Limfoma

You might also like

Download as pptx, pdf, or txt
Download as pptx, pdf, or txt
You are on page 1of 39

ESSENTIAL OF PATHOFISIOLOGI

Limfoma
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Limfoma maligna adalah tumor ganas primer yang berasal dari
kelenjar limfe dan jaringan limfatik di organ lainnya. Limfoma
maligna mencakup sistem limfatik dan imunitas.
 Secara umum, limfoma diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
limfoma hodgkin (LH) dan limfoma non-hodgkin (LNH).
Klasifikasi ini dibuat berdasarkan histopatologi dari kedua
penyakit tersebut.
 Pada tahun 2007, di Amerika Serikat sekitar 71.380 orang
terdiagnosa limfoma, 38.670 orang diantaranya adalah pria dan
32.710 lainnya adalah wanita. Kasus Limfoma Hodgkin 8.190
pasien dan Limfoma Non-Hodgkin 63.190 pasien.
 Di Indonesia sendiri, LNH bersama-sama LH dan leukemia
menduduki urutan ke-enam tersering.
 Pada tahun 2001, LNH dinyatakan sebagai penyebab kematian
tertinggi ke-empat pada kematian akibat kanker (cancer death).
Anatomi Fisiologi Sistem
Limfatik
 Sistem limfatik terdiri dari lymph (getah bening),
limfosit, pembuluh limfe, nodus limfe, tonsil, spleen
dan timus.
 Sistem limfatik tidak seperti sistem sirkulasi karena
tidak mengantarkan cairan ke jaringan dan dari
jaringan.
 Sistem limfatik membawa cairan dalam satu arah, dari
jaringan ke sistem sirkulasi. Cairan berpindah dari
kapiler darah ke dalam ruang jaringan. Sebagian besar
cairan kembali ke dalam darah, dan sebagian kecil
cairan pindah dari jaringan ke kapiler limfe dan menjadi
cairan getah bening (lymph).
REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI
SISTEM LIMFATIK

ANATOMI

SISTEM
PEMBULUH
LIMFATIK
Pembuluh limfe berupa buluh pengumpul cairan jaringan dan
mengembalikannya melalui jalan yang berputar ke dalam aliran
darah. Pengaliran limfe itu searah jalannya dan bukan sirkulasi.
 Pembuluh limfe yang paling kecil, kapiler limfe, berujung buntu.
Mengarah pusat, pembuluh- pembuluh limfe menuju satu atau dua
pembuluh utama yaitu duktus torasikus yang lebih besar atau
duktus limfatikus kanan yang lebih kecil.
Kelenjar limfe terletak sepanjang perjalanan pembuluh limfe
tempat menyaring limfe dan menambahkan limfosit ke dalamnya
sebelum mencapai pembuluh limfe utama.
Kapiler Limfatik
Pembuluh Limfe (Pembuluh Pengumpul)
Pembuluh Limfe Utama
Organ-organlimfatik
Organ-organ limfatik meliputi tonsil, nodus limfe, spleen dan timus.
Jaringan limfatik yang mengandung banyak limfosit dan sel-sel lainnya
seperti sel makrofag, ditemukan di dalam organ limfatik. Limfosit
yang berasal dari sumsum tulang merah dibawa oleh darah ke organ
limfatik. Limfosit membelah dan meningkat jumlahnya ketika tubuh
terkena mikroorganisme dan benda asing. Peningkatan jumlah limfosit
adalah bagian dari respon imun dalam melawan mikroorganisme dan
benda asing.
Tonsil
Tonsil terdiri dari palatin tonsil (terletak di setiap sisi posterior rongga
mulut), faringeal tonsil dan lingual tonsil. Tonsil berfungsi sebagai proteksi
melawan patogen dan benda asing yang masuk dari hidung maupun mulut .
Pada orang dewasa, tonsil dapat mengecil dan dapat menghilang.

