Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 77

PENGANTAR

MANAJEMEN MUTU

2019
STIKES PERTAMEDIKA
CURRICULUM VITAE

dr. Dewi Lestari, MPH, MKes

Jl. Niaga Raya AA 24, Kemang Pratama I


Bekasi - 17116
Mobile : 0811 1956 17
Email : dewi_rspj@yahoo.com
Place & Date of Birth : Jakarta, August 17, 1956
Gender : Female
Marital status : Married, 2 daughters
Education
1981 Medical Doctor, School of Medicine, University of Indonesia, Jakarta
1992 Master of Public Health, School of Hygiene and Public Health, Johns
Hopkins University, Baltimore, USA
2000 Master of Hospital Management, School of Medicine, Gadjah Mada
University, Yogyakarta
Job Experiences
2006- August Operational & Managed Care Vice President PT. Pertamina Bina Medika
2012 (retired) (PBM); Structuring, coordinating & supervising operational processes in 8
hospitals of PBM. Initiating quality assessment in the hospitals such as
ISO, Akreditasi KARS, JCI. Developing and supervising managed care
division.
2001 – August, Director of Pertamina Jaya Hospital, Pertamina Bina Medika, Jakarta, (69
2006 beds, 300 personnels).
1995 – 2001 Head of Pertamina Hospital, Pertamina, Plaju, (100 beds, 210 personnels)

1992 - 1994 Head of Public Health Section, Pertamina Hospital, Plaju (Pertamina’s
Refinery Unit)
1984 - 1992 Head of Public Health Section, Pertamina Hospital, Prabumulih
(Pertamina’s Exploration & Production Field)
1982 - 1984 Corporate physician for the employee and family at Pertamina Hospital,
Plaju
Others Visiting Lecturer at Hassanuddin University, Muhammadiyah University
Jakarta, Indo Nusa Esa Unggul University (Hospital Management, Health
Care Information System, Marketing in Health Care), STIKES
PERTAMEDIKA

Business Process Consultant for Health Information System


TOPIK PEMBAHASAN

1. Defi nisi Manajemen Mutu


2. Rasionalisasi Manajemen Mutu
3. Sejarah Manajemen Mutu
4. Tahapan Manajemen Kualitas
5. Model Manajemen Mutu
6. Prinsip Mutu
7. Standar-standar Mutu
A. DEFINISI MANAJEMEN MUTU

1. Mutu
2. Pengendalian Mutu / Quality
Control
3. Penjaminan Mutu /Quality
Assurance
4. Manajemen Mutu
5. Sistem Manajemen Mutu
1. MUTU / QUALITY

-TAHU ….TAPI TAK DAPAT


MENJELASKAN

-LATIN …. QUALIS : bagaimana


sesuatu itu apa adanya

-Mutu bukan suatu angka, tetapi lebih


bersifat persepsi positif
6
MUTU, CROSBY (1979)

“ Conformance to requirement “
Suatu produk memiliki Kualitas apabila
sesuaiyang disyaratkan
Atau yang distandarkan
(meliputi bahan baku,proses produksi&
bahan jadi)
MUTU, DEMING(1982)

Kesesuaian dengan kebutuhan pasar


atau konsumen
MUTU, FEIGENBAUM (1986)

Full Customer Statisfaction


KEPUASAN PELANGGAN
SEPENUHNYA
MUTU, JURAN (1988)

“ Fitness for purpose or use”

Kecocokan penggunaan produk


(fitness for use ) untuk memenuhi
kebutuhan& kepuasan pelanggan
MUTU, (ISO 8402, 1986) QUALITY
VOCABULARY : PART 1, INTERNATIONAL TERM

“ The totality of feature and characteristics


of a product or service that bear on its
ability to satisfy stated or implied need”
(keseluruhan karakteristik dan feature dari
suatu produk atau jasa yang melekat pada
kemampuannya untuk memuaskan
kebutuhan)
MUTU, GARVIN & DAVIS (1994)

