Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 20

PENGAWASAN ALIRAN KEPERCAYAAN

MASYARAKAT
KEJAKSAAN NEGERI MAMASA
PENGAWASAN ALIRAN
KEPERCAYAAN MASYARAKAT
Bahwa Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat
(PAKEM) adalah salah satu upaya negara dalam melindungi
agama yang ada di masyarakat, dimana peranan PAKEM
(Pengawasan Aliran Kepercayaan Masyarakat) dititikberatkan
pada peningkatan upaya-Upaya yang bersifat preventif dengan
melakukan penyuluhan hukum, penerangan hukum, serta
pencegahan terhadap penyalahgunaan dan/atau penodaan agama
dan bekerja sama dengan instansi-instansi pemerintah lainnya
serta institusi keagamaan.

2
SEJARAH Click icon to add picture
TIM PAKEM 1952 1961
Departemen Agama Kejaksaan Agung RI

Sejarah pembentukan Pengawas Aliran Kepercayaan Dan Aliran Keagamaan Dalam Masyarakat (PAKEM) oleh Kejaksaan dimulai pada
Tahun 1952. Awal tahun 1952, Departemen Agama membuat definisi minimum tentang agama yaitu memuat unsur-unsur adanya nabi, adanya
kitab suci, dan adanya pengakuan internasional. Definisi minimum tentang agama tersebut membawa konsekuensi terhadap aliran
kebatinan/kepercayaan bukan sebagai “ekspresi religius” yang sah. Karena menurut aliran kepercayaan/kebatinan, Tuhan itu ada di dalam hati
setiap manusia dan tidak mempunyai perantara baik melalui nabi ataupun kitab sucinya. Definisi ini memperoleh perlawanan dari agama Hindu
Bali, dan akhirnya dicabut.
Selanjutnya Departemen Agama melaporkan adanya 360 (tiga ratus enam puluh) agama baru dan kebatinan/kepercayaan pada 1953. Atas
dasar laporan Departemen Agama inilah maka dibentuk PAKEM (Pengawasan Aliran Kepercayaan di Masyarakat) dibawah Departemen Agama,
yang pada awalnya fungsi Pakem saat itu adalah mengawasi agama-agama baru, kelompok kebatinan/kepercayaan dan kegiatan-kegiatan mereka.
Sebenarnya pengawasan terhadap aliran kebatinan/ kepercayaan sudah ada sejak masa kolonial, tetapi tujuannya pada waktu itu adalah untuk
meredam pemberontakan yang dilakukan oleh para petani.
Dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI, di mana Pasal 2 ayat (3) yang
memberikan tugas kepada Kejaksaan untuk mengawasi aliran kepercayaan/kebatinan yang membahayakan masyarakat dan negara, memperjelas
keberadaan Pakem di institusi penegak hukum ini. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kejaksaan RI,
merupakan produk hukum yang menegaskan tugas kejaksaan untuk mengawasi aliran kepercayaan/kebatinan, dan ini sekaligus menarik institusi
Pakem berada di bawah Kejaksaan yang sebelum tahun 1961 berada di bawah Departemen Agama.
DASAR HUKUM TIM PAKEM
Peraturan Kejaksaan RI Nomor 5 Tahun 2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Jaksa Agung Nomor PER-019/A/JA/09/2015 Tentang Tim Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan Dalam Masyarakat.

Pasal 5 angka (4) disebutkan :


“Susunan dan Keanggotaan Tim Pakem Kabupaten/Kota adalah :
a)Ketua Merangkap anggota yaitu Kepala Kejaksaan Negeri
b)Wakil Ketua merangkap Anggota yaitu Seksi Intelijen pada Kejaksaan Negeri
c)Sekretaris merangkap Anggota yaitu Kasubsi Ideologi, Politik, Pertahanan Keamanan, Sosial Budaya dan Kemasyarakatan pada Seksi Intelijen
d)Anggota terdiri dari unsur :
1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota;
2. Komando Distrik Militer;
3. Kepolisian Resor;
4. Kantor Kementerian Agama;
5. Kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; dan
6. Perwakilan Forum Kekrukunan Umat Beragama Kabupaten/Kota
Berkaitan dengan Pengawasan Aliran Kepercayaan
Masyarakat (PAKEM) Kejaksaan memiliki tugas dan
wewenang sebagaimana telah diatur dalam Bab III Pasal 30
ayat (3) huruf d dan huruf e Undang-Undang No.16 Tahun
2004 Jo. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 Tentang
Kejaksaan yang menyebutkan sebagai berikut :

