh Masyarakat yang mendapat izin
dari Menteri DIKNAS sesudah mendapat
rekomendasi dari MENHUB.
• Kurikulum pendodikan kepelautan disusun dengan
memperhatikan:
• 1. Aspek Keselamata Pelayaran;
• 2. Tingkat kemampuan dan kecakapan pelaut
sesuai standar kompetensi yang ditetapkan.
• 3. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dab Teknologi
serta Manajemen di bidang Pelayaran.
• Pendidikan dilaksanakan melalui jalur seklah yang
terdiri dari :
• a. Pendidikan Profesional Kepelautan
• b. Pendidikan teknis fungsional kepelautan.
• Jenjang pendidikan profesional keperlautan terdiri
dari ;
• A. Pendidikan Pelaut Tingkat Dasar
• B Pendidikan Pelaut Tingkat Menengah
• CPendidikan Pelaut tingkat tinggi.
• Pendidikan fungsional kepelautan terdiri dari:
• A. DIKLAT teknis profesi kepelautan
• B. DIKLAT teknis ketrampilan pelaut.
PENGUJIAN
• Ujian untuk mendapatkan sertifikat
keahlian pelaut dilaksanakan oleh
Dewan Penguji yang mandiri.
• Yang dimaksud denagan mandiri
adalah pelaksana ujian tidak
terlibat sebagai pengajar.
• Bagi peserta yang telah lulus ujian
keahlian pelaut diberikan sertifikat
keahlian pelaut.
• Bagi peserta yang telah mengikuti
pendidikan ketrampilan pelaut
diberikan sertifikat ketrampilan
pelaut.
PERLINDUNGAN KERJA PELAUT

