Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 17

Letters of Rogatory dalam ketentuan hukum

di Indonesia dan penerapannya dalam


penanganan sejumlah kasus di Indonesia

Oleh:
Chairijah
Direktur Hukum Internasional dan Otoritas Pusat
Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum
Kementerian Hukum dan HAM RI
Apa itu Letters of Rogatory?

• Black's Law Dictionary defines Letters Rogatory as "A


request by one court of another court in an
independent jurisdiction that a witness be examined
upon interrogatories sent with the request.“
• Webster's New World Law Dictionary:
Court order or subpoena issued in one jurisdiction,
seeking to compel citizen of another jurisdiction to
testify in the first jurisdiction; requires court
approval in second jurisdiction.
Definisi Umum
• Surat Rogatori Internasional atau International
Letters of Rogatory merupakan permohonan/
permintaan resmi atau formal dari Pengadilan
Negara Asing atau lembaga peradilan Negara
Asing untuk permintaan yang berkaitan dengan
bantuan hukum.
• Permintaan yang paling umum dalam pengajuan
Letters of Rogatory adalah terkait dengan Service
of Process (Penyampaian Dokumen Perkara), dan
Taking of Evidence (Pengambilan barang bukti).
Hal-hal yang diatur dalam Letters of Rogatory

 Service of Process (penyampaian dokumen perkara)


Pengadilan bisa menyampaikan dokumen perkara
pengadilan kepada seseorang di dalam yurisdiksi
pengadilan Negara tertentu

 Taking of Evidence (Pengambilan Barang Bukti)


Alasan lain mengapa pengadilan membutuhkan bantuan
dari pengadilan asing melalui Letters of Rogatory adalah untuk
memperoleh bukti dari saksi. Bukti ini mungkin untuk menjawab
pertanyaan yang terkait dalam penentuan sebuah isu fakta, atau
untuk pengungkapan informasi dokumen.
Proses Rogatory
• Eksekusi permintaan Rogatory dapat memakan
waktu satu tahun atau lebih.
• Surat Rogatory secara umum disampaikan melalui
Diplomatik Channel yang artinya akan
memerlukan waktu yang cukup lama untuk
penyampaian. Bisa juga dipersingkat dengan
mengirimkan salinan permintaannya melalui
Konsuler Kedutaan Besar negara yang diminta
yang ada di negara peminta jika disetujui oleh
negara yang diminta.
Proses MLA
• Permohonan dari Competent Authority -> Central
Authority (negara peminta) -> CA negara di minta
(melalui diplomatik channel atau langsung
• Waktu yang diperlukan lebih singkat sesuai dengan
kelengkapan data
•Negara-negara yang menggunakan Rogatory
Penggunaan Letters of Rogatory dengan tujuan
penyampaian dokumen untuk melakukan tindakan
hukum atau pengalihan perkara, sebagian besar
berlaku terbatas di Negara-negara benua Amerika.
Sedangkan di wilayah Eropa, Asia dan wilayah
Amerika Utara, Penyampaian Dokumen Pengadilan
dilakukan di bawah ketentuan Konvensi The Hague
Dalam Masalah Sipil (Perdata).
Dasar Penggunaan Letters of Rogatory
• Letters of rogatory dapat digunakan di negara-negara dimana
perjanjian multilateral atau bilateral tentang pemberian bantuan
hukum tidak mampu diterapkan untuk pengalihan proses perkara
pengadilan atau untuk mendapatkan alat bukti jika disetujui oleh
otoritas negara yang diminta tersebut.
• Letters of Rogatory adalah mekanisme yang lazim untuk memperoleh
bantuan hukum dari suatu negara meskipun tanpa adanya perjanjian
atau kesepakatan antar pemerintah
Konvensi terkait Letters of Rogatory
 Statute of the Hague Conference on Private International
Law tahun 1893
 Convention on Civil Procedure ditandatangani 1 Maret 1954
 The Hague Service Convention diratifikasi tahun 1965
 The Hague Evidence Convention diratifikasi tahun 1970
LETTERS OF ROGATORY DALAM SISTEM HUKUM DI INDONESIA

Di dalam hukum positif di Indonesia tidak ada ketentuan peraturan


perundang-undangan yang mengatur tentang Letters of Rogatory.

Terkait dengan permintaan bantuan hukum dari negara asing telah di


atur di dalam UU No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik
Dalam Masalah Pidana

Sedangkan Letters of Rogatory adalah permintaan yang diajukan


oleh Pengadilan di Negara asing kepada Pengadilan di Indonesia,
tidak diatur dalam UU No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal
Balik Dalam Masalah Pidana.
Bagaimana dengan permintaan Letters of Rogatory yang berkaitan
dengan alat bukti (pembuktian), Pengesahan Dokumen dan
Keterangan/ pernyataan saksi?

