Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 57

GANGGUAN

VASKULAR
Naila Fatiya Syafli
Nadia Wulansari
Intan Normala Putri

Pembimbing:
dr. Dian Sulastri, Sp.B
ARTERI
Penyakit Arteri Perifer
01 Klaudikasio Intermiten

02 Acute Limb Ischemic

03 Chronic Limb Ischemic


Karakteristik Arteri

- Membawa darah kaya akan oksigen


kecuali pada arteri pulmonalis
- Merupakan pembuluh darah yang elastis
- Dinding lebih tebal
- Tekanan pembuluh arteri lebih kuat
daripada pembuluh vena
- Letaknya agak tersembunyi dari lapisan
kulit
Penyakit Arteri Perifer

Merupakan penyakit yang menganggu


aliran darah pada arteri non koroner,
yaitu pada semua arteri setelah keluar
dari jantung, dan banyak terjadi pada
arteri di ekstremitas bawah (arteri
femoralis dan poplitea sebanyak 80-
90%).

Kebanyakan pasien dengan PAD tidak sadar


menderita PAD karena tidak ada gejala dan
tanda yang bermakna.
Faktor Risiko
• Usia
• Riwayat merokok
• Riwayat DM
• Riwayat atherosclerosis
• Riwayat Hipertensi
• Dislipidemia
• Family history
DIAGNOSIS
Gejala Klinis

1. Pain
2. Pallor
3. Pulselessness
4. Paresthesia
5. Paralysis
6. Poikilotermia (Dingin)
DIAGNOSIS
Inspeksi & Palpasi

● Perubahan Warna ● Ulserasi


● Perabaan Dingin ● Nekrosis/Gangren
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Pulsasi Arteri
DIAGNOSIS
Pemeriksaan Non-Invasif Pembuluh Darah

1. Ankle-and toe-brachial index


2. Segmental pressure measurements
3. Pulse volume recordings
4. Duplex ultrasound imaging
5. Doppler waveform analysis
6. Exercise testing
Ankle and toe Brachial Index (ABI)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan pencitraan dapat menilai struktur anatomis, seperti:
1. Duplex ultrasound
2. Computed tomography angiography (CT Angio)
3. Magnetic resonance angiography (MRA)
4. Digital Subtraction Angiography

Pemeriksaan definitive atau GOLD STANDARD adalah


ANGIOGRAFI
 suatu prosedur invasif yang sangat bermanfaat bagi pasien dgn ALI
maupun CLI yang memerlukan tindakan revaskularisasi
KLAUDIKASIO INTERMITEN
● Gejala utama adalah nyeri dan sensasi Lelah,
kram, atau nyeri pada otot tungkai bawah
yang dipengaruhi oleh aktivitas dan
membaik dengan istirahat (dalam waktu 10
menit).
● Pada tahap lanjut, kaki dan tungkai menjadi
dingin dan kebas. Kulit akan menjadi kering
dan bersisik bahkan saat terkena luka kecil
dapat menjadi ulkus hingga gangren.
ACUTE LIMB
ISCHEMIA
Acute Limb Ischemia
• Terjadi penurunan perfusi oleh karena oklusi
arteri secara tiba-tiba
• ALI dapat disebabkan oleh emboli atau
thrombus
• Terjadi secara tiba-tiba, <24 jam
• Sub akut onset 24 jam - 2 minggu.
• ALI merupakan kasus Emergensi
Klasifikasi Rutherford
CHRONIC LIMB
ISCHEMIA
Chronic Limb Ischemia

• CLI : bentuk paling berat dari PAP, sekitar 1% pasien PAP.


• CLI ditandai dengan kondisi kronis (>=2 minggu):
• Nyeri saat istirahat (ischemic rest pain)
• luka/ulkus yang tidak sembuh
• Gangrene pada 1 atau 2 kaki
• CLI berhubungan dengan risiko kehilangan tungkai bawah
(amputasi) jika tidak dilakukan revaskularisasi
Klasifikasi Fontain
TATALAKSANA PAD
TERAPI SUPORTIF
 Perawatan kaki dengan menjaga tetap bersih dan
lembab
 Memakai sandal dan sepatu yang ukurannya pas dan
dari bahan sintetis
 Hindari penggunaan bebat elastik
 Pengobatan terhadap semua faktor resiko
 Latihan fisik merupakan pengobatan yang paling
efektif. gejala klaudikasio.
Obat Dosis
Aspirin 81-325 mg/hari Direkomendasi oleh American College of Chest
Physicians untuk PAD
Klopidogrel 75 mg/hari Efek samping lebih ringan dibandingkan aspirin pada
CAPRIE trial, resiko TTP lebih sedikit dibanding
tiklopidin
Pentoxifylline 1,2 g/hari PO Efek terhadap kemampuan berjalan lebih kecil
Cilostazol 100 mg Hati-hati pada pasien gagal jantung. Dosis 50 mg 2
2 kali/hari kali/hari jika minum obat CCB. Menyebabkan diare
dan gangguan lambung
Tiklodipin 500 mg/hari Harus diawasi resiko TTP