• Setiap pelaut yang bekerja dikapal dengan


ukuran GT 35 ataulebih yang digerakkan
dengan mesin dan ukuran GT 105 atau lebih
yang tidak mempunyai tenaga penggerak
mesin harus disijil.
• Bagi pelaut yang telah disijil diberikan Buku
Pelaut yang merupakan identitas bagi Pelaut
dan berlaku sebagai dokumen perjalanan yang
akan naik kapal diluar negeri atau menuju
Indonesia bagi yang turun dari kapal diluar
negeri.
• Untuk bekerja sebagai awak kapal wajib
memenuhi persyaratan:
a. Memiliki setifikat keahlian pelaut dan /atau
sertifikat ketrampilan pelaut.
b. Berumur sekurang-kurangnya 18 tahun
c. Sehat jasmani dan rohani berdasarkan hasil
pemeriksaan kesehatan yang khusus
dilakukan untuk itu dirumah sakit yang
ditunjuk.
d. Disijil dan masih memiliki Perjanjian Kerja
Laut yang berlaku.
e. PKL harus memuat hak dan kewajiban dari
masing masing pihak.
• Hak pelaut:
• Gaji, uang lembur, uang pengganti
hari-hari libur, uang delegasi, biaya
pengangkutan dan upah saat
diakhirinya pekerjaan, pertanggungan
untuk barang-barang milik pribadi
yang dibawa dan kecelakaan pribadi
serta perlengkapan untuk musim
dingin bagi yang bekerja didaerah
yang suhunya 15 derajat Celsius atau
kurang.
• Kewajiban Pelaut:
• Melaksanakan tugas sesuai dengan
jam kerja yang ditetapkan dalam
perjanjian mentaati perintah
perusahaan dan bekerja sesuai dgn
jangka waktu perjanjian,menanggung
biaya yg timbul karena kelebihan
barang bawaan diatas batas yang
ditetapkan perusahaan
• Hak pemilik / operator:
• Mempekerjakan pelaut.
• Kewajiban pemilik/operator :
• Memenuhi semus kewajiban yang
merupakan hak-hak pelaut.
• PKL harus diketahui oleh Pejabat
Pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri
PENEMPATAN PELAUT
• Pelaut Indonesia dapat bekerja di kapal
Indonesia atau kapal asing sesuai sertifikat
keahlian atau ketrampilan yang dimilikinya.
• Penmpatan tenaga pelaut diluar negeri dpt
dilakukan oleh perusahaan pelayaran
Nasional atau perusahaan jasa penempatan
tenaga kerja pelaut yang memenuhu syarat :
• A. Berbentuk badan hukum Indonesia yang
memiliki izin usaha penempatan tenaga
kerja pelaut
• B. Memiliki tenaga ahli pelaut.
• Bagi pelaut yang bekerja dikapal asing diluar
negeri tanpa melalui prosedur diatas
berkewajiban :
• Membuat PKL sesuai ketentuan yang berlaku.
• PKL harus memuat hukum mana yang berlaku
apabila terjadi perselisihan yang menyangkut
pelaksanaan PKL.
• Melapor kepada Perwakolan Republik
Indonesia dimana pelaut tersebut bekerja.
• Bagi Pelaut yang tidak melaksanakan
kewajiban sebagaimana tersebut diatas
menanggung sendiri akibat yang timbul
apabila terjadi perselisihan yang menyangkut
pelaksanaan perjanjian kerja laut
Kesejahteraan Awak Kapal
• Jam kerja bagi awak kapal 8 jam sehari dengan
satu hari libur setiap minggu
• Perhitrungan gaji jam kerja bagi awak kapal
ditetapkan 44 jam setiap minggu.Jam kerja
melebihi ketentuan diatas dan bekerja pada hari
libur dihitung lembur,kecuali pelaksanaan tugas
darurat demi keselamatan berlayar dan
muatan,latihan-latihan di kapal,pemberian
pertlongan dalam bahaya sesuai peraturan
keselamatan pelayaran.
• Waktu istirshst paling sedikit 10 jam dalam 24
jam yang dapat dibagi 2 tetapi salah satunya
tidak boleh kurang dari 6 jam tidak terputus
kecualim dalam keadaan darurat.
• Pelaut muda yang berumur antara 16 sampai 18
tahun dipekerjakan sebagai apapun dikapal
tidak diperbolehkan:
• Bekerja lebih dari 8 jam sehari dan 40 jam
seminggu,
• Dipekerjakan pada waktu istirahat kecuali
dalam keadaan darurat.