Kondisi yang dinamis yang berhubungan


dengan produk,manusia/tenagakerja,
proses& tugas serta lingkungan yang
memenuhi atau melebihi harapan
konsumen
PENGERTIAN MUTU

Menurut Philip B. Crosby (1986), yang


dimaksud dengan mutu adalah derajat
kemampuan suatu produk atau jasa untuk
memenuhi kepuasan pemakai dan penghasilnya.
 Mutu adalah suatu produk atau jasa yang
memenuhi syarat atau keinginan pelanggan ,
dimana pelanggan dapat menggunakan atau
menikmati produk atau jasa tersebut dengan
sangat puas dan ia menjadi pelanggan tetap.
PERSEPSI TENTANG MUTU

PEMBERI
LAYANAN

PERSEPSI
TENTANG
MUTU

PENERIMA PENGELOLA
LAYANAN LAYANAN
MUTU, PERSEPSI PEMBERI LAYANAN

Memberikan layanan sesuai norma yg


ditetapkan
Melakukan hal yang benar
Melakukan dengan cara yang benar
Melakukan hal yang benar sejak awal
Melaksanakan tepat waktu tanpa biaya yg
berlebih
Kepuasan terHadap hasil akhir
Membantu peningkatan keterampilan, efi siensi
dan pengalaman
MUTU, PERSEPSI PENERIMA LAYANAN

Aksesibilitas
Dapat diupayakan
Perhati an cepat
Waktu tunggu singkat
Menerima pelayanan yang tepat sebagaimana
yg biasa didapat
Merasa puas bahwa kebutuhannya terpenuhi
Cepat sembuh sehingga dapat segera bekerja
Diobati dengan integritas, hormat dan dihargai
MUTU, PERSEPSI PENGELOLA

 Keadilan sosial
 Menggunakan sumber daya secara efektif
 Pelayanan /perawatan yang terstandarisasi
 Hemat biaya
 Kepuasan pihak provider dan penerima
layanan
 Hasil yang menggairahkan
 Sisa laba yang baik
PERSEPSI TENTANG MUTU

PEMBERI
LAYANAN

PERSEPSI
TENTANG
MUTU

PENERIMA PENGELOLA
LAYANAN LAYANAN
2. PENGENDALIAN MUTU/QUALITY CONTROL

QC: Usaha untuk menjaga dan mempertahankan kualitas


produk agar sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan
berdasarkan kebijakan puncak manajemen
Quality control menekankan pada akti vitas dan teknik
operasional yang digunakan untuk memenuhi persyaratan
mutu.
Proses QC meliputi berbagai kegiatan yang memasti kan
produk berkualitas ti nggi. Fokus pada mengidenti fi kasi
kekurangan/defek yang terjadi pada produk yang telah
dihasilkan.
Fungsi QC dimulai segera setelah pekerjaan dimulai.
Merupakan pendekatan reakti f yang dapat membantu kita
menemukan kegagalan/kekurangan pada produk yang akan
diberikan.
3. PENJAMINAN MUTU/QUALITY ASSURANCE

QA: Seluruh perencanaan dan kegiatan sistemati s yang


memasti kan bahwa barang atau jasa memenuhi persyaratan
mutu
Merupakan pendekatan berbasis proses dengan tujuan
utama untuk mencegah produk yang rusak/ti dak sempurna
dengan pengarah pada proses perencanaan untuk mencegah
: mengerjakan kembali/rework yg berbiaya ti nggi.
Merupakan proses proakti f yg dimulai begitu proyek
dimulai untuk mengetahui persyaratan dan harapan yg
sudah maupun belum dikenalin, kemudian
mengembangkanrencana utk memenuhi persyaratan dan
harapan.
Contohnya adalah audit mutu, training, menguraikan
proses, memilih perlataan, dan lainnya.
4. MANAJEMEN MUTU

Filsafat dan budaya organisasi yang


menekankan kepada upaya menciptakan
mutu yang konstan melalui setiap aspek
dalam kegiatan organisasi
5. SISTEM MANAJEMEN MUTU