“Dalam bidang ketertiban dan ketentraman umum kejaksaan


turut menyelenggarakan kegiatan :
a) Peningkatan kesadaran hukum masyarakat
b) Pengamanan kebijakan penegakan hukum
c) Pengawsan peredaran barang cetakan
d) Pengawasan aliran kepercayaan yang dapat
membahayakan masyarakat dan negara
e) Pencegahan penyalahgunaan dan/atau penodaan
agama
f) Penelitian dan pengembangan hukum serta statistik
kriminal.
BENTUK PENGAWASAN DAN PENCEGAHAN
TIM PAKEM

Pengawasan terhadap :
PENGAWASAN
• Aliran kepercayaan yang dapat membahayakan masyarakat dan
negara.
(Aliran yang memiliki potensi mengganggu keamanan dan ketertiban
umum)
• Aliran kepercayaan yang bertentangan dengan adat istiadat.
• Aliran kepercayaan dalam beragama yang bertentangan dengan
agama induk.

Pencegahan terhadap :
PENCEGAHAN • Penyalahgunaan Agama.
(Penggunaan agama untuk kepentingan yang bertentangan dengan
hukum)
• Penodaan Agama.
(Penodaan terhadap simbol-simbol agama tertentu)
KEPERCAYAA
N
KEPADA
TUHAN
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
adalah hubungan pribadi dengan Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keyakinan yang
diwujudkan dengan perilaku ketakwaan dan
peribadatan terhadap Tuhan Yang Maha Esa serta
pengalaman budi luhur yang ajarannya berasal
dari kearifan lokal bangsa Indonesia.

Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang


Maha Esa adalah setiap orang yang mengakui dan
meyakini nilai-nilai penghayatan Kepercayaan
Terhadap Tuhan yang Maha Esa.

Apakah Agama dan Kepercayaan sama?


Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan
menyebutkan :
Pasal 61
1. KK memuat keterangan mengenai kolom nomor KK, nama lengkap kepala
keluarga dan anggota keluarga, NIK, jenis kelamin, alamat, tempat lahir,
tanggal lahir, agama, Pendidikan, pekerjaan , status perkawinan, status
hubungan dalam keluarga, kewarganegaraan, dokumen imigrasi, nama
orangtua.
2. Keterangan mengenai kolom agama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bagi penduduk yang agamanya belum diakui sebagai agama seusai
dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan atau bagi penghayat
kepercayaan tidak diisi, tetapi tetap dilayani dan dicatat dalam database
kependudukan
3. Dst

Pasal 64 ayat (1) dan (5)


4. KTP mencantumkan gambar lambing Garuda Pancasila dan peta wilayah
negara Republik Indonesia, memuat keterangan tentang NIK, nama, tempat
tanggal lahir, laki-laki atau perempuan, agama, status perkawinan, golongan ,
darah, alamat, pekerjaan, kewarganegaraan, pas foto, masa berlaku, tempat dan
tanggal dikeluarkan KTP, tanda tangan pemegang KTP, serta memuat nama
dan nomor induk pegawai pejabat yang menandatanganinya

5. Penduduk yang telah berusia 60 (enam puluh) tahun diberi KTP yang berlaku
seumur hidup
BAGAIMANA LEGALITAS ALIRAN
KEPERCAYAAN DI MASYARAKAT
SELAMA INI?
Bahwa berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
97/PUU/XIV/2016 dalam Poin 3.13.2.2 menyatakan pada
pokoknya :