• Upah minimum bagi awak kapal dengan jabatan
terendah ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
• Upah lembur per jam dihitung dengan
rumus:upah minimum dibagi 190 dikali 1,25.
• Hari libur yang dibayar dihitung utk setiap
bulan 4 hari kerja yang besarnya setiap hari
1/30 dari gaji bulanan/
• Setiap awak kapal berhak m endapatkan cuti
tahunan paling sedikit 20 hari setiap satu tahun
bekerja.Atas permintaan perusahaan cutitersebut
dapat diganti dengan imbalan upah sejumlah hari
cuti yang tdk dinikmatinya.
• Perusahaan wajib menyediakan makanan dan alat-
alat dalam jumlah yang cukup dan layak untuk
setiap pelayaran bagi setiap awak kapal diatas
kapal.Makanan harus memenuhi ragam serta nilai
gizi dengan jumlah minimum 3600 kalori per hari.
• Air tawar harus tetap tersedia dengan jumlah yang
cukup utk memenuhi standar kesehatan.
• Alat alat pelayanan seperti peralatan
dapur ,perlengkapan ruang makan harus tersedia
dalam jumlah yang cukup.
• Awak kapal yg habis masa kontrak kerjanya harus
dipulangkan ketempat domisilinya atau ketempat
PKL ditanda tangani.Apabila masa kontrak habis
masa berlakunya dalam pelayaran awak kapal wajib
meneruskan pelayaran sampai dipelabuhan pertama
yang disinggahi dengan mendapat imbalan upah
sejumlah hari kelebihan dari masa kontrak..
• Apabila terjadi pemutusan hubungan kerja karena
kapal musnah atau tenggelam pengusaha wajib
membayar pesangon 2 kali penghasilan bulan
terakhir dan hak lainnya sesuai peraturan yang
berlaku.
• Perusahaan wajib menanggung biaya perawatan dan
pengibatan bagi awak kapal yang sakit atau cedera
selama berada diatas kapal.
• Awak kapal yang sakit atau cedera akibat
kecelakaan sehingga tidak dapat bekerja atau harus
dirawat,perusahaan wajib membiayai perawatan dan
pengobatan juga wajib membayar gaji penuh jika
awak kapal tetap berada diatas kapal.
• Jika awak kapal harus diturunkan dari kapal utk
perawatan di darat perusahaan wajib membayar
100% gaji minimum pada bulan pertama dan
sebesar 80% dari gaji minimum setiap bulannya
sampai ybs sembuh,dengan ketentuan tidak lebih
dari 6 bulan untuk yang sakit dan 12 bulan untuk
yang cedera.Jika awak kapal diturunkan dan
dirawat diluar negeri selain biaya perawatan dan
pengobatan perusahaan juga harus menanggung
biaya pemulangan kembali ketempat domisilinya’
• Besarnya ganti rugi akibat hilangnya barang
barang awak kapal karena kapal tenggelam atau
terbakar sesuai dgn nilai barang barang yang
wajar dimilikinya.
• Jika awak kapal setelah dirawat akibat
kecelakaan kerja,menderita cacat tetap yang
mempengaruhi kemampuan kerjanya besarnya
santunan ditentukan:
• Cacat tetap yang mengakibatkan kerjanya hilang
100% besarnya santunan minimal
Rp.150.000.000,00 .
• Cacat yang mengakibatkan kemampuan kerja
berkurang,besarnya santunan ditetapkan sebesar
persentase dari jumlah diatas sebagai berikut:
• 1,kehilangan satu tangan :40%
• 2.kehilangan kedua tangan :100%
• 3.kehilangan 1 telapak tangan :30%
• 4.kehilangan kedua telapak tangan:80%
• 5.kehilangan satu kaki dari paha :40%
• 6.kehilangan kedua kaki dari paha:100%
• 7.kehilanga satu telapak kaki :30%
• 8.kehilangan kedua telapak kaki :80%
• 9.kehilangan satu mata :30%
• 10.kehilangan kedua mata :100%
• 11.kehilangan pendengaran 1 telinga :15%
• 12.kehulangan pendengaran 2 telinga :40%
• 13.kehilangan satu jari tangan :10%
• 14.kehilangan satu jari kaki :5%
• Jika awak kapal kehilangan beberapa anggota
badan sekali gus besarnya santunan
ditentukan dengan menjumlahkan prosentase
dengsn ketentusn tidsk melebihi 100%.