Sistem yang digunakan untuk menetapkan


kebijakan oleh manajemen puncak
berkaitan dengan arah organisasinya di
bidang mutu dan sasaran mutu
Suatu QMS merupakan sistem yang
terstandar dan terdokumentasi untuk
menghasilkan produk/jasa yang bermutu
secara efisien.
KEUNTUNGAN PENERAPAN QMS

 Perbaikan yang berkelanjutan


 Paradigma dasar adalah : “plan, do, check, act”
 Keuntungan utama dalam menerapkan QMS adalah kemampuan
untuk mengenali dan membuat mitigasi kemungkinan kegagalan
sedini mungkin, dengan biaya yg jauh lebih murah bila
dibandingkan cacat setelah sampai padapelanggan.
 Mengembangkan usaha secara lebih efi sien karena mutu
merupakan pembeda yang kompeti ti f di era kini.
 QMS yang baik akan menghasilkan penggunaan sumberdaya yang
efekti f, konsistensi dan terpercaya, yang mana hal itu semua bila
berjalan utuh akan menghasilkan perbaikan berkelanjutan.
2. RASIONALISASI
MANAJEMEN MUTU
MENGAPA MUTU??
Kemajuan sektor kesehatan yang sangat cepat
Perkembangan teknologi diagnosti k dan operasi yang
sangat cepat
Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang
kesehatan  Kompeti si pasar yang ketat
Membaiknya teknologi komunikasi dan peran media
Layanan ditujukan untuk mengatasi rasa sakit,
kesakitan dan penyakit  layanan perlu berfokus
pada pasien dan individual
Layanan diberikan oleh tim yang terdiri
dari mulai dari petugas yang sangat
terlatih sampai tak terlatih
Fungsi tim multisentrik dan mempunyai
banyak aspek
Tujuan akhir adalah pelayanan pasien yang
baik sehingga tercapai kepuasan  hanya
satu jawaban yaitu diterapkannya sistem
manajemen mutu yang dirancang secara
baik
Bersama dengan harapan pelanggan yang semakin
meningkat, pelayanan pada pasien semakin menjadi
kompleks, dan sumber daya semakin terbatas, rumah
sakit melihat bahwa pendekatan tradisional dalam
menjaga mutu ti daklah cukup.
Semakin lama rumahsakit yakin bahwa untuk
meningkatkan mutu memerlukan konsensus dari
seluruh anggota rumahsakit tentang arti dari mutu,
siapa yang bertanggung jawab, dan bagaimana antar
rumahsakit dapat saling berkomunikasi tentang isu-isu
mutu.
ISU KUNCI

1. Kompetisi
2. Mutu dan biaya
3. System synergy
KOMPETISI

 Kompetisi tariff dan upaya berbasis financial untuk


membatasi pengeluaran (seperti diskon untuk
asuransi, system pembayaran praupaya dan paket
managed care lainnya) telah membawa institusi
untuk memberikan tariff yang realistis dan relative
sama.
 Pada akhirnya kompetisi di masa depan adalah
berdasarkan keunggulan dalam mutu layanan. Baik
mutu hasil klinis (‘content’) dan mutu pelayanan
pada pelanggan (‘delivery’) menjadi sangat penting.
MUTU DAN BIAYA

 Berbagai peneliti an memisahkan secara nyata dua daerah


utama : sampah mutu dan produkti vitas – dimana pelayanan
kesehatan yang bermutu ti nggi dapat mengarah pada biaya
yang lebih rendah.
 Upaya untuk mencapai mutu ti nggi akan memberikan system
yang rasional bagi penghematan biaya.
THE COST OF QUALITY