 Obat terpilih adalah heparin, sebab kerjanya cepat dan cepat dimetabolisme.
 Dosis 100-200 unit/kgBB bolus, diikuti 15-30 unit/kgBB/jam, jika perlu 300 unit/kgBB bolus,
diikuti 60-70 unit/kgBB/jam dengan infus kontinu.
 Pemantauan APTT 1,5-2,5 kontrol atau waktu pembekuan darah.
Jenis Tindakan Revaskularisasi
Revaskularisasi
VENA
1
Deep Vein
Thrombosis
Deep Vein Thrombosis
Kondisi dimana terbentuk trombus
pada vena terutama pada tungkai
(paling sering pada tungkai bawah)

Virchow Triads :
1. Venous stasis
2. Activation of blood coagulation
3. Vein damage
Deep Vein Thrombosis
• Peradangan dan gumpalan darah yang terjadi pada vena dalam, yang lebih
jauh dari permukaan kulit
• Terjadi adalah akibat dari bed rest total, atau disebabkan oleh kehamilan,
obesitas, infeksi parah, beberapa jenis kanker
• DVT gejala mungkin tidak ada atau tanpa gejala  sulit untuk
didiagnosis
• Gejala rasa sakit, kemerahan, hangat bengkak
• Nyeri ketika ditekan  umumnya terjadi pada betis (pratt sign), tetapi
dapat juga terjadi pada semua bagian kaki hingga selangkangan dan
biasanya pada satu sisi
• Gejala DVT lain bisa berupa otot yang tegang
Faktor Risiko
Viscosity : hiperkoagulabilitas

Velocity : stasis

Vascular wall problem


Gejala

● Nyeri
● Kemerahan
● Hangat
● Pembengkakan pada
ekstremitas bawah satu sisi
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

● Inspeksi : eritema, sianosis (pada obstruksi kronik),


edema, dilatasi vena superfisialis
● Palpasi : nyeri tekan, akral hangat, palpable cord
(palpable thrombotic vein)
Diagnosis
Pemeriksaan Khusus

● Homan’s sign : lutut fleksi dan dorsofleksi secara tiba-tiba


→ nyeri pada betis (+)
● Pratt sign : peremasan pada otot betis akan memicu rasa
nyeri
Scoring
Diagnosis
Wells Criteria
– Kanker aktif (sedang terapi dalam 1-6 bulan atau paliatif) (skor
1)
– Paralisis, paresis, imobilisasi (skor 1)
– Terbaring selama > 3 hari (skor 1)
– Nyeri tekan terlokalisir sepanjang vena dalam (skor 1)
– Seluruh kaki bengkak (skor 1)
– Bengkak betis unilateral 3 cm lebih dari sisi asimtomatik (skor
1)
Interpretasi:
– Pitting edema unilateral (skor 1)
– >3 : risiko tinggi (75%)
– Vena superfisial kolateral (skor 1)
– 1-2 : risiko sedang (17%)
– Diagnosis alternatif yang lebih mungkin dari DVT (skor -2)
– < 0 : risiko rendah (3%)
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

● USG Doppler (u/ melihat aliran vena)


● USG duplex scan (dapat melihat turbulensi)
● Pemeriksaan venography → tidak disarankan, menyebabkan
tromboemboli mendeteksi volume darah dalam vena.

the traditional 'gold standard' for the diagnosis of DVT has been
venography, but ultrasonic imaging has now replaced venography as
the new diagnostic standard in many hospitals.
Tatalaksana
Medikamentosa
1. Implikasi heparin parenteral selama 5-7 hari
● IV, unfractionated heparin (UFH)
● Subcutaneous, low molecular weight heparin (LMWH)
2. Antikoagulan oral