• Jika awak kapal meninggal dunia diatas kapal


perusahaan wajib menanggung biaya
pemulangan dan penguburan jenazahnya
ketempat yang dikehendaki keluarganya
sepanjang keadaan memungkinkan.
• Jika awak kapal meninggal dunia perusahaan
wajib membayar santunan:
• a.untuk meninggal dunia karena sakit minimal
100 juta rupiah.
• B,untuk meninggal dunia akibat kecelakaan
kerja minimal 150 juta rupiah
• Santunan diberikan kepada ahli waris sesuai
ketentuan yang berlaku.
Akomodasi Awak Kapal
• Akomodasi Awak Kapal harus memenuhi
persyaratan keamanan dankesejahteraan awak
kapal.
• Sertiap kapal harus dilengkai dengan ruang
makan baik untuk Perwira maupun rating yang
dilengkapi dengan pantri,meja dan kursi makan
yang layak.
• Setiap kapal harus dilengkapi dengan ruangan
untuk bersantai bagi awak kapal yang sedang
tidak bertugas yang cukup luas disesuaikan dgn
ukuran kapal dan jumlah awak kapal.
• Setiap kapal dgn ukuran GT3000 atau lebih harus
mempunyai ruang rekreasi yang terpisah dari
ruang makan utk Perwira dan
Rating,dilengkapidengan peralatan untuk
rekreasi.Ruang tersebut harus dilengkapi dengan
tenda untuk mencegsh sinar matahari.
• Setiap kapal harus dilengkapi dengan fasilitas
sanitasi yang cukup dan layak:
• A.kapal lebih kecil dari GT 800 minimum 3buah.
• B.kapal ukuran GR 800 keatas minimum sebanyak
4 buah.
• C.kapal ukuran GT 3000 keatas minimum 6 buah’
• Fasilitas kamar mandi dan tempat cuci:
• Kamar mandi 1 untuk setiap 8 orang.
• Tempat cuci 1 untuk setiap 8 orang awak kapal.
• Setiap kapal yang awak kapal nya 15 orang atau
lebih harus ada ruang perawatan dengan kamar
mandi dan jamban sendiri.
STANDARDS OF
TRAINING,CERTIFICATION
AND WATCHKEEPING
FOR SEAFARERS
(STCW 1978)

• AS A
GLOBAL MINIMUM
PROFFESIONAL
STANDARDS FOR SEA
FARERS.
LATAR BELAKANG
• Sejak awal IMO(d/h IMCO)berupaya
meningkatkan keselamatan kapal dan
perlengkapannya serta menaikkan standard
pelaut.Salah satu Resolusi C onfrensi
SOLAS1960 menghimbau Pemerintah agar
Diklat Pelaut selalu Up to Date.
• Governing Body (ILO) dan MSC (IMO)
membentuk Joint Commite on Training.
• Joint Committee 1964 menyiapkan Documemt of
Guidance yang memberi pedoman untuk Diklat
Nakhoda, dan Perwira dan Ratings. Documen ini
diperbaiki pada 1975,1977, dan 1985’
• Sidang IMO 1971 memutuskan untuk
mengadakan konfrensi mengenai STCW yang
dihadiri oleh 72 Negara.
• Tahun 1978 diadakan Conforensi STCW yang
menghasilkan STCW 1978
• Konfrensi menetapkan standar minimum bagi
pelaut yang sebelumnya ditetapkan masing-
masing Negara.
• Dalam perjalanannya tujuan STCW untuk
meningkatkan standar kecakapan para pelaut
secara global nampaknya tidak tercapai.
FOUR MAJOR CONCERNS
ABOUT
STCW 1978
1. Sea farers knowledge.
This was left to be determined *to the
satisfaction of the Administration*
2.Reliablility of certification
Because the provisions of the
convention were open to different
interpretation they have failed to
establish on uniform level of
competence internationally.
3. Out of Date
The Convention was written before
the present changes to the traditional
organisation of work on board ships
4. Problems
Due to the increasing use of multi
National crews with no common
language of training.
IMPLEMENTATION DATES
• 7 July 1978 STCW 1978 was signed.
• 28 April 1983 Ratified
• 28 April 1984 enter into force
• May 1991 minor revision on ChapterI,II,
IV and VI
• May 1994 minor revision on Chapter V
• 7 July 1995 Amendment 1995 was
signed.
• 1 February 1997 Enter into force.
• 1 Agustus 1998 New entrants
commencing training will be required to
do so
• Government will have to submit
documentary evidence to IMO
• 1 February 2002 All other transitional
measures will end.