Sering digunakan, tetapi sering juga disalah arti kan


Bukan berapa besar harga untuk menciptakan
produk/jasa berkualitas, tetapi biaya sebagai akibat
kita ti dak menciptakan produk/jasa yang bermutu.
Seti ap kali pekerjaan harus diulangi, biaya mutu akan
meningat.
Secara singkat, biaya mutu dapat diarti kan sebagai
segala macam biaya yang seharusnya ti dak
dikeluarkan apabila mutu produk/jasa sempurna.
SYSTEM SYNERGY

 Dengan semakin meningkatnya tekanan biaya eksternal,


komponen utama dari system pelayanan kesehatan –
dokter, rumah sakit dan asuransi/penanggung biaya –
mengejar tujuan yang saling berseberangan dengan
frekuensi yang semakin meningkat.
 Hal ini meningkatkan friksi di dalam industry dan
mengurangi kemampuan untuk menangani masalah-
masalah serius. Tampak bahwa institusi pelayanan
kesehatan masih banyak mengeluarkan energy untuk
mengelola konflik internal ini.
Mutu dapat menjadi PARADIGMA BERSAMA.

Outcome dari pelayanan yang bermutu :


 menujukan kebutuhan utama dari setiap
kelompok,
 menstabilkan hubungan di antara pemberi
layanan, praktisi dan penyandang dana,
 memungkinkan system layanan untuk secara
efektif mengelola lingkungan yang telah menjadi
sangat sulit.
HEALTHCARE QUALITY – KEEP IT PATIENT
FOCUSED

Doing the right thing,


the right way,
at the right ti me,
in the right amount,
for the right pati ent
that does not result
in harm to the pati ent

Mengerjakan sesuatu yang benar, dengan cara yang benar, waktu


yang tepat, jumlah yang tepat, untuk pasien yang benar, sehingga
tidak menimbulkan cedera pada pasien
3. SEJARAH MANAJEMEN
MUTU
The very first
requirement in a
hospital is that it
should do the
sick no harm
•Ellias Whitney memperkenalkan pengendalian mutu
pada awal abad 19, dalam bentuk pengecekan barang
yang akan dikirim ke pelanggan dengan cara
memisahkan barang cacat agar konsumen merasa
puas.

•Pendekatan ini disebut sebagai pengendalian mutu


tradisional.
Tahun 1924, Dr. Walter Shewhart
memperkenalkan bagan kendali kontrol (control
chart) yang bermanfaat untuk mengetahui
apakah mutu produk yang dihasilkan berada
pada batas yang dikehendaki, sehinggai inspeksi
dilakukan hanya pada sampel barang dan dapat
mengurangi biaya. Fungsi pengendalian mutu ini
mulai dikembangkan dalam berbagai perusahaan.
Pada tahun 1950, Dr. W. Edward
Deming memperkenalkan
konsep pengendalian mutu
menyeluruh dalam perusahaan.
Deming menekankan
penti ngnya stati sti c control
dalam proses produksi dan
perbaikan mutu produksi.
Deming memberikan kontribusi
dengan teori “14 Buti r Kunci
Untuk Manajemen”
 Deming dan Schewart mengembangkan
konsep siklus PDCA (plan – do – check -
acti on)
.
 Plan meliputi identi fi kasi masalah,
memperoleh data, dan mengembangkan
rekomendasi.
 Do meliputi penerapan solusi berbagai
percobaan.
 Check berupa pengamatan setelah
penerapan untuk memasti kan apakah hasil
yang diperoleh sesuai rencana.
 Act melibatkan kegiatan perubahan
permanen jika hasilnya efekti f bagi
peningkatan atau kembali pada kondisi
sebelumnya jika penerapannya bermasalah.
Pada tahun 1961, Dr. AV
Feigenbaum
memperkenalkan konsep
make it right at the first
time.
Konsep ini akan berkembang
dan menjadi salah satu dasar
Total Quality
Management(TQM).
Pada tahun 1967, Dr. Kaoru Ishikawa
memperkenalkan diagram sebab akibat
yang merupakan teknik skematis yang
digunakan untuk menemukan lokasi yang
mungkin pada permasalahan kualitas.
Diagram Ishikawa merupakan salah satu
alat dalam “7tools”
Pada tahun 1979, Phillips B. Crosby
menekankan penti ngnya pimpinan
puncak untuk menciptakan iklim kerja yang
nyaman dan meyakinkan bahwa mutu
adalah misi pokok yang harus dicapai oleh
organisasi. Dan bahwa karyawan di semua
ti ngkatan dapat dimoti vasi untuk mengejar
peningkatan tetapi moti vasi tersebut ti dak
akan berhasil kecuali disediakan alat untuk
meningkatkannya.
Pada tahun 1980, Dr. Genichi Taguchi
memperkenalkan model Taguchi: konsep robust
design (disain yang sempurna) dan fungsi
kehilangan dalam mutu.
Konsep robust design menyebutkan bahwa produk
harus dirancang untuk meningkatkan kinerja
dengan meminimalkan efek dari penyebab variasi
tanpa menghilangkan penyebabnya.
Fungsi Kehilangan mutu menyatakan bahwa seti ap
produk harus memenuhi spesifi kasi yang telah
ditetapkan, seti ap penyimpangan dalam target
merupakan kehilangan.
4. TAHAPAN MANAJEMEN
KUALITAS
Bertujuan utk peningkatan berkelanjutan
Melibatkan pemasok dan pelanggan
Melibatkan kesleuruhan operasional
Pengukruan kinerja
Kerja tim
Keterlibatan Karyawan