 Nodus limfa
Nodus limfa adalah struktur yang melingkar bervariasi dalam ukurannya
dari mulai yang kecil sampai sebesar kacang almond. Nodus limfa
berdistribusi sepanjang pembuluh limfatik dan kebanyakan cairan getah
bening melalui sedikitnya satu nodus limfa sebelum memasuki darah. Ada
tiga agregasi superfisial dari nodus limfa di setiap sisi tubuh, yaitu: Nodus
inguinal di lipatan paha, nodus axilary di ketiak dan nodus servikal di leher.
Setiap nodus limfa dibungkus dalam jaringan kapsul.
Spleen/Limpa
Spleen terletak pada rongga abdomen. Spleen berbentuk kapsul dan
sejumlah kecil otot halus. Spleen berfungsi menyaring darah pada
cairan getah bening. Spleen juga berfungsi sebegai tempat menyimpan
darah.

Timus
Timus adalah kelenjar yang terdiri dari dua lobus kasar dalam bentuk
triangular. Terletak di mediastinum superior, bagian yang
memisahkan antara dua rongga thorax. Timus berfungsi dalam
memperkuat sistem kekebalan tubuh, terutama pada masa kanak-
kanak.Timus adalah tempat dimana terjadi maturasi sel T.
Fisiologi Kelenjar Limfe

Komposisinya hampir sama dengan komposisi kimia


plasma darah dan mengandung sejumlah besar limfosit
yang mengalir sepanjang pembuluh limfe untuk masuk ke
dalam aliran darah. Pembuluh limfe yang mengaliri usus
disebut lacteal, karena bila lemak diabsorbsi dari usus
maka sebagian besar lemak melewati pembuluh limfe.
Sepanjang pergerakan limfe sebagian mengalami tarikan
oleh tekanan negative didalam dada dan sebagian lagi di
dorong oleh kontraksi otot.
Fungsi Sistem Limfatik

1. Keseimbangan Cairan.
2. Absorbsi Lemak.
3. Pertahanan.

Fisiologi
Fungsi kelenjar limfe adalah menyaring
cairan limfe dari benda- benda asing,
membentuk limfosit, membentuk antibody,
pembuangan bakteri, membantu reabsorbsi
lemak.
Definisi

limfoma maligna adalah suatu keganasan primer dari


jaringan limfoid di dalam sistem limfatik, terjadi
ketika limfosit B atau T, yaitu sel darah putih yang
menjaga daya tahan tubuh, menjadi abnormal
dengan membelah lebih cepat dari sel biasa atau
hidup lebih lama dari biasanya sehingga sel-sel
limfoma mempunyai kemampuan untuk menyebar.
Limfoma maligna pertama kali ditemukan sebagai
tanda dan gejala yang benar-benar terjadi secara
klinis pada tahun 1832, ketika Thomas Hodgkin
menggambarkan tujuh pasien dengan pembesaran
nodus limfe.
Dua kategori besar limfoma dilakukan atas dasar hispatologi
mikroskopik dari kelenjar getah bening yang terlibat. Kategori
tersebut adalah limfoma Hodgin dan Non- Hodgkin.

 Limfoma Hodgkin

Adalah keganasan sistem limforetikular dan jaringan pendukungnya yang sering


menyerang kelenjar getah bening dan disertai gambaran histopatologi yang khas yaitu
adanya sel- sel Reed- Steinberg dan gambaran polimorfik kelenjar getah bening
Klasifikasi limfoma hodgkin menurut WHO dibagi menjadi:
 Nodular Limphocyte-Predominance Hodgkin Lymphoma (nodular LPHL)
 Nodular sklerosis : tipe ini adalah tipe yang paling sering dijumpai,
 Mixed cellularity
 Limfosit-rich
 Limfosit-depleted
Gambaran sel Reed-sternberg
Menurut Cotswolds limfoma hodgkins
diklasifikasikan menjadi 4 stadium menurut
tingkat keparahannya:
Stadium I: Kanker hanya terbatas pada satu daerah kelenjar getah
bening saja atau pada satu organ

Stadium II: Pada stadium ini, sudah melibatkan dua kelenjar getah
bening yang berbeda, namun masih terbatas dalam satu wilayah atas
atau bawah diafragma tubuh.