• TONNAGE TRESHOLDS.
• GT 500 instead of the current 200 GRT
• GT 3000 instead of the current 1600 GRT
• The tershold of 750 Kw and 3000 kw
main propulsion machinery power will
remain unchanged.
THE AIMS OF REVISION
1. To transfer the technical
details to a code.
2. To clarify “skills and
competence” and take
account of modern training
methode.
3. To require Administrstion
to maintain direct control
over and to endorse the
qualifications of the crews
on their ships.
4. To make administration
accountable to each other
5. To have the amendments in
force as fast as possible.
Definitions

• Competence is the ability to


perform actifities within an
occupation match to the standards
expected in employment.

• The TACIT AMENDMENT


PROCEDURE state that
amendments shall be deemed to
have been accepted within two
years unless they are rejected
within a specified period by 1/3 of
the contracting Govenments whose
combined merchant fleet represent
not less than 50% of the total world
tonnage.
STCW 1995 STRUCTURE

• 17 Articles,which for legal reason


remains unchangeed
• An Annex of Regulation which contain
basic legal requirements divided into 8
Chapter ,two of these Chapters are
new,
• A new seafarers training,certification
and watchkeeping (STCW) code,which
also contain 8 chapters
• The STCW code is a lengthy document
divided into two secton:
• -Part A containing mandatory
requirements.
• -Part B containing recommendatory
guidance.
• It is possible that if required certain
recommendations in Part B could be
upgrading to Part A and become
mandatory in future
STCW CODE
• The standards of competence are
group as appropriate under 7
functions :
• 1.Navigation
• 2.Cargo handling and stowage
• 3.Controlling the operation of the ship
and care for persons on board.
• 4,Marine engineering
• 5.Electrical,electronic and control
engineering.
• 6. Maitenance and repair.
• 7. Radio communications

• Levels of Responsibility
• 1. Management level
• 2. Operational level
• 3. Supporting level
Regulation I/2
Certificares and endorsment