Penilaian pihak ketiga


Audit kesisteman
Perencanaan mutu advanced
Panduan mutu yang komprehensif
Penggunaan biaya mutu
Keterlibatan kegiatan non-produksi
Analisis modus kegagalan dan akibatnya
Pengendalian proses menggunalkan statistik

Mengembangkan panduan mutu


Data kinerja proses
Pemeriksaan mandiri
Pengetesan produk
Perencanaan mutu dasar
Penggunaan sttistik dasar
Pengendalian pekerjaan tulis menulis

Pengorbanan
Seleksi dan pengelompokan
Aksi perbaikan
Mengidentifikasi sumber kelemahan-
kelemahan
TAHAP INSPEKSI

Pengorbanan
Seleksi dan pengelompokan
Aksi perbaikan
Mengidentifikasi sumber kelemahan-
kelemahan
TAHAP QUALITY CONTROL
Mengembangkan panduan mutu
Data kinerja proses
Pemeriksaan mandiri
Pengetesan produk
Perencanaan mutu dasar
Penggunaan sttistik dasar
Pengendalian pekerjaan tulis
menulis
TAHAP QUALITY ASSURANCE

•Penilaian pihak ketiga


•Audit kesisteman
•Perencanaan mutu advanced
•Panduan mutu yang komprehensif
•Penggunaan biaya mutu
•Keterlibatan kegiatan non-produksi
•Analisis modus kegagalan dan akibatnya
•Pengendalian proses menggunakan
statistik
TAHAP TOTAL QUALITY MANAGEMENT

Bertujuan utk peningkatan


berkelanjutan
Melibatkan pemasok dan pelanggan
Melibatkan keseluruhan operasional
Pengukuran kinerja
Kerja tim
Keterlibatan Karyawan
5. MODEL MANAJEMEN MUTU
Model manajemen mutu adalah kerangka
konseptual yang mendeskripsikan dan
melukiskan prosedur yang sistemati k dalam
mengorganisasikan pengalaman pengelolaan
perencanaandan proses pelaksanaan pendidikan
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan
dalam meningkatkan mutu
 W. Edward Deming,
 Philip B. Crosby,
 Joseph M. Juran.
DEMING: terdapat empatbelas poin penti ng yang dapat
membawa/membantu manager mencapai perbaikan
dalam kualitas