Stadium III: Jika kanker telah bergerak ke kelenjar getah bening


atas dan juga bawah diafragma, namun belum menyebar dari kelenjar
getah bening ke organ lainnya.

Stadium IV: Merupakan stadium yang paling lanjut. Pada stadium ini
yang terkena bukan hanya kelenjar getah bening, tapi juga bagian
tubuh lainnya, seperti sumsum tulang atau hati.
Etiologi
Etiologi dari limfoma hodgkin belum diketahui dengan pasti.
 
Faktor Resiko
HIV (adanya defisiensi imun)

Sering kontak dengan herbisida/ peptisida (misalnya: Petani)

Infeksi virus Epstein Barr atau Human T-Cell

Lymphocytotropic Virus (HTLV), sitomegalovirus, Human


Herpes Virus-6 (HHV-6)

Genetik ( ada keluarga yang menderita penyakit ini).

Jenis kelamin laki- laki.


Limfoma Burkitt

 Limfoma Burkitt termasuk ke dalam tipe Limfoma Non


Hodgkin yang relatif jarang tetapi bersifat agresif. Limfoma
burkitt umumnya terjadi pada anak-anak yang hidup di sub-
sahara Afrika, berhubungan dengan adanya Epstein Barr
Virus (EBV), dan infeksi malaria kronis. Limfoma Burkitt
ditemukan oleh seorang ahli bedah dari Inggris Denis
Burkitt pada anak-anak di Afrika. Limfoma Burkitt juga
terjadi di tempat lain termasuk Amerika Serikat. Limfoma
Burkitt yang terjadi di luar Afrika biasanya terjadi pada
orang yang mengalami gangguan sistem imun.
 Limfoma Burkitt dibagi dalam tiga tipe yaitu tipe sporadik,
endemik dan yang berhubungan dengan imunodefisiensi.
Pembagian ini berdasarkan lokasi geografis dan bagian
tubuh yang terkena.
Limfoma burkitt
Etiologi
 Limfoma Hodgkin
Etiologi dari limfoma hodgkin belum diketahui dengan pasti.
Faktor risiko yang berhubungan dengan penyakit ini antara lain:
virus Ebstein –Barr, sitomegalovirus, HIV, Human Herpes Virus-6
(HHV-6), defisiensi imun, dan adanya riwayat keluarga terhadap
penyakit ini.

 Limfoma Non Hodgkin


Sebagian besar LNH tidak diketahui penyebabnya. Faktor
resiko yang berhubungan dengan terjadinya LNH meliputi
imunodefisiensi, virus Ebstein-Barr (EBV), paparan herbisida atau
pelarut organik, diet tinggi lemak hewani, merokok, dan paparan
ultraviolet.
Etiologi limfoma burkitt

 Penyebab limfoma Burkitt belum diketahui secara pasti.


 Faktor risiko bervariasi tergantung dari lokasi
geografiknya, misalnya : terjadi pada anak-anak di
daerah yang insiden malaria-nya tinggi.
 Faktor risiko lainnya adalah HIV/AIDS berhubungan
dengan imunodefisiensi.
 Limfoma burkitt juga dihubungkan dengan penggunaan
obat-obat imunosupressan, misalnya yang digunakan
untuk mencegah penolakan tubuh terhadap
transplantasi.
Manifestasi klinis limfoma hodgkin
 Demam, penurunan berat badan tanpa sebab,
berkeringat di malam hari (40% dari kasus), Pruritus,
Demam Pel-Ebstein
 Pemeriksaan Hematologi: Anemia Normositik.
 Adanya pembesaran sekelompok nodus limfa di area
leher tanpa rasa sakit dan akan terasa nyeri apabila
pasien peminum alkohol.
 Nyeri dada, batuk dan dispnea yang dapat menandakan
adanya massa yang besar pada mediastinal dan adanya
metastase ke paru-paru.
Prognosis

 Prognosis pada Limfoma Hodgkin dipengaruhi faktor


derajat klinis. Pada derajat I atau IIA tingkat
kesembuhan dapat 90%. Pada derajat lanjut (IVA atau
IVB) diperkirakan 60% - 70% harapan hidup 5 tahun.