• Sertifikat dalam bahasa Negara yang


menerbitkan certifikat.Kalau bahasa
resminya bukan Bahasa Inggeris atau
Perancis harus ada terjemahan dalam
salah satu bahasa tsb.
• Mengenai Radio Operator boleh
ditambahkan pengetahuan mengenai
aturan tsb dan diujikan dalam pelajaran
untuk mendapatkan suatu sertfikat
kmopetensi atau boleh juga dikeluarkan
sertifikat terpisah yang menunjukkan
bahwa pemegangnya telah memperoleh
pengetahuan mengenai aturan Radio.
• Endorsement mengenai kewenangan
jabatan hanya boleh diberikan apabila
semua persyaratan telah dipenuhi.
• Endorsement boleh disatukan dengan
sertifikat dan boleh diterbitkan sebagai
dokumen terpisah.
Regulation I/4
Pengawasan
• Pengawasan oleh PSCO terbatas pada hal-hal
berikut:Memeriksa apakah semua Seafarer
yang seharusnya bersertifikat mempunyai
sertifikat yang masih berlaku atau ada
dispensasi dan ada endorsement dari Negara
Bendera atau bukti yang menunjukkan bahwa
permohonan untuk endorsment telah
diajukan dan masih dalam proses.
• Jumlah dan sertifikat dari awak kapal sama
dengan jumlah dalam Safe Manning Sertifikat.
• Assesment terhadap kemampuan dari
Seafarers hanya dilakukan apabila dijumpai
hal-hal berikut:
• 1.Kapal terlibat dalam tubrukan,grounding
atau stranding.
• 2.Telah terjadi pembuangan zat-zat selama
pelayaran,berlabuh jangkar atau sandar yang
tidak memenuhi aturan Marpol 73/78.
• 3.Kapal telah diolah gerak secara tidak aman
atau rute yang telah ditentukan tidak diikuti.
• 4.Kapal diopersikan secara tidak aman
sehingga membahaya keselamatan jiwa atau
ancaman terhadap lingkungan
Regulation 5
Peraturan Nasional
• Setiap Negara harus menetapkan
proses dan prosedur untuk investigasi
segala laporan mengenai ketidak
kompetensian,perbuatan yang bisa
mengarah kepada ancaman terhadap
keselamatan jiwa manusia,harta
benda,lingkungan yang dilakukan oleh
Pelaut yang memegang sertifikat yang
mereka keluarkan
• Setiap negara harus menetapkan
sanksi atau tindakan disiplin terhadap
Pelaut mereka ,taerutama terhadap
Perusahaan atau Nakhoda yang
mempekerjalan orang yang tidak
mempunyai sertifikat atau Nakhoda
yang telah mangijinkan suatu jabatan
yang seharusnya memiliki sertikat tapi
dijabat oleh orang yang tidak
bersertifkat,seseorang yang telah
menggunakan ijazah palsu.
Regulation I/6
Training and assessment
• Setiap Negara harus menjamin
• 1) training dan assessment dari pelaut harus
diadministrasikan,diawasi dan dimonitor sesuai
dengan ketentuan Section A-I/6 dari STCW Code.
• 2)Pihak pihak yang bertanggung jawab dalam
pendidikan dan pengujian harus betul betul
berkwalitas sesuai ketentuan Section A I/6 dari
STCW Code.
• Section A I/6 STCW code:
• Training and assessment:
• All training and assessment shall:
• a) Strucured in accordance with written
programs,including such methods and media of
delivery,procedures and course material as are
nacessary to achieve the prescribe standard of
competence;
• b)Conducted,monitored,evaluated and
supported by persons qualified.
• Each paty shall ensure that
instructors,supervisors and assessors are
appropriately qualified for particular types and
level of training and assessment of competence
seafarers
REGULATION I/8
Setiap Negara harus menjamin:
1.Setiapkegiatan pendidikan,assessment
untuk
kompetensi,persertifikatan,endorseme
nt revalidation yang dilaksanakan oleh
Badan non Pemerintah harus selalu
dimonitor melalui suatu standard
sistim untuk menjamin pencapaian
tujuan yang ditentukan termasuk yang
menyangkut kwalifikasi dan
pengalaman dari instruktur dan
assessor.
2.Bila dilaksanakan oleh Badan
Pemerintah harus mempunyai quqlity
standard system
3.Evaluasi secara peruodik dilaksanakan
oleh quqlified person yang tidak
terlibat dalam kegiatan tersebut.
4
REGULATION I/10
• Sebelum mengadakan
Memorandum of undertaking
setiap Negara harus menjamin
bawa denga segala cara dapat
ditemouh untuk menjamin bahwa
semua pesyaratan dari Konvensi
ini telah dipenuhi termasuk
periksaan dari fasilitas,prosedur
dalam
pendidikan,assessment,penbitan
sertifikat serta sistim recornya
sesuai dengan ketentuan.
• Seafarers yang menduduki
jabatan sebagai Management
Level harus mengetahui dengan
cukup Undang-undang Maaaritim
dari Negara tersebut
REGULATION I/14
• Setiap Negara harus menentukan
Tanggung jawab Perusahaan sebagai
berikut:
• 1.Setiap Pelaut yang ditempatkan
dikapal harus memiliki sertifikat
sesuai persaratan.
• 2.Setiap kapal harus diawaki sesuai
Safe Manning Certifikat
• 3.Semua data dokumen dari Pelaut
harus dipelihara dikantor dan dapat
diperoleh dengan cepat bila
diperlukan.
• 4.Semua Pelaut yang naik dikapal
harus familiar dengan tugasnya
masing,dengan tata susunan dan
perlengkapan serta prosedur seseai
masing-masing kapal-
• 5.Semua awak kapal harus mampu
berkoordianasi dengan effektif dalam
situasi darurat.
CHAPTER II
Master and Deck Dept.
• Regulation II/1.Persaratan minimum untuk
kandidat sertifikat 00W kapal GT 500 atau
lebih:
• A)memiliki sertifikat.
• B)berumur tiadak kurang dari 18 tahun.
• C)mempunyai approved Seagoing service
tidak kurang dari 1 tahun yang merupakan
bagian dari sistim pendidikan yang dibuktikan
dengan Training Record Book.
• D).Telah lulus pendidikan sesuai standar
• Regulatio II/2.Persaratan kandidat pemegang
sertifikat Master dan chief mate.:
• a) Memiliki Sertifikat OOW
• b)Mamiliki pengalaman berlayar 1 t1hun untuk
Caalon C/O,dan tiga tahun untuk Master.
• c) telah lulus pendidikan dan latihan sesuai
standar.Regulatuon II/3 Persaratan untuk
calon pemegang sertifikat OOW dikapal
kurang dari GT 500.
CHAPTER III