1. Bahwa dengan tidak dianutnya pengertian terminologi


“agama” dalam Pasal 61 ayat (1) dan dalam Pasal 64 ayat (1)
UU Administrasi Kependudukan termasuk kepercayaan,
maka dengan sendirinya norma Undang-Undang a quo
tidak memberikan pengakuan, jaminan, perlindungan,
dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang
sama di hadapan hukum bagi warga negara penganut
kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan warna
negara yang oleh Undang-Undang a quo disebut menganut
“agama yang diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan
Peraturan Perundang-undangan”.
BAGAIMANA LEGALITAS ALIRAN
KEPERCAYAAN DI MASYARAKAT
Dengan Pendirian SELAMA INI?
Pembentuk undang-undang bahwa yang
dimaksud “agama” adalah agama dalam pengertian yang
diakui sebagai agama sesuai dengan ketentuan Peraturan
Perundang-undangan, maka bagi penganut kepercayaan sudah
pasti tidak mendapatkan pengakuan, jaminan,
perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, lebih-lebih
perlakuan yang sama di hadapan hukum. Pengakuan tidak
mungkin didapat karena kepercayaan tidak dimasukkan ke
dalam pengertian agama. Demikian pula hanya dengan
kepastian hukum. Sebab kepastian hukum itu didapat oleh
penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah
kepastian bahwa mereka bukan penganut agama yang
diakui sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan. Hal ini sekaligus memungkinkan bagi mereka
menikmati perlakuan yang sama di hadapan hukum secara adil
sebab secara konseptual dalam konstruksi UU Administrasi
Kependudukan mereka sudah tidak dimasukkan ke dalan
pengertian agama.
BAGAIMANA LEGALITAS ALIRAN
KEPERCAYAAN DI MASYARAKAT
SELAMA
Demikian juga apabila dikaitkan INI?
dengan jaminan perlakuan
yang sama di hadapan hukum dan pemerintahan, sejak awal
penganut kepercayaan sudah dibedakan dengan penganut
agama yang diakui sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di mana pembedaan demikian, sebagaimana
telah dipertimbangkan di atas, tidak didasarkan pada
alasan yang konstitusional. Sementara, kewajiban untuk
menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan tetap melekat pada
mereka sebagai warga negara Indonesia

Selain itu, secara faktual dalam Pasal 61 ayat (1) dan ayat (2)
serta Pasal 64 ayat (1) dan ayat (5) UU Administrasi
Kependudukan telah menimbulkan ketidakpastian,
penafsiran berbeda, dan tidak konsisten dengan norma
lainnya dalam undang-undang, dimana hal tersebut
menimbulkan akibat bahwa warga negara penghayat
kepercayaan kesulitan memperoleh KK maupun KTP-el.
Pada saat yang sama hal demikian merupakan sebuah kerugian
hak konstitusional warga negara yang seharusnya tidak boleh
terjadi
AMAR PUTUSAN
Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 97/PUU/XIV/2016
1. Mengabulkan Permohonan Para Pemohon untuk
seluruhnya;
2. Menyatakan kata “agama” dalam Pasal 61 ayat (1)
dan Pasal 64 ayat (1) Undang- Undang Nomor 23
Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 232 dan
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5475) bertentangan dengan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan
tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat secara
bersyarat sepanjang tidak termasuk “kepercayaan”
AMAR PUTUSAN
3. Menyatakan Pasal 61 ayat (2) dan Pasal 64 ayat (5)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun
2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 232 dan Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5475) bertentangan
dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 dan tidak mempunyai
kekuatan hukum mengikat.
4. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam Berita
Negara Republik Indonesia.
JAMINAN NEGARA TERHADAP PENGANUT ALIRAN
KEPERCAYAAN
JENIS PASAL MATERI MUATAN
PERATURAN
UUD NKRI 1945 Pasal 28 E 1. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut
agamanya, memilih Pendidikan dan pengajaran, memilih
pekerjaan, memilih kewarganegaraan, memilih tempat tinggal
di wilayah negara dan meninggalkannya, serta berhak kembali.
2. Setiap orang atas kebebasan meyakini kepercayaan,
menyatakan pikiran dan sikap, sesuai dengan hati nuraninya.