Pembedahan
Indikasi : gagal anti-koagulan
1. Trombektomi
2. De palma overcross bypass (diversi aliran)
2
Tromboangitis
Obliterans
Definisi
• Secara khusus dihubungkan dengan merokok
• Terjadi Oklusi pada arteri muskular, dengan predileksi pada pembuluh darah tibial
Presentation
– Nyeri tidak dipengaruhi aktivitas
– Gangrene
– Ulceration
• Recurrent superficial thrombophlebitis (“phlebitis migrans”)
• Dewasa muda, perokok berat, tidak ada faktor Risiko aterosklerosis yang
lain
• Angiography - oklusi difus pembuluh ekstremitas distal
• Progresivitas – dari distal ke proximal
• Remisi klinis dengan penghentian merokok
CT-angiografi menunjukan stenosis
segmental arteri tungkai bawah
Tatalaksana
● Rawat RS
● Memastikan diagnosis dan arterial imaging.
● Pelebaran vasoaktif dilakukan selama masuk awal ke rumah sakit,
bersama dengan debridemen jaringan gangren.
● Tatalaksana selanjutnya diberikan bergantung keparahan dan
derajat nyeri
● Penghentian rokok menurunkan insidens amputasi dan
meningkatkan patensi dan limb salvage pada pasien yang melalui
surgical revascularisation
Tatalaksana
Vasoactive drugs
• Nifedipine  dilatasi perifer dan meningkatkan aliran darah distal
– Diberikan bersamaan dengan penghentian rokok, antibiotik
dan iloprost
• Pentoxifylline dan cilostazol memiliki efek yang baik, meskipun ada
beberapa data yang mendukung. Pentoxifylline telah terbukti
meningkatkan rasa sakit dan penyembuhan pada borok iskemik.
Cilostazol dapat dicoba dalam hubungannya dengan atau setelah
kegagalan terapi medis lainnya (misalnya, nifedipine).
3
Insufisiensi Vena
Kronis
Definisi
● Kelainan yang meliputi telangiektasis, retikularis, varises, edema
di pergelangan kaki, serta perubahan kulit dan ulkus varikosum.

● varises: abnormalitas sistem vena yang memanjang, melebar,


berkelok-kelok, serta gangguan katup.

● telangiektasis: dilatasi pembuluh darah halus pada kulit yang


bersifat menetap. Memberikan gambaran seperti benang merah
pada kulit.
Etiologi
● Kongenital: tidak terbentuknya katup vena superfisial dan
komunikans sejak lahir

● Didapat: pembentukan trombus sehingga terjadi gangguan aliran


darah vena, jejas kronis yang tidak menyembuh (misalnya ulkus
pada ekstremitas bawah), insufisiensi valvular pada vena dalam.
serta trombosis vena dalam.
Patofisiologi
Adanya abnormalitas daya elastisitas pada jaringan ikat dinding vena
serta katupnya.

Varises primer — kelemahan dinding vena diduga menjadi penyebab utama.


Kelemahan dinding vena mengakibatkan pelebaran pembuluh darah yang
selanjutnya berdampak pada insufisiensi katup.

sebaliknya,
Varises sekunder — diakibatkan oleh kelainan pembuluh darah tertentu
(misalnya trombosis vena dalam. fistula arteri-vena, dan trauma vena)
sehingga meningkatkan peninggian tekanan hidrostatik vena perifer
(hipertensi vena). Kondisi hipertensi vena ini turut mengakibatkan
insufisiensi katup.
Faktor Risiko
● Usia
● Jenis Kelamin: Perempuan
● Obesitas
● Imobilisasi dalam kurun waktu yang lama
(duduk/berdiri)
Faktor Risiko
● Timbul rasa pegal, gatal, panas.
edema, dan pelebaran vena perifer;
● Rasa kaku dan tegang pada otot;
● Kelelahan pada otot;
● Telangiektasia, varises vena,
lipodermatosklerosis;
● Pigmentasi, eksim, ulserasi
Diagnosis
● Anamnesis secara holistik, termasuk menggali keluhan pada sisi
kontralateral
● Pemeriksaan fisik, termasuk tes penekanan dengan turniket;
● Pemeriksaan penunjang termasuk prosedur non-invasif (USG
Doppler; pemeriksaan penunjang yang utama) maupun prosedur
invasif (venografi)
Klasifikasi CEAP
Tatalaksana
Non Medikamentosa
● Pasien disarankan aktif bergerak dan tidak mempertahankan suatu posisi dalam
waktu yang terlalu lama. Jika terpaksa untuk duduk atau berdiri dalam waktu
lama. penting sekali dilakukan elevasi tungkai ke atas dan ke bawah secara
bergantian
● Elevasi kaki (tinggi sekitar 15 cm) dapat dilakukan saat penderita beristirahat
● Mengurangi berat badan seandainya berlebih
● Disarankan menggunakan kaos kaki untuk kompresi medik secara continue
● Olahraga teratur sangat dianjurkan, tetapi penting diingat untuk menghindari
olahraga yang terlalu berat dan intensif terutama yang dapat meningkatkan
tekanan vena (misalnya tenis dan bulu tangkis).
Tatalaksana
Medikamentosa
● Kompresi, merupakan terapi utama yang menunjang semua terapi
yang lain
● Fisioterapi
● Prosedur invasive : skin laser, skleroterapi. flebektomi, maupun
ablasi vena safena magna dengan operasi atau tindakan endovena.
● Suplemen hidrosmin 3 x 200 mg per oral.
Tatalaksana Invasif

Ada sejumlah agen sclerosing, termasuk larutan hipertonik natrium klorida;


detergen seperti sodium tetradecyl sulfate, polidocanol, dan sodium morrhuate; dan
lainnya seperti natrium iodida dan gliserin kromat.
THANKYOU!

You might also like