1) Rumuskan dan umumkan kepada semua staf, maksud dan


tujuan lembaga/organisasi/sekolah
2) Mempelajari dan melaksanakan fi losofi baru, baik oleh
pemimpin maupun staf
3) Memahami tujuan inspeksi, yaitu untuk memperbaiki
proses dan menekan biaya
4) Mengakhiri prakti k kegiatan yang menggunakan
penghargaan berdasarkan angka/uang saja
5) Memperbaiki secara konstan dan terus-menerus, kapan
pun terhadap sistem dan layanan
6) Membudayakan dan melembagakan pendidikan dan
pelati han
7) Mengajarkan danmelembagakan kepemimpinan
8) Menjauhkan rasa ketakukan, ciptakan kepercayaan diri dan
iklim yang mendukung inovasi
9) Mengopti malkan tujuan lembaga, teamwork, dan kelompok
10) Menghilangkan tekanan-tekanan yang menghambat
perkembangan pegawai
11) Menghilangkan kuota berdasarkan angka-angka, tetapi secara
konti nu melembagakan perbaikan (remedial)
12) Menghilangkan hambatan yang membuat pegawai ti dak merasa
bangga akan tugasnya.
13) Mendukung pendidikan dan peningkatan prestasi seti ap orang
14) Melaksanakan ti ndakan/kegiatan untuk mencapai tujuan atau
sasaran.
PHILIP B. CROSBY, memperkenalkan empat hal
penti ng dalam manajemen mutu

1) Defi nisi mutu. Mutu adalah kesesuaian dengan


kebutuhan
2) Sistem pencapaian mutu. sistem ini merupakan
pendekatan rasional untuk mencegah cacat dan
kesalahan.
3) Standar kinerja. Standar kinerja organisasi/lembaga
yang mempunyai orientasi mutu adalah ti dak ada
kesalahan (zerodefect)
4) Pengukuran. Pengukuran kinerja yang digunakan
adalah biaya mutu. Crosby menekankan biaya mutu
seperti biaya peneluaran, persediaan, inspeksi, dan
pengujian.
MODEL JOSEPH M. JURAN
memperkenalkan ti ga proses kualitas/mutu
agar tercapai kesesuaian untuk
penggunaan (fi tness for use)

1. Perencanaan mutu (quality


planning)
2. Penjaminan mutu (quality control)
3. Perbaikan dan peningkatan mutu
(quality improvement)
PERENCANAAN MUTU (QUALITY
PLANNING), MELIPUTI:
 identi tas pelanggan,
 menentukan kebutuhan pelanggan,
 mengembangkan karakteristi k hasil yang
merupakan tanggapan terhadap proses
kebutuhan pelanggan,
 menyusun sasaran mutu,
 mengembangkan proses yang dapat
menghasilkan produk/jasa yang sesuai dgn
karakteristi k tertentu, dan
 memperbaiki atau meningkatkan kemampuan
proses.
2) PENJAMINAN MUTU (QUALITY CONTROL)
TERDIRI DARI:
memilih dasar pengendalian,
menentukan pengukuran,
menyusun pengukuran,
menyusun standar kerja,
mengukur kinerja yang sesungguhnya/yang
terjadi, menginterpretasikan perbedaan antara
standar dengan data nyata yang terjadi, dan
mengambil keputusan atas perbedaan tersebut.
3)PERBAIKAN DAN PENINGKATAN MUTU
(QUALITY IMPROVEMENT), TERDIRI DARI
peningkatan kebutuhan untuk mengadakan perbaikan,
mengidenti fi kasi proyek-proyek khusus,
mengorganisasi proyek untuk mendiagnosis kesalahan,
menemukan penyebab kesalahan,
mengadakan perbaikan-perbaikan,
proses yang telah diperbaiki berada dalam kondisi
operasional yang efekti f, dan
menyediakan pengendalian untuk mempertahankan
perbaikan atau peningkatan yang telah dicapai
6. PRINSIP MUTU (ISO)
ISO 9001 : 2015
PERBEDAAN PRINSIP MANAJEMEN MUTU ISO 9001:
2008 VS ISO 9001: 2015
ISO 9001 : 2008 ISO 9001 : 2015
1. Costumer Focus 1. Costumer Focus
2. Leadership 2. Leadership
3. Involvement of People 3. Engagement of People
4. Process Approach 4. Process Approach
5. System Approach to 5. Improvement
management
6. Continual Improvement 6. Evidence-Based Decision
Making
7. Factual Approach Decision
7.Relationship Management
Making
8. Mutual Benificial Suppliers
COSTUMER FOCUS