 Limfoma Hodgkin dapat berkembang menjadi


keganasan baru, biasanya terjadi Leukemia
Mieloblastik Akut (AML) atau dapat berkembang
menjadi Limfoma Non-Hodgkin. Hal ini terjadi
berhubungan dengan terapi radiasi dan alkylating
agents.
 Limfoma Non- Hodgkin
 Definisi

 Adalah kanker kelenjar limfe, limpa dan


kadang- kadang sumsum tulang, yang bukan
penyakit Hodgkin. Adalah sekelompok penyakit
yang heterogen. Sel ganas pada limfoma non-
Hodgkin adalah sel limfosit yang berada pada
salah satu tingkat diferensiasinya dan
berproliferasi secara banyak.
Limfoma Burkitt termasuk ke dalam tipe Limfoma Non Hodgkin
yang relatif jarang tetapi bersifat agresif. Limfoma burkitt
umumnya terjadi pada anak-anak yang hidup di sub-sahara Afrika,
berhubungan dengan adanya Epstein Barr Virus (EBV), dan infeksi
malaria kronis. Limfoma Burkitt ditemukan oleh seorang ahli bedah
dari Inggris Denis Burkitt pada tahun 1956 pada anak-anak di
Afrika. Limfoma Burkitt juga terjadi di tempat lain termasuk
Amerika Serikat. Limfoma Burkitt yang terjadi di luar Afrika
biasanya terjadi pada orang yang mengalami gangguan sistem imun

Limfoma Burkitt dibagi dalam tiga tipe yaitu tipe sporadik,


endemik dan yang berhubungan dengan imunodefisiensi.

Etiologi
Sebagian besar LNH tidak diketahui penyebabnya. Faktor resiko
yang berhubungan dengan terjadinya LNH meliputi
imunodefisiensi, virus Ebstein-Barr (EBV), paparan herbisida atau
pelarut organik, diet tinggi lemak hewani, merokok, dan paparan
ultraviolet.
Faktor Resiko

Limfoma Non- Hodgkin


HIV
Sering kontak dengan herbisida/ peptisida
Infeksi virus Epstein Barr atau Human T-Cell
Lymphocytotropic Virus (HTLV)
Genetik ( ada keluarga yang menderita penyakit ini).
Jenis kelamin laki- laki.
 
 
Limfoma Burkitt
Faktor resikonya tergantung geografiknya.
Umumnya terjadi pada anak- anak usia 4-7 tahun
didaerah yang insiden malarianya tinggi dengan
perbandingan yang sama antara laki- laki dan perempuan di
Afrika.
HIV/ AIDS.
Penggunaan obat Imunosupression.
Manifestasi Klinis limfoma non hodgkin

Pembesaran kelenjar getah bening


Malaise
Demam tinggi(>380C).
keringat malam
Penurunan berat badan dalam waktu 1 bulan.
Keluhan anemia.
Keluhan organ (lambung, keterlibatan cincin Waldeyer: suara serak).
Pada pemeriksaan fisis didapatkan adanya
pembesaran kelenjar getah bening(KGB),
kelainan atau pembesaran organ,
dan perfomace status yang bervariasi (ECOG/ WHO,karnofsky).
 
Pemeriksaan Penunjang
 Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan hispatologi dan
sitologi, untuk mengetahui gambaran sel misalnya adanya sel Reed
Sternberg pada limfoma hodgkin.
 Pemeriksaan laboratorium,seperti darah perifer lengkap,fungsi
hati,dan fungsi ginjal

 Pencitraan
CT-scan/ USG abdomen untuk mengetahui adanya
pembesaran KGB paraaorta abdominal atau massa tumor dalam
abdomen,
 Foto toraks untuk mengetahui adanya pembesaran KGB mediatinum.

 Pemeriksaan THT untuk mengetahui keterlibatan cincin Waldeyer.