Engine Departement .
• Regulation III/1 Persyaratan minimum
untuk Enginer on Watch dikapal
dengan mesin 750 kW atau lebih.
• a)berumur tidak kurang dari 18 tahun
• b)telah menyelesaikan seagoing
servive di bagian mesin selama 6
bulan.
• c)telah lulus pendidikan sesuai standar
yang ditentukan
• Regulation III/2Persyaratan minimum
untuk kandidat C/E dan 2/E dikapal
3000 kW atau lebih.
• Regulation III/3 persyratan minimum
untuk C/E dan 2/E kapal 750 sampai
3000 kW
• Regulation III/4 Persyaratan minimum
untuk Engine Ratings.
CHAPTER IV
Radiocommunicatio and
radio personnel

• Setiap orang yang


melaksanakan tugas Radio
yang terlibat dalam GMDSS
harus mempunyai sertifikat
yang berhubungan dengan
GMDSS yang diterbitkan
oleh Pemerintah atau oleh
badan yang diakui
Pemerintah.
CHAPTER V
Special training requirements for
personnel on certain types of ships
• Regulation V/1.
• Safety Tanker.
• A.Setiap Perwira dan Ratings yang mempunyai
tugas dan tanggung jawab berhubungan dengan
muatan atau peralatan muatan dikapal tanker
harus telah mengikuti training didarat mengenai
fire fighting sebagai tambahan dari BST dan :
• a)sekurang kurangnya mempunyai pengalaman
dikapal tanker selama 3 bulan atau
• b)mengikuti pendidikan mengenai tanker
familirization sesuai sylabus A VI/1 STCW Code.
• B. Nakhoda,C/E,C/O,2/E dan setiap orang yang
bertanggung jawab dalam pemuatan dan
pembongkaran sebagai tambahan terhadap
persyaratan diatas harusa;
• Mempunyai pengalaman yang berhubungan
dengan tugasnya pada tanker type tersebut atau
• Menyelesaikan pendidikan khusus sesuai type
kapalnya.
• Regulation V/2
• Persyaratan minimum untuk training
dan kwalifikasi dari
Nakhoda,Perwira,Ratings dan
personnel lain dikapal penumpang Ro-
ro.
• Nakhoda,Perwira atau Ratings yang
bertugas dikapal penumpang Ro-ro
harus mengikuti Training :
• Crowd management training
• Familirization training
• Safety training for personnel providing
direct service to passenger in
passenger space
• Passenger safety,cargo safety and hull
integrity training
• Crisis management and human
behaviour training
CHAPTRER VI
Emergency,occupational
safety,medical care and survival
functions
• Regulation VI/1 Familiarization and
basic safety training
• Regulation VI/2 Proficiency in
survival craft and rescue boats other
than fast rescue boats training.
• Proficiency in fast rescue boats
training
• Regulation VI/3.Advance fire fighting
for seafarers designater to control
fire fighting.
• Regulatio VI/4
• Medical first aid training for Officers
• Medical Care training for sea farers
take charge of medical care.
CHAPTER VII
Alter native certificates.

CHAPTER VIII
Watch keeping
Regulation VIII/1 fitness for duty
All seafarers assigned duty as duty
officer or as rating forming part of a
watch shall be provided a minimum of
10 hours rest in 24 hours.The hours of
rest may be dvided into no more than
two periods one of which at least 6
hours.
Regulation VIII/2 Watch keeping
arrangements and principles tobe
0bserved.
The master of every ship to ensure that
watchkeeping arrangements are
adequate for mantaining a safe watch
or watches.
SEAFARARS CERTIFICATION
STCW 1995 Certtificates ofProficiency Appl. to

A-II/1.2 Radar Simulator & ARPA OOW

B-IV/29-36 General Operator Cert.GMDS OOW


B-IV/37-44 Restric. Operator Cert.GMDS OOW
A-V/1 1-7 Tanker Familiarization Master,
8-14 Oil Tanker Officers and
15-21 Chemical Tanker Ratings
22-34 Liquefied Gas Tanker

A V/2 Ro-Ro Passenger Master,


-1 Crowd Mgt. Training Officers and
-2 Familuiarization Training Ratings
-3 Safety training for Person
nel Providing service to Pas.
-4 Pass,&Cargo Safety and Hull
Integrity
Training.
-5 Crisis Mgt. & Human
Behaviour Training.
A V/3
Pass.Ships other than Ro-Ro
A VI/1 -1 Familiarization Training Not for crew
-2 Basic Safety Training Master
A VI/2 -1 PSCRB Training Officers and
-2 Fast Sc rb Training Ratings
Advance Fire Fighting Key Personnel
SEAFARERS IDENTITY DOCUMENTS
CONVENTION(SID CONVENTION)

• Definition:
Sea farer means any person who is
employed or is engaged or works in any
capacity on board a vessel,other than a
ship of war,ordinarily engaged in maritime
navigation.