• Pada praktek kebiasaannya selama ini permintaan Letters of


Rogatory yang diterima oleh Central Authority Kementerian
Hukum dan Ham ditelaah dan diteruskan kepada institusi yang
berwenang jika permintaan tersebut terkait dengan Masalah
Pidana dan memenuhi persyaratan UU No.1 Tahun 2006 Tentang
Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana.
Permintaan Letters of Rogatory yang diterima oleh Central Authority
• Letters of Rogatory dari Luxemburg (permohonan dari district
Court of Luxemburg/ Belgia untuk penyitaan dan penyerahan
dokumen dan sejumlah asset pada rekening seseorang di
Indonesia, permintaan tidak memenuhi syarat, dan
dikembalikan ke Kemlu).
• Letters of Rogatory dari Yunani (permohonan informasi
mengenai proses persidangan di Pengadilan Kalimantan dalam
kasus suap yang melibatkan pejabat publik dan PT.Siemen
Indonesia, permintaan dikembalikan ke Kemlu karena hanya
berisi lampiran nota diplomatik Kedubes Yunani dan tidak
sesuai syarat UU No.1 Tahun 2006)
• Letters of Rogatory dari Brazil (permohonan dari pengadilan
distrik Sao Paolo untuk mendapatkan keterangan saksi di
Indonesia, permintaan dikembalikan ke Kemlu karena tidak
memenuhi syarat UU No.1 Tahun 2006)
• Letters of Rogatory dari Swiss (permohonan dari pengadilan
negara di Canton Geneva Swiss untuk mendapatkan dan
menyita asset di rekening bank,catatan transaksi dan
dokumen perbankan, permohonan dikembalikan ke Kemlu
karena tidak memenuhi syarat UU No.1 Tahun 2006)
• Letters of Rogatory dari Belanda tahun 2004 (permohonan
untuk pengembalian anak yang dibawa lari oleh ibu
kandungnya ke Indonesia) -> rapat koordinasi dengan
konsuler Kemlu dan penyelesaian oleh Kemlu
Perbedaan mendasar antara Letters of Rogatory dengan Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana (MLA)

• Letters of Rogatory
– permintaan dilakukan melibatkan lembaga pengadilan di satu negara dengan lembaga
pengadilan di negara lain melalui Otoritas Rogatory
– permintaan terkait dengan civil matters bukan criminal matters
– Permintaan meliputi Service of Process (penyampaian berkas perkara proses pengadilan) dan
Taking Evidence (pengambilan alat bukti)
• MLA
– permintaan dilakukan antara central authority suatu negara dengan central authority di negara
lain
– permintaan terkait dengan masalah pidana (criminal matters)
– Permintaan meliputi Service of Process (penyampaian surat terkait sidang di pengadilan),
pengambilan alat bukti, pernyataan dan keterangan saksi, serta mencari keberadaan
seseorang)

Persamaan antara Letters of Rogatory dengan Bantuan Timbal Balik Dalam Masalah Pidana
(MLA)
– Diatur dalam perjanjian bilateral, regional maupun multilateral berdasarkan
konvensi internasional
– Dalam hal perampasan asset ada eksekusi dari pengadilan
Essential elements of letters rogatory:
• A statement that a request for international judicial assistance is being made in the
interests of justice;
• A brief synopsis of the case, including identification of the parties and the nature of the
claim and relief sought to enable the foreign court to understand the issues involved;
• The type of case [e.g. civil, criminal, administrative];
• The nature of the assistance required [compel testimony or production of evidence;
service of process];
• Name, address and other identifiers, such as corporate title, of the person abroad to be
served or from whom evidence is to be compelled, documents to be served;
• A list of questions to be asked, where applicable, generally in the form of written
interrogatories;
• A list of documents or other evidence to be produced;
• A statement from the requesting court expressing a willingness to provide similar
assistance to judicial authorities of the receiving state;
• Statement that the requesting court or counsel is willing to reimburse the judicial
authorities of the receiving state for costs incurred in executing the requesting court's
letters rogatory.
Elemen-elemen penting dalam pengajuan MLA Dalam Masalah Pidana
di dalam Pasal 28 UU No. 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana
(1) Pengajuan permintaan Bantuan harus memuat:
a. maksud permintaan Bantuan dan uraian mengenai Bantuan yang diminta;
b. instansi dan nama pejabat yang melakukan penyidikan, penuntutan, atau
pemeriksaan di sidang pengadilan yang terkait dengan permintaan tersebut;
c. uraian tindak pidana, tingkat penyelesaian perkara, ketentuan undang-
undang, isi pasal, dan ancaman hukumannya;
d. uraian mengenai perbuatan atau keadaan yang disangkakan sebagai tindak
pidana, kecuali dalam hal permintaan Bantuan untuk melaksanakan
penyampaian surat;
e. putusan pengadilan yang bersangkutan dan penjelasan bahwa putusan
tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap, dalam hal permintaan
Bantuan untuk menindaklanjuti putusan pengadilan;
f. rincian mengenai tata cara atau syarat-syarat khusus yang dikehendaki
untuk dipenuhi, termasuk informasi apakah alat bukti yang diminta untuk
didapatkan perlu dibuat di bawah sumpah atau janji;
g. jika ada, persyaratan mengenai kerahasiaan dan alasan untuk itu; dan
h. batas waktu yang dikehendaki dalam melaksanakan permintaan tersebut.
(2) Pengajuan permintaan Bantuan, sejauh itu diperlukan dan
dimungkinkan harus juga memuat:
a. identitas, kewarganegaraan, dan domisili dari orang yang
dinilai sanggup memberikan keterangan atau pernyataan yang
terkait dengan suatu penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan
di sidang pengadilan;
b. uraian mengenai keterangan atau pernyataan yang
diminta untuk didapatkan;
c. uraian mengenai dokumen atau alat bukti lainnya yang
diminta untuk diserahkan, termasuk uraian mengenai orang
yang dinilai sanggup memberikan bukti tersebut; dan
d. informasi mengenai pembiayaan dan akomodasi yang
menjadi kebutuhan dari orang yang diminta untuk diatur
kehadirannya di negara asing tersebut.
Masa depan Letters of Rogatory dalam sistem hukum di Indonesia

• Letters of Rogatory di Indonesia perlu dikaji dan dipelajari sebagai salah


satu alternatif prosedur dalam melaksanakan permintaan bantuan hukum
ke luar negeri dalam hal Civil Matters
• Permintaan bantuan hukum timbal balik dalam Masalah Pidana sudah
terakomodasi dengan prosedur MLA dan sudah diatur dalam legislasi
nasional (UU No 1 Tahun 2006 Tentang Bantuan Timbal Balik Dalam
Masalah Pidana)

You might also like