 Gastroskopi untuk melihat keterlibatan lambung .
 Bone scan untuk mengetahui mengetahui keterlibatan tulang.
Pemeriksaan darah dapat bervariasi dari secara lengkap normal
sampai abnormal. Pada tahap I sedikit klien mengalami abnormalitas
hasil pemeriksaan darah

 SDP : bervariasi, dapat normal, menurun atau meningkat secara nyata.


 Deferensial SDP : Neutrofilia, monosit, basofilia, dan eosinofilia mungkin
ditemukan. Limfopenia lengkap (gejala lanjut).
 SDM dan Hb/Ht : menurun.
 Pemeriksaan SDM : dapat menunjukkan normositik ringan sampai sedang, anemia
. normokromik (hiperplenisme).
 LED : meningkat selama tahap aktif dan menunjukkan inflamasi atau penyakit
malignansi. Berguna untuk mengawasi klien pada perbaikan dan untuk mendeteksi
bukti dini pada berulangnya penyakit.
 Kerapuhan eritrosit osmotik : meningkat
 Trombosit : menurun (mungkin menurun berat, sumsum tulang digantikan oleh
limfoma dan oleh hipersplenisme)
 Test Coomb : reaksi positif (anemia hemolitik) dapat terjadi namun, hasil negatif
biasanya terjadi pada penyakit lanjut.
 Besi serum dan TIBC : menurun.
 Alkali fosfatase serum : meningkat terlihat pasda eksaserbasi.
 Kalsium serum : mungkin menigkat bila tulang terkena.
Asam urat serum : meningkat sehubungan dengan destruksi nukleoprotein dan
keterlibatan hati dan ginjal.
BUN : mungkin meningkat bila ginjal terlibat. Kreatinin serum, bilirubin, ASL
(SGOT), klirens kreatinin dan sebagainya mungkin dilakukan untuk mendeteksi
keterlibatan organ.
Hipergamaglobulinemia umum : hipogama globulinemia dapat terjadi pada
penyakit lanjut.

Foto dada : dapat menunjukkan adenopati mediastinal atau hilus, infiltrat,


nodulus atau efusi pleural
Foto torak, vertebra lumbar, ekstremitas proksimal, pelvis, atau area tulang
nyeri tekan : menentukan area yang terkena dan membantu dalam
pentahapan.
Tomografi paru secara keseluruhan atau scan CT dada : dilakukan bila
adenopati hilus terjadi. Menyatakan kemungkinan keterlibatan nodus limfa
mediatinum.
CT scan abdominal : mungkin dilakukan untuk mengesampingkan penyakit
nodus pada abdomen dan pelvis dan pada organ yang tak terlihat pada
pemeriksaan fisik.
Scan tulang : dilakukan untuk mendeteksi keterlibatan tulang.
Skintigrafi Galliium-67 : berguna untuk membuktikan deteksi berulangnya
penyakit nodul, khususnya diatas diagfragma.
Biopsi sumsum tulang :
menentukan keterlibatan sumsum tulang.
Invasi sumsum tulang terlihat pada tahap luas.

Biopsi nodus limfa :


membuat diagnosa penyakit Hodgkin
berdasarkan pada adanya sel Reed-Steinberg.

Mediastinoskopi :
mungkin dilakukan untuk membuktikan keterlibatan
nodus mediastinal.

Laparatomi pentahapan :
mungkin dilakukan untuk mengambil spesimen
nodus retroperitoneal, kedua lobus hati dan atau
pengangkatan limfa
(Splenektomi) adalah kontroversial karena dapat
meningkatkan resiko infeksi dan tidak biasa dilakukan
penatalaksanaan