Pasal 29 ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk


memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agama dan kepercayaannya itu”
Undang-Undang Pasal 22 ayat (1) “setiap orang bebas memeluk agamanya masing-masing dan
HAM beribadah menurut agamanya dan kepercayaannya itu”
(UU RI No.39/1999)
Pasal 22 ayat (2) “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut
agamanya dan kepercayaannya itu”
JAMINAN NEGARA TERHADAP PENGANUT ALIRAN
KEPERCAYAAN
JENIS PASAL MATERI MUATAN
PERATURAN
Pasal 18 ayat (1) “setiap orang berhak atas kebebasan berpikir, keyakinan dan
beragama. Hak ini mencakup kebebasan untuk menetapkan agama
atau kepercayaan atas pilihannya sendiri, dan kebebasan, baik
secara sendiri maupun bersama-sama dengan orang lain, baik di
tempat umum atau tertutup, untuk menjalankan agama dan
kepercayaannya dalam kegiatan ibadah, penataan, pengamalan dan
pengajaran
UUD ICCPR Pasal 18 ayat (2) “Tidak seorang pun dapat dipaksa sehingga terganggu
(UU RI No. 12/2005)
kebebasannya untuk menganut atau menetapkan agama atau
kepercayaannya sesuai dengan pilihannya”
“Kebebasan menjalankan dan menentukan agama atau
kepercayaan seseorang hanya dapat dibatasi oleh ketentuan
Pasal 18 ayat (3) berdasarkan hukum, dan yang diperlukan untuk melindungi
keamanan, ketertiban, Kesehatan, atau moral masyarakat, atau
hak-hak dan kebebasan mendasar bagi orang lain
PERATURAN TURUNAN
TERHADAP PENGANUT ALIRAN
KEPERCAYAAN
 Undang-Undang Nomor 23 Tahun Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan;
 Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2019 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006
Tentang Administrasi Kependudukan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013
Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan
 Permendagri Nomor 118 Tahun 2017 Tentang Blangko Kartu Keluarga (KK), Register dan Kutipan Akta
Pencatatan Sipil
 Permendagri Nomor 109 Tahun 2019 Tentang Formulir dan Buku Yang Digunakan Dalam Administrasi
Kependudukan
 Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor :471.14/10666/Dukcapil tanggal 25 Juni 2018, Perihal Penerbitan
Kartu Keluarga (KK) Bagi Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa
 Keputusan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Nomor :
1482/F2/KB/2020 Tentang Standar Pelayanan Tanda Inventarisasi Organisasi Penghayat Kepercayaan Terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.
 Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 27 Tahun 2016 tentang Layanan Pendidikan
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa pada Satuan Pendidikan .
Surat JAMINTEL Nomor :
B-1078/D/Dsb.2/06/2023 Tanggal 26 Juni 2023

Bahwa dari kegiatan Rapat Tim Koordinasi Pengawasan Aliran


Kepercayaan dan Aliran Keagamaan Dalam Masyarakat Tingkat
Pusat diperoleh kesimpulan “Perlunya sinergitas antara
Kementerian/Lembaga terutama Tim Koordinasi Pengawasan
Aliran Kepercayaan dan Aliran Keagamaan Dalam Masyarakat
untuk mensosialisasikan Putusan Mahkamah Konstitusi
No.97/PUU-XIV/2016 dalam rangka Pembinaan Penghayat
Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa untuk
menyelesaikan permasalahan yang masih dihadapi oleh para
“Penghayat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa” yang
antara lain :

1. Layanan Administrasi dan Kependudukan


2. Layanan Pendidikan
3. Akses atas Pekerjaan
4. Kebebasan untuk melaksanakan ritual
5. Stigmatisasi Negatif
HAK
Penghayat Kepercayaan
dimasyarakat yang harus dipenuhi
oleh Negara :

1. Layanan Administrasi dan Kependudukan


Setiap Warga Negara Indonesia berhak mendaftarkan diri dan
menyatakan dirinya sebagai Penghayat Kepercayaan Terhadap
tuhan Yang Maha Esa dalam Pencatatan Administrasi
Kependudukan.

2. Layanan Pendidikan
Setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan Pendidikan
Keagamaan sebagai Penghayat Kepercayaan Terhadap tuhan Yang
Maha Esa dalam Pencatatan Administrasi Kependudukan.

3. Akses atas Pekerjaan


Setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan Akses atas
pekerjaan tanpa adanya diskriminasi.

4. Kebebasan untuk melaksanakan ritual


Setiap Warga Negara Indonesia berhak mendapatkan
melaksanakan ritual kepercayaan sebagai Penghayat
Kepercayaan Terhadap tuhan Yang Maha Esa dalam Pencatatan
Administrasi Kependudukan.

5. Stigmatisasi Negatif
Negara harus dapat meminimalisir / menghilangkan prasangka
negatif atas Kepercayaan Terhadap tuhan Yang Maha Esa
INDRA ADHYAKSA
KEJAKSAAN NEGERI MAMASA

TERIMA KASIH

You might also like