Fokus utama manajemen mutu adalah


untuk memenuhi persyaratan
pelanggan dan berjuang untuk
melampaui harapan pelanggan.
LEADERSHIP

Pemimpin dari semua tingkatan


menetapkan serta menyatukan tujuan,
arahan dan menciptakan kondisi
dimana orang-orang terlibat dalam
mencapai sasaran organisasi.
ENGAGEMENT OF PEOPLE

Kompeten, mampu diberdayakan, dan


keterlibatan orang-orang di semua
tingkatan, adalah hal yang penting
untuk menambah kapabilitas organisasi
dalam menciptakan dan memberikan
nilai.
PROCESS APPROACH

Hasil yang dapat diprediksi dan


konsisten akan tercapai lebih efektif
dan efisien jika aktifitas-aktifitas dapat
dimengerti dan dikelola sebagai proses-
proses yang saling berkaitan serta
berfungsi sebagai suatu sistem yang
utuh.
IMPROVEMENT

Organisasi-organisasi yang sukses


selalu fokus terhadap perbaikan.
EVIDENCE-BASED DECISION MAKING

Pengambilan keputusan berdasarkan analisis dan


evaluasi data dan informasi memiliki kemungkinan
yang lebih besar untuk mencapai hasil yang
diharapkan. Relati onship Management : Untuk
mempertahankan kesuksesan, organisasi harus
mengelola hubungannya dengan pihak-pihak yang
berkepenti ngan diantaranya adalah para
pemasoknya.
7. STANDAR-STANDAR
MUTU
Pengerti an
Contoh Standar
PENGERTIAN

Menurut Clinical Practi ce Guideline (1990)


Standar adalah keadaan ideal atau ti ngkat
pencapaian terti nggi dan sempurna yang
dipergunakan sebagai batas penerimaan
minimal.

Menurut Donabedian (1980) Standar adalah


rumusan tentang penampilan atau nilai
diinginkan yang mampu dicapai, berkaitan
dengan parameter yang telah ditetapkan.
Menurut Rowland and Rowland (1983) Standar adalah
spesifi kasi dari fungsi/tujuan yang harus dipenuhi oleh
suatu sarana pelayanan kesehatan agar pemakai jasa
pelayanan dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan 

Secara luas, pengerti an standar layanan kesehatan


adalah suatu pernyataan tentang mutu yang
diharapkan, yaitu akan menyangkut masukan, proses
dan keluaran (outcome) sistem layanan kesehatan.
Standar layanan kesehatan merupakan suatu
alat organisasi untuk menjabarkan mutu layanan
kesehatan ke dalam terminologi operasional
sehingga semua orang yang terlibat dalam
layanan kesehatan akan terikat dalam suatu
sistem, baik pasien, penyedia layanan kesehatan,
penunjang layanan kesehatan, ataupun
manajemen organisasi layanan kesehatan, dan
akan bertanggung gugat dalam menjalankan
tugas dan perannya masing-masing.
DEFINITION OF STANDARDS (ANA1973)

Standar adalah alat untuk menentukan


apa yang seharusnya dalam praktik
keperawatan .
Standar adalah kriteria yang sudah
ditetapkan dalam praktik keperawatan
Standar-standar merinci apa yang
diperlukan untuk praktik keperawatan
yang bermutu tinggi.
CONTOH-CONTOH STANDAR

ISO 9001: 2008


Akreditasi RS (Komite Akreditasi RS)
Joint Commission International
Accreditation Standards For Hospitals
Malcolm Baldrige Criteria for
Performance Excellence
dll

You might also like