 Tujuan pengobatan adalah


menghancurkan sel kanker sebanyak
mungkin dan mencapai remisi,
mengurangi gejala , meningkatkan
kualitas hidup dan memperpanjang
masa hidup.
 Duajenis pengobatan yang efektif
untuk limfoma adalah radioterapi dan
kemoterapi.
Penatalaksanaan
Radiasi. Terapi radiasi diberikan jika penyakit ini hanya melibatkan area
tubuh tertentu saja. Terapi radiasi dapat diberikan sebagai terapi tunggal,
namun umumnya diberikan bersamaan dengan kemoterapi. Jika setelah
radiasi penyakit kembali kambuh, maka diperlukan kemoterapi. Beberapa
jenis terapi radiasi dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker yang lain,
seperti kanker payudara atau kanker paru, terutama jika klien berusia < 30
tahun. Umumnya klien anak diterpai dengan kemoterapi kombinasi, tapi
mungkin juga diperlukan terapi radiasi dosis rendah.
Kemoterapi.

Jikapenyakit ini sudah meluas dan sudah melibatkan kelenjar getah


bening yang lebih banyak atau organ lainnya, maka kemoterapi menjadi
pilihan utama. Regimen kemoterapi yang umum diberikan adalah ABVD
(Doksorubisin, Adriamisin, Bleomisin, Vinblastin, Dakarbazin), BEACOPP,
COPP, Stanford V, dan MOPP.

RegimenMOPP (terdiri dari Mechlorethamine, Oncovin, Procarazine, dan


Prednisone) merupakan regimen standar, namun bersifat sangat toksik,

sedangkan regimen ABVD  merupakan regimen yang lebih baru dengan


efek samping yang lebih sedikit dan merupakan regimen pilihan saat ini.
Kemoterapi diberikan dalam beberapa siklus, umumnya sela beberapa
minggu. Lamanya kemoterapi diberikan sekitar 6-10 bulan.
Transplantasi sumsum tulang. 

Jika penyakit kembali kambuh setelah remisi dicapai


dengan kemoterapi inisial, maka kemoterapi dosis tinggi
dan transplantasi sumsum tulang atau sel induk perifer
autologus (dari diri sendiri) dapat membantu
memperpanjang masa remisi penyakit.
Karena kemoterapi dosis tinggi akan merusak sumsum
tulang, maka sebelumnya dikumpulkan dulu sel induk
darah perifer atau sumsum tulang.
komplikasi

 Akibat pertumbuhan kanker:


Pansitopenia, perdarahan, infeksi, kelainan pada
jantung, kelainan pada paru- paru, sindrom vena cava
superior, kompresi pada spinal cord, kelainan
neurologis, obstruksi hingga perdarahan pada traktus
gastrointestinal, nyeri, dan leukositosis jika penyakit
sudah memasuki tahap leukemia.
 Akibat penggunaan kemotherapi:
Pansitopenia, mual dan muntah, infeksi, kelelahan,
neuropati, dehidrasi setelah diare atau muntah,
toksisitas jantung akibat penggunaan doksorubisin,
kanker sekunder dan sindrom lisis tumor.
Daftar Pustaka
 (t.thn.). Dipetik November 6, 2015, dari http://id.m.wikipedia.org>wiki>limfoma.
 Abdurrachman MH, d. (1998). Ilmu Kesehatan Anak, Buku I. Jakarta: Penerbit Fakultas
Kedokteran UI.
 Corwin, E. J. (2001). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.
 Edward F Goldjan, M. (2014). Rapid Review Pathology Edisi 4. Philadelphia: Elsevier Saunders.
 Litctman, M. A. (2011). Williams Manual of Hematotoly. New York: Mc Graw Hill Medical.
 Price, S. A. (2015). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses penyakit. Jakarta: EGC.
 Putte, C. V. (2013). Seeley's Essential of Anatomy & Physiology Edisi 8. New York: Mc Graw-Hill.
 Reksodipuro, A. H. (2011). Non Hodgkin Lymphoma in Jakarta. Indonesian Journal of Cancer
volume 5 nomor 3 .
 Sujana Movva, M. (2015, April 26). http://www.M.Webmd.com/a-to-z-guides/burkitt-
lymphoma-prognosis-diagnosis-treatment. Dipetik November 11, 2015, dari
http://www.webmd.com/a-to-z
 Tjokronegoro, P. d. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam edisi III. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI.
Terima kasih

You might also like