Penerbitan SID
1.Setiap Negara yang telah mengakui
konvensi ini harus menerbitkan kepada
setiap Pelaut berkebangsaannya yang
mengajukan permohonan sebuah
2.Seafarer identity Docoment yang
memenuhi persyaratan sesuai konvensi
ini.
3.Penerbitan SID boleh sesuai dengan
persyaratan yang diatur olrh undang-
undang dan peraturan untuk menerbitkan
dokumen perjalanan.
4.Setiap Negara harus menjamin bahwa
SID diterbitkan tanpa keterlambatan dan
Pelaut boleh mengajukan appeal dalam
hal permohonannya ditolak.
ISI DAN BENTUK SID
• SID harus didisain dalam bentuk yang sederhana
dibuat dari bahan yang tahan lama dengan
pertimbangan khusus dengan kondisi dilaut dan
dapat dibaca dengan mesin.
• Material yang digunakan harus:
Mencegah pemalsuan terhadap dokumen dan
memungkinka mudah diketahui kalau adan
perubahan.
Secara umum mudah diakses ke pemerintah yang
mengeluarkan untuk tujuan mengecek
kebenarannya.
• SID tidak boleh lebih besar dari pasport yang
normal.
• SID harus berisi Nama Pejabat yang menerbitkan
yang dapat dihubungi denan cepat,tanggal dan
tempat penerbitan dan diikut statemen yang
berikut:
a)This document is a seafarers’ idntity
document for the purpose of the Seafarers’
Identity Documents Convention (Revised),2003,of
the International Labour Organization,and
b)This document is a stand alone document and
not a passport.
• Masa berlaku SID ditentukan sesuai dengan
undang-undang dan peraturan dari Negara yang
menerbitkan dan tidak boleh lebih dari 10 tahun
yang harus diperbarui pada 5 tahun pertama
• Mempunyai pengaman yang terdiri dari:
Watermarks,utraviolet security features,special
inks,special colour design,perforated
images,holograms,laser engraving,micro-
printing snd heat-sealed lamination.
• Data yang dimasukkan:
I. Pejabat yang menerbitkan
II.Telephone numbers,email dan web site dari
pejabat tsb.
III.Tanggal dan tempat pengeluaran.
---Foto digital atau original---
a) Nama lengkap pemegang
b) Sex
c) Tangal dan tempat lahir.
d)Nationality
e) Tanda fisik khusus pemegang yang dapat
membantu pengenalan
f) Tanda tangan
g) Date of expire
h) Type or designation of document
i) Unic document number
j) Personal identification number(optional)
k)Biometric template berdasarkan sidik jari
sebagai bebentuk kode-kode angka sesuai
standar
l) Zona dari mesin pembaca sesuai specifikasi
ICAO.
IV . Official seal atau stempel dari Peajabat yang
mengeluarkan.
National electronic data base
1. Setiap Negara harus menjamin bahwa record
dari setiap SID yang diterbitkan,ditangguhkan
tau ditarik disimpan dalam suatu database
electronic.Suatu tindakan khusus harus diambil
untuk mengamankan database dari gangguan
atau diakses oleh ayng tidak berwenang.
2. Informasi yang disimpan terbatas mengenai
data-data untuk memeriksa SID atau status dari
serang pelaut yang merupakan data pribadi dari
pelaut.
3. Setiap Negara harus menetapkan prosedur
yang memungkinkan setiap yang mempunyai
SID untuk mengecek keabsahan data yang
disimpan dalam database.
4. Setiap Negara harus menetapkan suatu alamat
yang bisa menjawab pertanyaan dari fihak
Imigrasi atau pejabat dari Negara lain yang telah
menjadi anggota Konvensi sehubungan dengan
autentik dan keabsahan SID yang mereka
terbitkan
5. Data yang disimpan dalam database harus
tersedia setiap saat apabila diminta oleh
Imigrasi baik secara mesin atau melalui
pertanyaan ke elamat yang telah ditentukan.
6. Untu kepentingan pengamanan pembatasan
harus ditetapkan sehingga tidak ada data atau
fgoto yang bisa dirubah
7. Setiap Negara harus menjamin bahwa data
dalam database tidak digunakan selaindari utuk
menguji keabsahan SID.
QUALITY CONTROL DAN EVALUASI
• Persyaratan minimum sehubungan dengan
proses prosedur untu penerbitan SID:
Bagian A Prosrddur yang harus diiklut oleh
setiap Negara dam menerbitka SID.
1.Pembuatan dan penyerahan SID.:
a)Semua blanko harus seragam dan sesuai
spesifikasi yang telah ditentukan.
b)Material yang digunakan harus diproteksi dan
dikontrol
c)Blanko SID diproteksi,dikontrol,diidentifikasi
dan diikuti selama pembuatan dan
pengangkutan
d)Pengangkutan blanko dari pembuat ke
Pelabat yang mengeluarkan harus selalu
aman.
2.Pengawasan,penyerahan dan penghitungan
blanko dan SIDyang telah komplit:
a)Pengawasan dan penyerahan blanko
ataupun SID diawasi oleh pejabat yang
menerbitkan.
b)Blanko,SID yangbtelah jadi atau yang
batal,termasuk yang digunakan untuk contoh
harus selalu dproteksi,dikontrol,ditandai dan
diikuti.
c)Personil yang terlibat dalam proses harus
benar-benar dapat dipercaya,jujur dan loyal
serta telah mengikuti training untuk tugasnya.
d)Harus diciptakan divisi yang bertanggung
jawab untuk mencegah dikeluarkannya DID
yang tidak sesuai prosedur.
• 3.Proses Permohonan,penundaan,atau
pencabutan SID
Proses dan prosedur untuk
pengeluara,pembaruan harus dibuat seseuai
prtunjuk yang diyentukan oleh Konvensi:
a)Permohonan disertai informasi yang lengkap
sesuai Annex I.
b)Bukti dari tanda pengenal dari pemohon
harus sesuai dengan aturan Negara.
c)Bukti kewarga Negaraan.
d)Bukti bahwa pemohon adalah seorang Pelaut.
e)Jaminan bahwa seorang Pelaut tidak
memegang lebih dari satu SID
d)Pemeriksaan bahwa pemohon tidak
merupakan ancaman terhadap keamanan.
4.Pengamanan terhadap database
Proses dan prosesdur harus dibuat untuk
pengamanan pengoperasian.pemeliharaan dar
database.
5.Quality control prosedur dan pengawasa
berkala harus di disain termasuk proses
monitoring un tuk mejamin performance
standar yang telah ditentukan.
Bagian B.Recomended procedure practices.
Konvensi telah memberikan rekomendasi
bagaimana prosedur dan proses yang dapat
ditempuh dalam pengamanan terhadap
penerbitan SID.
Facilitatation of shore leave and transit
and transfer of Seafarers
• Setiap Pelaut yang memegang SID yang
dikeluarkan berdasarkan Konvensi ini akan
diakui sebagai Pelaut kecuali bukti nyata
(clear ground) untuk meragukan keabsahan
SIDnya
• Pemeriksaan atau penyelidikan dan formalitas
yang diperlukan terhadap pemegang SID tidak
membebankan biaya kepada Pelaut
Shore leave
Pemerikasaan termasuk pertanyaan dan
formalitas harus dilaksanakan sependek
mungkin
dengan cara memberikan pemberitahuan
terlebih dahulu mengenai kedatangan Pelaut.
Ijin pesiar bagi pemegang SID tidak
memerlukan Visa kecuali Negara tsb
ketentuan Imigrasi dari tsb masih menntukan
lain.
Transfer dan transit
setiaop Negara harus mengijinkan pelaut yang
memegang SID dan pasport memasuki
teritorialnya untuk krperluan naik kekapal atau
transfer kekapal lain,melewati Negaranya
untuk naik kapal diNegara lain
CONTINOUS POSSESION AND
WITHDRAWAL
• SID harus selalu bearada pada Pelaut kecuali
apabila disimpan oleh Nakhoda supaya
aman,dengan persetujuan dari Pealut.
• SID harus ditarik oleh Pejabat yang mengeluarkan
jika pemegangnya tidak memenuhi persyaratan
sesuai Konvensi ini.

FINALVISIONS
• This convention shall come into force six months
after the date on which the ratifications of two
Members have been registererd with the Director
General.
• There after,this Convention shall come into force
for any Member six months after the date on
which its ratification has been registered.
• The Convention was ratified by 3 countries.
Country Ratification Status
Date
France 27.04.2004 Ratified
Jordan 09.08.2004 Ratified
Nigeria 19.08.2004 Ratified

You might also like